Halloween party ideas 2015
Tampilkan postingan dengan label Kajian. Tampilkan semua postingan


Pertanyaan:
Bolehkah saya membaca artikel di situs ini dan fatwa-fatwa di dalamnya sambil tiduran di ranjang? Bolehkah membaca ayat-ayat Quran atau hadis dalam posisi tiduran?

Jawaban oleh Tim Fatwa IslamWeb, di bawah pengawasan Syeikh Abdullah Faqih Asy-Syinqiti
Segala puji hanya bagi Allah, Raab semesta alam. Selawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad صلى الله عليه وسلم, keluarganya, dan sahabatnya.

Boleh membaca Quran atau buku-buku hadis dan fatwa-fatwa ulama sembari tiduran di ranjang.

Ibunda Aisyah Radhiyallahuanha berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَّكِئُ فِي حِجْرِي وَأَنَا حَائِضٌ فَيَقْرَأُ الْقُرْآنَ

"Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersandar (dengan kepalanya) pada pangkuanku, sedangkan aku dalam keadaan sedang haid, maka beliau membaca Quran," [HR Muslim].

Imam An-Nawawi Rahimahullah berkata (mengenai hadis tersebut):

"Ini artinya, boleh membaca Quran sembari tiduran, juga sembari bersandar pada seorang wanita yang sedang datang bulan."

Wallahu'alam bish shawwab.

Sumber:
www.islamweb.net/emainpage/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=277273

Terjemah:
Irfan Nugroho
Staf Pengajar di Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Sukoharjo
===============
💢PP At-Taqwa Sukoharjo SIAGA BANJIR, Mari Bantu! Klik > http://goo.gl/Du4noN
===============
📲Berlangganan tausiyah:
Telegram.me/pptqattaqwa
WA: +6285647172180
===============
💰Zakat, Infak, Sedekah via (BRI):
6913-01-018205-53-4
a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa
Konfirmasi: +6285647172180


Pertanyaan:
Mungkinkah menggunakan Alquran sebagai obat dari penyakit fisik? Jika iya, dapatkah Anda menyebutkan nama seseorang yang spesialis di bidang ini?

Jawaban oleh Tim Fatwa IslamWeb, di bawah pengawasan Syeikh Abdullah Faqih Asy-Syinqiti
Segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam. Saya bersaksi bahwa tidak ada Illah yang hak untuk diibadahi kecuali Allah, dan Muhammad adalah HambaNya dan UtusanNya.

Banyak manusia yang percaya bahwa Quran adalah obat bagi beberapa penyakit tertentu, seperti epilepsi (kejang), juga gejala-gejala lainnya yang berkaitan dengan kesurupan, tetapi bukan penyakit jasmani (fisik).

Hal ini bertentangan dengan ayat-ayat Alquran dan hadis yang relevan, yang menunjukkan bahwa Alquran adalah obat bagi penyakit jasmani.

Selain itu, Adzkar (zikir dan wirid) dan doa-doa yang sahih yang diajarkan oleh Rasulullah adalah obat bagi penyakit jasmani.

Allah berfirman, “Dan telah Kami turunkan Alquran sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman,” (QS Al-Isra: 82).

Ayat-ayat Alquran adalah penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Ibnu As-Sa’di Rahimahullah berkata bahwa Alquran mengandung penawar bagi semua penyakit, termasuk penyakit jasmani.

Allah berfirman, “Katakanlah, “Ia, bagi mereka yang beriman, adalah petunjuk dan penawar,” (QS 41: 44).

Ibnu As-Sa’di Rahimahullah mengambil kesimpulan dari ayat ini bahwa Alquran mengandung penawar bagi semua penyakit jasmani, dan juga penyakit hati, pikiran, dan jiwa.

Berikut adalah dalil sahih dari As-Sunah yang menunjukkan bahwa Alquran adalah penawar bagi penyakit jasmani:

1. Ketika Abu Said Al-Khudri Radhiyallahuanhu membaca Surat Al-Fatihah sebagai ruqyah (Quranic healing) bagi seorang nonmuslim yang sakit, Allah menyembuhkannya. Ketika Abu Said Al-Khudri Radhiyallahuanhu menyampaikan hal tersebut kepada Rasulullah , maka Rasulullah mengizinkan apa yang telah dilakukan Abu Said Al-Khudri, (HR Bukhari).

Ibnul Qayyim Rahimahullah, mengambil kesimpulan dari hadis ini bahwa dampak dari membaca Alquran sebagai ruqyah untuk menyembuhkan beberapa penyakit adalah lebih baik daripada dampak yang dihasilkan dari obat-obatan.

2. Rasulullah terbiasa membacakan Surat Al-Falaq dan An-Naas kepada anggota keluarganya yang sakit. Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari Ibunda Aisyah Radhiyallahuanha.

Ada banyak dalil yang berkaitan tentang masalah ini, tetapi apa yang telah disebutkan di atas kiranya mencukupi. Agar ruqyah benar-benar efektif sebagai penyembuh, orang yang meruqyah dan diruqyah harus memiliki keyakinan yang tulus kepada Allah .

Kami tidak bisa menyebutkan satu nama siapa yang bisa melakukan ruqyah kepada Anda. Ada banyak orang saleh yang bisa melakukannya, dan kami yakin Anda pun bisa menemukan salah satu dari mereka. Wallahu’alam bish shawwab.

Sumber:

Terjemah:
Irfan Nugroho

Staf pengajar di Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Sukoharjo



Oleh Syeikh Abdul Azhim bin Badawi
Tentang menjamak dua salat ketika turun hujan, Imam Malik Rahimahullah mengutip sebuah riwayat:

عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ إِذَا جَمَعَ الْأُمَرَاءُ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ فِي الْمَطَرِ جَمَعَ مَعَهُمْ

Dari Nafi', bahwa jika para pemimpin menjamak shalat maghrib dengan isya, maka Abdullah bin Umar ikut menjamak bersama mereka,” (HR Malik: 301).

Rasulullah bersabda,

عن هشام بن عروة أن أباه عروة وسعيد بن المسيب وأبا بكر بن عبد الرحمن بن الحارث بن هشام بن المغيرة المخزومي كانوا يجمعون بين المغرب والعشاء في الليلة المطيرة إذا جمعوا بين الصلاتين ولا ينكرون ذلك

Dari Hasyim bin Urwah bahwa bapaknya, Urwah dan sa’id bin Al-Musayyib serta Abu Bakar bin Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam bin Al-Mughirah al-Makhzumi pernah menjamak antara magrib dengan isya pada malam turunnya hujan, jika mereka memang menjamak antara kedua shalat dan (tak seorang pun di antara) mereka yang mengingkari perbuatan mereka itu,” (HR Baihaqi: 3/168. Al-Albani: Sahih dalam Irwaul Ghalil: 3/40).

Rasulullah juga bersabda:

وعن موسى بن عقبة أن عمر بن عبد العزيز كان يجمع بين المغرب والعشاء الآخرة إذا كان المطر ، وأن سعيد بن المسيب وعروة ابن الزبير وأبا بكر بن عبد الرحمن ومشيخة ذلك الزمان كانوا يصلون معهم ولا ينكرون ذلك

Dari Musa bin Uqbah, bahwa Umar bin Abdul Aziz menjamak antara salat magrib dengan salat isya bila turun hujan, dan bahwa Sa’id bin al-Musayyab, Urwah bin az-Zubair, Abu Bakar bin Abdurrahman (menjamak salat bersama mereka), dan para ulama pada masa itu salat bersama mereka (khalifah), dan tidak ada yang mengingkarinya,” (HR Baihaqi: 3/169. Al-Albani: Sahih dalam Irwaul Ghalil: 3/40).

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ جَمِيعًا وَالْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ جَمِيعًا فِي غَيْرِ خَوْفٍ وَلَا سَفَرٍ

Dari Ibnu Abbas ia berkata bahwa Rasulullah pernah menjamak salat Zuhur dan Ashar, dan Magrib dan Isya' bukan karena takut dan bukan karena safar, (HR Muslim).

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ بِالْمَدِينَةِ فِي غَيْرِ خَوْفٍ وَلَا مَطَرٍ

Dari Ibnu Abbas ia berkata bahwa "Rasulullah pernah menjamak salat Zuhur dan Ashar, Magrib dan Isya` di Madinah, bukan karena takut dan bukan pula karena hujan, (HR Muslim).

Syeikh Al-Albani berkata, “Riwayat di atas menunjukkan bahwa menjamak salat karena hujan sudah di kenal di masa Nabi . Jika tidak, maka tentu tidak bermanfaat menafikkan hujan sebagai sebab bolehnya menjamak salat,” (Irwaul Ghalil: 3/40).

Tambahan catatan:
Ungkapan “bukan pula karena hujan” berarti (1) Rasulullah pernah menjamak salat ketika hujan, (2) Rasulullah juga pernah menjamak salat ketika tidak hujan, tetapi untuk keperluan yang lain. Dan di dalam kelanjutan hadis tersebut, Ibnu Abbas mengatakan bahwa Rasulullah tidak ingin memberatkan umatnya.

Sumber:
Al-Wajiz Fii Fiqhis Sunnah Wal Kitaabil Aziiz, Syeikh Abdul Azim bin Badawi.
===============
UNDANGAN TERBUKA: http://goo.gl/em7HV8
INFO PENDAFTARA: http://goo.gl/z1aqN4
===============
Untuk berlangganan tausiyah:
Telegram.me/pptqattaqwa
Facebook.com/pptqattaqwa
WA: +6285647172180
www.el-taqwa.com
===============
Zakat, Infak, Sedekah:
(BRI): 6913-01-018205-53-4
a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa
Konfirmasi: +6285647172180



Pertanyaan:
Bolehkah mengambil atau membawa mushaf Alquran dengan tangan kiri?


Jawaban oleh Syeikb Abdul Aziz bin Baaz Rahimahullah
Alhamdulillah.
Saya tidak tahu apa-apa tentang hal tersebut, meskipun mengambil Alquran dengan tangan kanan adalah lebih baik.

Tangan kanan adalah lebih disukai di dalam hanyak hal dan Rasulullah ﷺ terbiasa memulai dengan bagian kanan ketika bersuci, menyisir rambut, dan beliau ﷺ terbiasa menggunakan tangan kanannya untuk mengambil sesuatu, memberi, juga untuk berjabat tangan dan lain sebagainya, juga, ia terbiasa menggunakan tangan kiri untuk selainnya.

Jika ada keperluan untuk mengambil mushaf Alquran dengan tangan kiri, karena tangan kanannya kecapaian atau semisalnya, maka tidak ada yang salah dengannya, in sya Allah. Hal ini karena kedua tangan bekerja secara bersama-sama, dan tidak ada niat ketika mengambil mushaf dengan tangan kiri untuk menunjukkan ketidaksopanan dan ketidakhati-hatian.

Sebaliknya, hal itu menunjukkan kerja sama antara satu tangan dengan tangan yang lainnya, dan keduanya bekerja bersama-sama.

Jika dia memegangnya dengan tangan kiri dan membacanya, atau dengan tangan kanan dan membacanya, maka tidak ada yang salah dengannya, in sya Allah, tetapi memegangnya dengan tangan kanan adalah lebih disukai dan lebih baik, karena seperti apa yang telah kami sebutkan di atas tentang tangan kanan yang lebih disukai saat mengambil sesuatu, memberi, makan, dan lain sebagainya.


Sumber:
Fataawa Noor ‘Ala al-Darb: 1/333
http://islamqa.info/en/128905

Terjemah:
Irfan Nugroho
Staf pengajar di Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Sukoharjo
===============
UNDANGAN TERBUKA: http://goo.gl/em7HV8
INFO PENDAFTARA: http://goo.gl/z1aqN4
===============
Untuk berlangganan tausiyah:
Telegram.me/pptqattaqwa
Facebook.com/pptqattaqwa
WA: +6285647172180
www.el-taqwa.com
===============
Zakat, Infak, Sedekah:
(BRI): 6913-01-018205-53-4
a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa
Konfirmasi: +6285647172180


Oleh Syeikh Abdullah Nashih Ulwan
Apabila hati kedua orang tua mencerminkan perasaan yang jujur berupa kecintaan dan kasih sayang kepada anak, maka hendaknya perasaan itu tidak menghalanginya dari berjihad di jalan Allah, serta menyampaikan seruan Allah di muka bumi. Sebab, kepentingan Islam harus didahulukan dari yang lainnya. Dan karena merealisasikan terbentuknya masyarakat yang Islami adalah tujuan seorang mukmin, dan sasaran hidupnya dan karena sesungguhnya memberikan petunjuk kepada manusia adalah usaha tertinggi seorang muslim dan yang paling ia maksimalkan dalam menyebarkannya.

Demikianlah yang dipahami generasi pertama dari kalangan Sahabat Rasulullah dan yang mengikuti jejaknya dengan baik. Mereka tidak mengenal suatu pergerakan selain jihad, dan seruan kecuali dakwah, dan tujuan selain Islam. Tidak aneh bila kita mendengar mereka yang besar di dalam kancah dakwah Islamiyah dan menegakkan kalimat Allah di muka bumi penuh dengan pengorbanan di jalan tersebut dan besarnya cita-cinta mereka untuk meraih kesyahidan di jalan Allah.

Simaklah apa yang dikatakan oleh sahabat Ubadah bin Shamit ketika berhadapan dengan penguasa Mesir, yaitu Raja Muqauqis yang mengancamnya dengan kekuatan pasukan Romawi dan membujuknya dengan harta dan dinar, “Janganlah kalian menipu diri kalian sendiri dan sahabat-sahabat Anda. Anda menakut-nakuti kami dengan kekuatan Romawi yang berjumlah banyak. Anda juga mengatakan bahwa kami tidak akan mampu mengalahkan mereka. Demi usiaku, sungguh, bukan itu yang membuat kami takut dan bukan pula kematian, jika yang kamu katakan itu memang benar.

“Dalam hal ini, kami berada dalam salah satu dari dua kebaikan. Apabila kami dapat mengalahkanmu, maka kami akan mendapatkan keuntungan di dunia. Atau, jika kamu dapat mengalahkan kami maka kami akan mendapatkan keuntungan di akhirat. Dan sesungguhnya Allah telah menyatakan di dalam firmanNya:

...Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabat,” (QS Al-Baqarah: 249).

“Tak ada seorang pun di antara kami ini kecuali ia berdoa kepada Rabbnya di waktu pagi dan sore hari agar dapat gugur di jalan Allah, agar Allah tidak mengembalikannya ke kampung halaman dan negerinya. Tidak ada di antara kami yang mempunyai keinginan untuk kembali kepada keluarganya dan anaknya. Sebab, setiap orang di antara kami telah menitipkan keluarga dan anaknya kepada Rabbnya. Kami hanya memiliki tujuan berjihad di jalan Allah dan meninggikan kalimat-kalimatNya. Adapun jika Anda mengatakan bahwa kehidupan kami ini sempit, maka sesungguhnya kami lebih lapang. Dan sekiranya dunia ini milik kami seluruhnya, maka kami pun tidak akan mengambilnya lebih banyak dari yang kami perlukan.”

Inilah sikap seorang Ubadah bin Shamit Radhiyallahuanhu yang hanya satu dari seribu sikap mulia dari para leluhur kita yang mulia pada rentang sejarah yang panjang. Dan tidaklah semua pengorbanan mereka semua ini dan prioritas cintanya mereka kepada jihad dan dakwah mengalahkan cintanya mereka kepada anak dan keluarga, rumah dan kerabat. Mereka selalu merenungkan firman Allah:

“Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik,” (QS At-Taubah: 24).

Berikut adalah perkataan mulia yang pernah disampaikan oleh Imam Asy-Syahid Hassan Al-Banna Rahimahullah, tatkala beliau menginspeksi para pemuda yang berdakwah kepada Allah di setiap kejadian dan kondisi. Saat beliau hendak keluar untuk urusan tersebut, anaknya yang bernama Saiful Islam jatuh sakit keras yang hampir merenggut nyawanya. Maka berkatalah sang istri kepada beliau, “Sekiranya engkau bisa menyempatkan tinggal sejenak bersama kami dan duduk di samping anakmu yang sedang sakit.”

Beliau menjawab sambil membawa tas di tangannya, “Jika Allah menganugerahi kesembuhan kepada anakku maka segala puji bagi Allah atas pemberianNya, tetapi jika ia ditakdirkan untuk mati, maka kakeknya lebih mengetahui jalan ke kubur.” Kemudian beliau berlalu sambil membaca firman Allah:

“Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak, anak-anak...” (QS At-Taubah: 24).

Allah Akbar! Itulah hendaknya semboyan di dalam meninggikan kalimat Allah. Demikian juga pula seorang dai harus bersikap. Sekiranya para pendahulu kita dan pengemban amanah dakwah berbekal sikap mulia seperti ini, maka cukuplah untuk mengekalkan kemuliaan dan ketinggian sepanjang masa.

Wahai para orang tua yang beriman, haruslah yang namanya kecintaan kepada Islam, jihad dan dakwah kepada Allah itu menguasai hatimu dan hati keluargamu. Kecintaan tersebut harus lebih didahulukan daripada kecintaan kepada keluarga, anak, dan kerabat, sehingga Anda dapat bertolak menuju dakwah dan mengusung panji jihad. Mudah-mudahan Anda termasuk orang-orang yang membangun kemegahan Islam dengan tekad yang kuat. Semua itu tidaklah sulit bagi Allah.

Simak pula apa yang menjadi sabda dari Rasulullah kepada orang-orang yang hendak menyempurnakan keimanannya, yang ingin merasakan manisnya iman dari hati yang paling dalam, dan mengenyam lezatnya iman, jauh di dalam rongga dadanya.

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, dari Anas bin Malik Radhiyallahuanhu, bahwa Rasulullah bersabda:

Tiga hal yang manakala seseorang berada di salah satu darinya, maka ia akan mendapatkan manisnya iman; hendaknya Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada selainnya, tidaklah mencintai seseorang kecuali karena Allah, dan membenci jika dikembalikan kepada kekafiran sebagaimana ia takut diemparkan ke dalam neraka.

Diriwayatkan juga oleh Al-Bukhari, bahwa Umar bin Khattab Radhiyallahuanhu berkata kepada Nabi , “Sesungguhnya engkau, wahai Rasulullah, adalah orang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu kecuali diriku sendiri yang berada di antara kedua sisiku.”

Maka beliau menjawab, “Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sebelum kaliam mencintai aku melebihi cinta kalian kepada diri mereka sendiri.”

Umar Radhiyallahuanhu lalu berkata, “Demi zat yang telah menurunkan Al-Kitab kepadamu, sungguh engkau lebih aku cintai daripada diriku yang berada di antara kedua sisiku.”

Nabi menjawab, “Sekarang (telah sempurna imanmu), wahai Umar.

Disebutkan di dalam Ash-Shahihah, bahwa Rasulullah bersabda:

Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian hingga ia menjadikan hawa nafsunya (keinginannya) mengikuti apa yang di datangkan kepadaku (wahyu).

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah bersabda:

Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian hingga aku menjadi yang paling kalian cintai daripada hartanya, anaknya, dan manusia semuanya.

Sumber:
Ulwan, Abdullah Nashih. 2012. Pendidikan Anak dalam Islam. Solo: Insan Kamil. Hal. 30-33


Oleh Ust Uwais Abdullah 
(Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter-Sukoharjo)

Mencari Ma'isyah (penghidupan) merupakan tuntutan syariat. Ia diamalkan untuk menunaikan perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala, serta menunaikan tanggung jawab manusiawi sebagai kepala rumah tangga.

Lukman Al Hakim berpesan kepada anaknya:

 يا بني استعن بالكسب الحلال عن الفقر فإنه ما افتقر احد قط إلا اصابته ثلاث خصال: رقة في دينه و ضعف في عقله و ذهاب مروءته و اعظم من هذه الثلاث استخفاف الناس به

"Wahai anakku, berusahalah mencari harta yang halal agar terhindar dari kefakiran.

"Tidaklah seorang itu fakir kecuali dia akan ditimpa tiga perkara; 1) lemah agamanya, 2) lemah akalnya, 3) hilang muruahnya (harga diri).

"Dan yang lebih parah dari itu adalah, manusia akan meremehkan dirinya," (di dalam Minhajul Qashidin).

Mencari Maisyah harus mengindahkan rambu-rambu syariat, antara lain:
1) Mencari rezeki dengan cara yang halal 2) Qanaah terhadap pemberian Allah
3) Mengedepankan sifat wara

Di dalam Fathul Baari, yang namanya mata pencaharian itu ada enam tingkatan, yaitu:

1) Mata pencaharian Rasulullah, yaitu ghanimah
2) Keterampilan tangan
3) Berdagang
4) Bercocok tanam
5) Mengajarkan Alquran
6) Berhutang.

Disampaikan pada Jumat, 11 Desember 2015, di Masjid Jami Baiturrahim Lawu, Nguter, Sukoharjo
===============
Investasi Akhirat: http://goo.gl/em7HV8
Info pendaftaran: http://goo.gl/z1aqN4
===============
Untuk berlangganan tausiyah:
Telegram.me/pptqattaqwa
Facebook.com/pptqattaqwa
WA: +6285647172180
www.el-taqwa.com
===============


~Naik Haji Bersama Imam Ibnu Mubarak...~

Adalah Ibnu Mubarak apabila datang musim haji maka orang-orang dari penduduk Muru berkumpul di sisi beliau sambil mengatakan, "Kami ingin pergi haji bersama Anda."

Beliau mengatakan, "Mari, sini kumpulkan harta perbekalan kalian." Beliau lalu mengumpulkan bekal mereka dan meletakannya di sebuah kotak kemudian menguncinya.

Selanjutnya, beliau berkumpul dan keluar bersama-sama dari Muru menuju Baghdad sedang beliau yang menanggung semua kebutuhan perjalanan mereka. Beliau memberi makan dengan makanan yang paling mewah dan menjamu mereka dengan buah-buahan yang lezat.

Dari sana kemudian mereka melanjutkan perjalanan keluar dari Baghdad dengan pakaian yang paling indah dan bagus sampai akhirnya mereka sampai di kota Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Sesampainya di sana, beliau menanyai mereka satu persatu, "Apa yang engkau inginkan sebagai oleh-oleh untuk keluargamu?"

Mereka menjawab, "Ini dan itu," dan beliau membelikannya.

Lalu mereka keluar dari Madinah menuju Makah. Ketika mereka telah selesai melaksanakan manasik ibadah haji, beliau bertanya kembali pada setiap orang, "Hadiah apa yang engkau sukai untuk diberikan kepada keluargamu dari cendera mata Kota Makah?

Mereka menjawab, "Ini dan itu," lalu beliau membelikannya.

Kemudian mereka keluar dari Makah untuk kembali ke kampung halaman, dan beliaulah yang menanggung semua biaya perjalanan sampai akhirnya mereka tiba di Muru dan kembali kerumahnya masing-masing.

Tiga hari sesudah kepulangan mereka, beliau mengundang dan menjamu mereka untuk makan-makan di rumah beliau. Tatkala mereka sudah selesai makan dan merasa senang, beliau meminta pegawainya untuk mengambilkan kotak yang berisi uang perbekalan mereka dahulu sebelum berangkat haji. Beliau membuka kotak tersebut lalu mengembalikan kepada mereka semua sesuai dengan nama-nama yang tercantum di dalamnya.

Beliau pernah ditegur karena lebih memilih untuk membagi-bagikan hartanya di negeri yang jauh dan kurang mementingkan negerinya sendiri.

Beliau menjawab, "Sesungguhnya aku mengetahui tempat orang-orang yang punya keutamaan, jujur, dan senang mengumpulkan hadits dan tekun di dalam mencarinya demi kebutuhan manusia terhadap mereka jikalau mereka membutuhkan.

"Jika sekiranya kita acuhkan mereka, tentu akan sia-sia ilmu yang mereka miliki. Dan bila kita bantu mereka, maka mereka akan mudah untuk menyebarkan ilmunya kepada umatnya Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam. Aku tidak mengetahui sesuatu yang lebih utama setelah kenabian kecuali lembaga pendidikan."

Inilah pesan tersirat bagi para pebisnis agar mereka senang untuk menginfakkan hartanya kepada para fakir, orang-orang yang membutuhkan, penuntut ilmu, program kebaikan, serta yayasan sosial. Sesungguhnya, dengan melakukan hal tersebut akan menjadikan harta dan kekayaannya berbarokah.

Disebutkan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dari Amr bin Ash radhiyallahu 'anhu, beliau berkata bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ


"Nikmatnya harta yang baik ketika berada di tangan orang-orang yang saleh," [HR Ahmad: 17763].

Di dalam hadits yang lain dijelaskan dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu, beliau berkata, "Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا


"Tidaklah pagi menyapa seorang hamba melainkan ada dua malaikat yang turun kepadanya. Lalu salah satunya berdo'a: "Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfak". Sedang satunya lagi berdo'a: "Ya Allah, berilah kebinasaan bagi harta orang yang pelit," [HR Bukhari: 1442. Muslim: 1010].

Di dalam riwayat Imam Muslim dijelaskan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَال


"Sedekah tidak akan mengurangi sedikitpun dari harta benda," [HR Muslim: 2588].

Sumber:
Imam Ibnu Mubarak, karya Syeikh Amin Abdullah Asy-Syaqaawi.
===============
MAKLUMAT: Undangan Berkunjung ke PPTQ At-Taqwa & Berpartisipasi dalam Program Pembangunan Pondok Tahap IV, klik > http://goo.gl/em7HV8
===============
Untuk berlangganan tausiyah:
Telegram.me/pptqattaqwa
Facebook.com/pptqattaqwa
WA: +6285647172180
www.el-taqwa.com
===============
Donasi PPTQ At-Taqwa Nguter, Sukoharjo:
(BRI): 6913-01-018205-53-4
a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa
Konfirmasi: +6285647172180


~Tak Selamanya yang Kaya Berarti Mulia dan yang Miskin Berarti Hina...~

Seorang ulama dari kalangan salaf berkata,

"Jika kalian melihat Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kalian, padahal kalian masih senantiasa berbuat maksiat, maka berhati-hatilah; nikmat itu akan perlahan-lahan menyeret kalian kepada azabNya.'

Sungguh, Allah Azza Wa Jalla berfirman:

(33) Dan sekiranya bukan karena menghindarkan manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), pastilah sudah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada (Allah) Yang Maha Pengasih, loteng-loteng rumah mereka dari perak, demikian pula tangga-tangga yang mereka naiki, (34) dan (Kami buatkan pula) pintu-pintu (perak) bagi rumah-rumah mereka, dan (begitu pula) dipan-dipan tempat mereka bersandar, (35) dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan dari emas. Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia, sedangkan kehidupan akhirat di sisi Tuhanmu disediakan bagi orang-orang yang bertakwa," [QS. Az-Zukhruf: 33-35].

Sebagian manusia mengira bahwa kelimpahan nikmat dunia adalah tanda kemuliaan, sedang kesempitan hidup adalah suatu kehinaan. Persis seperti di dalam firmanNya:

(15) "Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, "Tuhanku telah memuliakanku." (16) Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, "Tuhanku telah menghinaku." [QS Al-Fajr: 15-6].

Sungguh, Allah telah menegur orang yang berpikiran seperti di atas dengan firmanNya:

(17) Sekali-kali tidak! Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim, [QS. Al-Fajr: 17]

Maksudnya, tidak serta merta mereka yang diberi nikmat berarti telah dimuliakan oleh Allah Azza Wa Jalla.

Pun demikian, tidak serta merta mereka yang diberi kesempitan di dalam hidup berarti telah dihinakan oleh Allah Jala Jalaaluh.

Sungguh, Allah menguji hamba-Nya dengan nikmat-Nya, dan memuliakan hamba-Nya dengan ujian."

Pantas saja jika Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

َإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ وَلَا يُعْطِي الدِّينَ إِلَّا لِمَنْ أَحَبَّ فَمَنْ أَعْطَاهُ اللَّهُ الدِّينَ فَقَدْ أَحَبَّهُ


"Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memberikan dunia kepada siapa saja, baik yang Dia cintai ataupun yang tidak. Sedangkan Allah memberi agama (Iman) hanya kepada yang Dia cintai saja. Barangsiapa yang diberi agama oleh Allah, maka Allah telah mencintainya,"
[HR Ahmad].


Sumber:
Spiritual Diseases and Their Cures, karya Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah.

Terjemah: Irfan Nugroho
*Staf pengajar di Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter-Sukoharjo.
===============
Info Pendaftaran Santri Baru Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter-Sukoharjo, klik > http://goo.gl/z1aqN4
===============
Untuk berlangganan tausiyah:
Telegram.me/pptqattaqwa
Facebook.com/pptqattaqwa
WA: +6285647172180
www.el-taqwa.com
===============
Donasi PPTQ At-Taqwa Nguter, Sukoharjo:
(BRI): 6913-01-018205-53-4
a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa
Konfirmasi: +6285647172180


~Imam Ibnu Mubarak: Ulama, Mujahid, Pebisnis Kaya, Dermawan..~

Beliau adalah Abdullah bin Mubarak, yang juga dikenal sebagai Ibnu Mubarak. Beliau lahir di tahun 118H, dan dijuluki oleh beberapa sahabatnya sebagai "Amirul Mukminin" dalam periwayatan hadis.

Tak hanya itu, ia juga merupakan sosok yang komplit. Pernah suatu ketika berkumpul ulama-ulama besar di kalangan salaf semisal al-Fadhl bin Musa dan Makhlad bin Husain.

Mereka mengatakan, "Mari kita coba hitung pintu-pintu kebaikan yang dilakukan oleh Ibnu Mubarak."

Maka mereka mulai menghitungnya, "llmu, fikih, adab, nahwu dan bahasa, zuhud, berbahasa secara fasih, sya'ir, salat malam, ibadah, haji, jihad, pemberani, jago naik kuda, kuat, meninggalkan ucapan yang tidak penting, adil, dan sangat sedikit berselisih bersama para sahabatnya".

Salamah bin Sulaiman, seorang murid dari Imam Ibnu Mubarak, berkisah tentang gurunya:

Pernah suatu ketika ada seseorang yang datang kepada Ibnu Mubarak. Ia memohon kepada Ibnu Mubarak supaya melunasi hutang-hutangnya.

Maka, Ibnu Mubarak menulis surat tertuju untuk orang tersebut yang akan disampaikan melalui salah satu pegawainya. Ketika sang pegawai telah memegang surat tersebut, ia bertanya,

"Berapa hutang yang engkau minta supaya dilunasi?"

Orang yang berhutang itu menjawab, "700 (tujuh ratus) dirham," (setara sekitar Rp20 juta per 27/11/2015).*

Sang pegawai kaget karena Ibnu Mubarak telah menulis dalam suratnya supaya memberi orang tersebut sebanyak 7.000 (tujuh ribu) dirham (setara sekitar Rp208 juta per 27/11/2015).*

Sang pegawai lalu menghadap Ibnu Mubarak lagi dan menyampaikan hal tersebut dan berkata,

"Sesungguhnya hartamu akan habis".

Maka, Ibnu Mubarak menulis, "Hartaku akan habis, pun demikian dengan umurku yang juga akan habis. Berikan uang sebanyak apa yang aku tulis."

Beliau juga pernah berkata kepada Fudhail bin Iyadh, "Kalaulah bukan karenamu dan para sahabatmu tentu aku tidak akan berdagang," (beliau berdagang untuk memenuhi kebutuhan sahabatnya -red).

Beliau memiliki kebiasaan selalu berinfak kepada fakir miskin pada setiap tahunnya sebanyak 100.000 dirham (setara sekitar Rp2,9 miliar per 27/11/2015).*

Keterangan:
*Satu dirham=2,975 gram perak. Harga satu gram perak per 27 November 2015 kisaran Rp10.000,-. Jadi, satu dirham setara dengan Rp29.750,-

Sumber:
Ibnu Mubarak, karya Syeikh Amin Abdullah Asy-Syaqâwi.
===============
Info Pendaftaran Santri Baru Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter-Sukoharjo, klik > http://goo.gl/z1aqN4
===============
Untuk berlangganan tausiyah:
Telegram.me/pptqattaqwa
Facebook.com/pptqattaqwa
WA: +6285647172180
www.el-taqwa.com
===============
Donasi PPTQ At-Taqwa Nguter, Sukoharjo:
(BRI): 6913-01-018205-53-4
a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa
Konfirmasi: +6285647172180


~Inti Agama Islam adalah Akhlak yang Baik..~

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًا


"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah," [QS. Al-Ahzab: 21].

Seorang tabiin asal Madinah, Ikrimah Rahimahullah, yang wafat tahun 104H berkata,

‏لكل شيء أساس، وأساس
الإسلام الخلق الحسن

"Segala sesuatu memiliki inti, dan inti dari agama Islam ini adalah akhlak yang baik," [dalam Sifat As-Sofwah: II/10].

Abu Darda Radhiyallahuanhu meriwayatkan dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang bersabda:

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي
الْمِيزَانِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُق

"Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan amal selain akhlak yang baik," [HR Abu Dawud, Tirmizi, dan Ahmad].

Pun demikian dengan Abu Hurairah Radhiyallahuanhu yang meriwayatkan bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا
أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

"Mukmin yang paling baik adalah yang paling baik akhlaknya," [HR Tirmizi, Ahmad, Ibnu Majah, Abu Dawud, Ad-Darimi].

Narasi yang hampir mirip terdapat di dalam Shahih Bukhari, dari Abdullah bin Amru Radhiyallahuanhu yang mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

إِنَّ مِنْ أَخْيَرِكُمْ أَحْسَنَكُمْ خُلُقًا

"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya," [HR Bukhari, Tirmizi, Ahmad].

Wallahu'alam bish shawwab.
===============
Info Pendaftaran Santri Baru Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter-Sukoharjo, klik > http://goo.gl/z1aqN4
===============
Untuk berlangganan tausiyah:
Telegram.me/pptqattaqwa
Facebook.com/pptqattaqwa
WA: +6285647172180
www.el-taqwa.com
===============
Donasi PPTQ At-Taqwa Nguter, Sukoharjo:
(BRI): 6913-01-018205-53-4
a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa
Konfirmasi: +6285647172180


Pertanyaan:
Bagaimana hukum mencium mushaf Alquran jika terjatuh dari tempat yang tinggi?

Jawaban oleh Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz
Alhamdulillah. Kami tidak mengetahui adanya dalil yang menganjurkan bahwa hal tersebut (mencium Alquran) adalah sesuatu yang diajarkan di dalam syariat untuk menciumnya.

Akan tetapi, jika seseorang melakukannya, maka tidak ada yang salah dengannya. Diriwayatkan bahwa Sahabat mulia, Ikrimah bin Abi Jahl Radhiyallahuanhu biasa mencium mushaf Alquran dan berkata, “Ini adalah kalam Rabb kami.”

Apapun itu, tidak ada yang salah dengan mencium Alquran, tetapi tidak ada anjuran untuk melakukannya dan tidak ada yang mengindikasikan bahwa hal tersebut terdapat di dalam syariat.

Akan tetapi, jika orang mencium Alquran sebagai bentuk pemuliaan dan penghormatan (terhadap Alquran) jika ia terjatuh dari tangannya atau dari suatu tempat yang tinggi, maka tidak ada yang salah dengan hal tersebut, in sya Allah.

Sumber:

Terjemah: Irfan Nugroho
Staf pengajar di Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter-Sukoharjo.

===============
Info Pendaftaran Santri Baru PPTQ At-Taqwa Nguter-Sukoharjo, klik > http://goo.gl/z1aqN4
===============
Untuk berlangganan tausiyah:

Telegram.me/pptqattaqwa
Facebook.com/pptqattaqwa
WA: +6285647172180
www.el-taqwa.com
===============


Pertanyaan:
Apa saja tanda-tanda bahwa Allah mencintai seorang hamba, serta bagaimana kita mendapatkan kecintaan Allah?

Jawaban oleh Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Munajjid

Alhamdulillah. Allah berfirman:

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ  يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَـكُمْ ذُنُوْبَكُمْ  ؕ  وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Katakanlah (Muhammad), "Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang," [QS. Ali 'Imran: 31].

إِذَا أَحَبَّ اللَّهُ الْعَبْدَ نَادَى جِبْرِيلَ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحْبِبْهُ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ فَيُنَادِي جِبْرِيلُ فِي أَهْلِ السَّمَاءِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الْأَرْضِ

"Apabila Allah mencintai seorang hamba-Nya, Dia memanggil Jibril: "Sesungguhnya Allah mencintai si anu maka cintailah dia". Maka jibril mencintai hamba itu lalu Jibril berseru kepada penduduk langit;; "Sesungguhnya Allah mencintai si anu, maka cintailah dia". Maka seluruh penduduk langit mencintai hamba itu, kemudian orang itu pun dijadikan bisa diterima oleh penduduk bumi," [HR Bukhari & Muslim].

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah berfirman; Siapa yang memusuhi wali-KU, maka Aku umumkan perang kepadanya, dan hamba-Ku tidak bisa mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan, jika hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan sunnah, maka Aku mencintai dia, jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya yang ia jadikan untuk memukul, dan kakinya yang dijadikannya untuk berjalan, jikalau ia meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika meminta perlindungan kepada-KU, pasti Ku-lindungi," [HR Bukhari].

A. Keutamaan Membaca Alquran

1. Abu Umamah Radhiyallahuanhu meriwayatkan bahwa ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Bacalah Al-Quran (secara rutin) karena ia akan menjadi syafaat bagi pembacanya di Hari Kebangkitan,” (HR Muslim).

2. Utsman bin Affan Radhiyallahuanhu meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya kepada orang lain,” (HR Bukhari).

3. Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahuanhu meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah (Al Qur`an), maka baginya satu pahala kebaikan dan satu pahala kebaikan akan dilipat gandakan menjadi sepuluh kali, aku tidak mengatakan Alif Laam Miim itu satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf,” (HR Tirmizi).

B. Keutamaan Berzikir
1. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa bertasbih kepada Allah sehabis shalat sebanyak tiga puluh tiga kali, dan bertahmid kepada Allah tiga puluh tiga kali, dan bertakbir kepada Allah tiga puluh tiga kali, hingga semuanya berjumlah sembilan puluh sembilan, -dan beliau menambahkan- dan kesempurnaan seratus adalah membaca Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku walahul walahul hamdu wahuwa 'alaa kulli syai'in qadiir, maka kesalahan-kesalahannya akan diampuni walau sebanyak buih di lautan,” (HR Muslim).

2.      Abu Huraira Radhiyallahuanhu meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa mengucapkan 'Subhanallah wabihamdihi Maha suci Allah dan segala pujian hanya untuk-Nya' sehari seratus kali, maka kesalahan-kesalahannya akan terampuni walaupun sebanyak buih di lautan,” (HR Bukhari & Muslim).

3.      Abu Musa Radhiyallahuanhu meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Permisalan orang yang mengingat Rabbnya dengan orang yang tidak mengingat Rabbnya seperti orang yang hidup dengan yang mati,” [HR Bukhari].

C. Keutamaan Berselawat kepada Nabi ﷺ

1.      Allah ﷻ berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا ٥٦

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya,” (QS Al-Ahzab: 56).

2.      ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Aas meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali,” [HR Muslim]. Wallahu’alam bish shawwab..

Sumber:
http://islamqa.info/en/10117

Terjemah: Irfan Nugroho
Staf pengajar di Pondok Pesantren Tahfizul Quran At-Taqwa Nguter-Sukoharjo.


~Shalat Berjamaah #2: Ada Pahala Bertambah dan Dosa Berkurang di Tiap Langkah Menuju Masjid~

Oleh Syeikh Abu Abdil Aziz bin Abdullah bin Safar Al-Ghamidi

Dari Abu Hurairah Radhiyallahuanhu, ia mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

صَلاةُ الرَّجُلِ فِي الْجَمَاعَةِ تُضَعَّفُ عَلَى صَلاتِهِ فِي بَيْتِهِ وَفِي سُوقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِينَ ضِعْفًا وَذَلِكَ أنَّهُ إذَا تَوَضَّأ فَأحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ خَرَجَ إلَى الْمَسْجِدِ لا يُخْرِجُهُ إلاّ الصَّلاةُ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إلاّ رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّتْ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ فَإذَا صَلَّى لَمْ تَزَلِ الْمَلائِكَةُ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَا دَامَ فِي مُصَلاّهُ تَقُوْلُ : اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ، وَلا يَزَالُ أحَدُكُمْ فِي صَلاةٍ مَا انْتَظَرَ الصَّلاةَ)). واللفظ البخاري.


"Pahala salat berjamaah melebihi pahala salat sendirian di rumahnya dan di pasarnya, yaitu dua puluh lima kali lipat. Yang demikian itu apabila ia berwudu dengan sebaik-baiknya, kemudian ia pergi menuju masjid, tidak ada tujuan lain kecuali untuk salat berjamaah, maka tidaklah setiap langkah yang diayunkannya melainkan terangkat baginya satu derajat dan dihapuskan untuknya satu dosa. Apabila ia telah melakukan salat berjamaah, maka para malaikat senantiasa mendoakannya selama ia masih berada di tempat salatnya dan juga ia belum berhadas. Para Malaikat berdoa: “Allahumma shalli `alaihi, Allahummarhamhu (Ya Allah, Ampunilah dia dan rahmatilah).” Ia tetap dianggap salat selama ia menunggu waktu shalat berikutnya tiba," [Al Bukhari].

Bagi siapa saja yang menunggu waktu salat berikutnya tiba di dalam masjid, maka ia akan memperoleh 4 (empat) keistimewaan yaitu:

1. Ia seperti orang yang selalu siap berperang di jalan Allah.

2. Dicatat baginya pahala salat meskipun ia menantikannya dalam keadaan duduk.

3. Para malaikat memohonkan ampunan untuknya.

4. Jika pada saat itu dia mengisi waktunya dengan membaca Al-Qur`an dan zikrullah maka akan ditambahkan baginya pahala tilawah dan zikir.

=========
Info Pendaftaran Santri Baru PPTQ At-Taqwa Nguter-Sukoharjo, klik > http://goo.gl/z1aqN4
===============
Telegram.me/pptqattaqwa
Facebook.com/pptqattaqwa
WA: +6285647172180
www.el-taqwa.com
===============

~Shalat Berjamaah #1: Pahalanya Lebih Utama 27 Kali daripada Shalat Sendirian~

Oleh Syeikh Abu Abdil Aziz bin Abdullah bin Safar Al-Ghamidi
Pahala salat berjamaah melebihi pahala salat sendirian dua puluh tujuh derajat.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ :

((صَلاةُ الْجَمَاعَةِ أفْضَلُ مِنْ صَلاةِ الْفَرْدِ بِسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَة)). متفق عليه.

Dari Ibnu Umar Radhiyallahuanhum bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda :

Shalat berjama`ah lebih utama daripada shalat sendirian dua puluh tujuh derajat, (Muttafaqun `Alaihi).

Maka keutamaan apa yang lebih besar daripada fadillah salat berjamaah ini?

Seandainya ada yang mengatakan kepada orang-orang bahwa menanam investasi di dalam bisnis si fulan akan mendatangkan profit untuk setiap satu riyalnya itu dua puluh tujuh riyal, niscaya mereka dengan mati-matian berusaha turut menanamkan investasi di dalamnya dengan harapan mendapatkan keuntungan bagi hasil yang mungkin saja ia akan memperolehnya dan mungkin juga tidak.

Sedangkan investasi dengan beramal saleh di dalam bisnis yang jelas-jelas menguntungkannya ini, yang mengandung kepastian profit yang besar dan kebaikan yang telah diketahuinya, tidak dipedulikannya kecuali oleh hanya segelintir orang saja.

Kebanyakan mereka seperti yang difirmankan Allah Subhanahu Wa Ta'ala:

“Tetapi kamu lebih memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal,” (QS. 87: 16-17).
===============
Telegram.me/pptqattaqwa
Facebook.com/pptqattaqwa
WA: +6285647172180
www.el-taqwa.com
===============
Donasi untuk Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo:
(BRI): 6913-01-018205-53-4
a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa
Konfirmasi: +6285647172180



Dari Ibnu Abbas Radhiyallahuanhu ia berkata, pada suatu hari aku membonceng Rasulullah kemudian dia bersabda kepadaku, "Wahai anak muda, aku akan mengajarimu beberapa perkara:

احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ

1. Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu.

"Jika engkau mengamalkan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangannya, niscaya Allah akan menjaga urusanmu di dunia dan di akhirat," [Syeikh Jamil Zainu].

احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ

2. Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatin-Nya di hadapanmu.

"Jika engkau memelihara hukum-hukum Allah dan memelihara hak-hak-Nya, niscaya engkau akan mendapati Allah senantiasa memberimu taufik dan pertolongannya kepadamu," [Syeikh Jamil Zainu].

إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ

3. Jika engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Allah, dan jika engkau meminta tolong, mintalah kepada Allah.

"Jika engkau menginginkan pertolongan Allah atas urusanmu di dunia atau di akhirat, mintalah kepada Allah, terutama untuk urusan yang tidak ada yang sanggup memberi pertolongan kecuali Allah semata, seperti kesembuhan dari penyakit, atau rejeki.

وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتْ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ

4. "Ketahuilah sesungguhnya jika seluruh manusia bersatu untuk memberimu manfaat, maka mereka tidak akan memberi manfaat apa pun selain yang telah ditakdirkan Allah untukmu. Seandainya bila mereka bersatu untuk membahayakanmu, mereka tidak akan membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan Allah kepadamu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering (maksudnya takdir telah ditetapkan)," [HR Tirmidzi].

"Seorang muslim hendaknya mengimani takdir yang telah ditetapkan Allah atasnya, baik itu takdir yang baik atau pun takdir yang buruk," [Syeikh Jamil Zainu].

Pelajaran dari hadist di atas antara lain:
1. Rasulullah sangat cinta kepada anak-anak. Beliau memboncengkan Ibnu Abbas dan memanggilnya dengan, "Yaa Ghulam.." (Wahai anak muda..).

2. Perintah kepada orang tua agar memerintahkan anak-anak mereka menaati Allah dan menjauhkan mereka dari kemaksiatan demi kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.

3. Allah akan menolong seorang mukmin yang sedang mengalami kesulitan apabila ia mau memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak manusia ketika ia dalam keadaan lapang, sehat, dan kaya raya.

4. Perintah kepada orang tua agar menanamkan akidah tauhid di dalam jiwa anak dengan menyuruh mereka untuk meminta sesuatu atau pertolongan hanya kepada Allah.

5. Menetapkan akidah keimanan terhadap takdir yang baik dan yang buruk karena itu merupakan bagian dari rukun iman.

6. Perintah kepada orang tua agar mendidik anak-anak mereka bersikap optimis agar bisa menghadapi hidup dengan penuh keberanian dan harapan, serta menjadi pribadi yang bermanfaat bagi umatnya.

Sumber:
Zainu, Jamil. 2005. Seruan kepada Pendidik dan Orang Tua. Solo: Pustaka Barokah.
===============
Telegram: telegram.me/pptqattaqwa Website: http://www.el-taqwa.com
Whatsapp: +6285647172180
Facebook: facebook.com/pptqattaqwa
===============
Donasi untuk Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo:
(BRI): 6913-01-018205-53-4
a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa
Konfirmasi: +6285647172180



Shalat lima waktu itu wajib, wajib, dan wajib. Artinya, siapa saja yang melakukannya maka ia akan mendapat pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala, sedang siapa saja yang tidak menjalankannya akan mendapat dosa.

Perintah shalat lima waktu dapat ditemui di dalam Quran Surat Al-Baqarah ayat 238, di mana Allah berfirman:

حَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوٰتِ وَالصَّلٰوةِ الْوُسْطٰى ۙ  وَقُوْمُوْا لِلّٰهِ  قٰنِتِيْنَ

"Peliharalah semua salat dan salat wusta. Dan laksanakanlah (salat) karena Allah dengan khusyuk," [QS. Al-Baqarah: 238].

Semua ahli tafsir sepakat bahwa jika Allah memerintahkan sesuatu di dalam Quran, maka perintah tersebut adalah wajib.

#SudahShalatBelum?
===============
*raih pahala dengan berbagi konten bermanfaat
===============
Berlangganan tausiyah dari Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter-Sukoharjo:

Instal aplikasi Telegram via Playstore, klik dan join channel kami di:

telegram.me/pptqattaqwa

WA: +6285647172180
===============


Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nyerocos diartikan sebagai, "Berkata terus menerus dengan lancar dan cepat sehingga orang lain tidak sempat menyela."

Banyak kita jumpai sebagian besar kita memiliki sifat seperti ini. Kita terus saja berucap panjang lebar dengan cepat seperti tanpa jeda, yang sering berujung pada kebosanan di pihak pendengar.

Padahal, Rasulullah صلى الله عليه وسلم tidaklah seperti ini. Ibunda Aisyah Radhiyallahuanha berkata:

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَكُنْ يَسْرُدُ الْحَدِيثَ كَسَرْدِكُمْ

"Sesungguhnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم tidak pernah berbicara dengan terburu-buru seperti kalian," [HR Bukhari].

Rasulullah صلى الله عليه وسلم itu tenang, lembut, suka jika kata-katanya dipahami orang lain.

Perhatiannya kepada umat ialah dengan memperhatikan perbedaan karakter orang dan tingkat pemahaman orang lain.

Inilah salah satu kesempurnaan akhlak Rasulullah صلى الله عليه وسلم...

Sumber:
Al-Dhabi'i, Abdul Aziz Abdullah. 2015. Beginilah Rasulullah Bersama Keluarganya. Riyadh: Islamhouse

===============
*raih pahala dengan berbagi konten bermanfaat
===============
Berlangganan tausiyah dari Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter-Sukoharjo:

Instal aplikasi Telegram via Playstore, klik dan join channel kami di:
telegram.me/pptqattaqwa

WA: +6285647172180
===============


Syaikh 'Abdul 'Aziz Ath-Tharifi berkata,

"Di antara alamat terbesar taufik adalah Allah menjadikan seseorang sebagai pemberi petunjuk pada kebaikan."

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

 إِنَّ مِنْ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ وَإِنَّ مِنْ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلشَّرِّ مَغَالِيقَ لِلْخَيْرِ فَطُوبَى لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الْخَيْرِ عَلَى يَدَيْهِ وَوَيْلٌ لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الشَّرِّ عَلَى يَدَيْهِ

"Sesunggunya di antara manusia ada yang menjadi kunci-kunci pembuka kebaikan dan penutup kejahatan.

Dan di antara manusia itu juga ada yang menjadi kunci-kunci pembuka kejahatan dan penutup kebaikan.

Maka beruntunglah bagi orang yang Allah jadikan dirinya sebagai kunci-kunci pembuka kebaikan, dan celakalah bagi orang yang Allah jadikan dirinya sebagai kunci-kunci pembuka kejahatan," [HR Ibnu Majah].
===============
*raih pahala dengan berbagi konten bermanfaat
===============
Berlangganan tausiyah dari Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter-Sukoharjo:

Instal aplikasi Telegram via Playstore, klik dan join channel kami di:
telegram.me/pptqattaqwa

WA: +6285647172180
===============


Satu dari sekian sebab dilaknatnya Bani Israel oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala adalah meninggalkan amar ma'ruf nahi mungkar, atau menyeru pada kebaikan dan melarang dari kejahatan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

لُعِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْۢ بَنِيْۤ اِسْرَآءِيْلَ عَلٰى لِسَانِ دَاوٗدَ وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ   ؕ  ذٰ لِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ

"Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Daud dan 'Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas," [QS. Al-Ma'idah: 78].

كَانُوْا لَا يَتَـنَاهَوْنَ عَنْ مُّنْكَرٍ فَعَلُوْهُ   ؕ  لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ

"Mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang selalu mereka perbuat. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat," [QS. Al-Ma'idah: Ayat 79].

Pun demikian dengan sebagian umat Islam di hari ini yang mulai terjangkit dengan penyakit Bani Israel seperti di atas.

Idealnya memang kedua perintah ini harus selalu diagungkan oleh umat Islam yang jujur keimanannya. Tetapi di sana, ada sebagian umat yang lebih memilih melakukan amar maruf dan enggan melakukan nahi mungkar, bahkan ada pula sebagian lainnya yang enggan melakukan keduanya.

Yang jadi pertanyaan, ditinggalkannya amar maruf nahi mungkar ini karena dorongan hawa nafsu, ataukah karena adanya penghalang sebagaimana dalam suatu riwayat dari Anas bin Malik Radiyallahuanhu yang berkata:

قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى نَدَعُ الِائْتِمَارَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيَ عَنْ الْمُنْكَرِ قَالَ إِذَا ظَهَرَ فِيكُمْ مَا ظَهَرَ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ إِذَا كَانَتْ الْفَاحِشَةُ فِي كِبَارِكُمْ وَالْمُلْكُ فِي صِغَارِكُمْ وَالْعِلْمُ فِي رُذَالِكُمْ

Ditanyakanlah kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم ,

“Ya Rasulullah, kapan kami akan meninggalkan amar makruf dan nahi munkar?”

Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab,

“Jika muncul di tengah kalian suatu perkara yang pernah muncul pada zaman Bani Israil, yaitu:

1) Perbuatan keji dilakukan oleh para pembesar,

2) Pemerintahan dipegang oleh anak-anak kecil, dan

3) Ilmu berada di tangan orang-orang yang (bermental) rendah," [ HR. Ibnu Majah, Al-Fitan, hadits no. 4015 [Sunan Ibnu Mâjah (2/1331)].

Download dan simak khutbah Jumat Ust Uwais Abdullah, pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo di tautan berikut:

DROPBOX
===============
*raih pahala dengan berbagi konten bermanfaat
===============
Berlangganan tausiyah dari Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter-Sukoharjo:

Instal aplikasi Telegram via Playstore, klik dan join channel kami di:
telegram.me/pptqattaqwa

WA: +6285647172180
===============

~~

Abu Darda Radhiyallahuanhu berkata:

Yang membuatku tertawa ada tiga, dan yang membuatku menangis juga ada tiga.

3⃣Yang membuatku tertawa adalah:
1. Orang yang berangan-angan dengan dunia, padahal maut di depan matanya,

2. Orang yang lalai, padahal ia tidak pernah dilalaikan (selalu diawasi dan dicatat seluruh perbuatannya),

3. Orang yang tertawa terbahak-bahak padahal ia tidak tahu apakah Rabb-nya murka atau senang kepadanya.

3⃣Yang membuatku menangis adalah:
1. Kedahsyatan yang akan dilalui nanti di akhirat setelah kematian,

2. Terputusnya amal

3. Kedudukanku di tangan Allah, di mana aku tidak tahu apakah Allah menyuruhku masuk surga atau neraka.

📚Sumber:
[Al-Bayân wat Tabyiin, III/151].
===============
📲Berlangganan tausiyah dari Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter-Sukoharjo:

Whatsapp: +6285647172180
Telegram: telegram.me/pptqattaqwa
Facebook: facebook.com/pptqattaqwa
Website: www.el-taqwa.com
===============
💰Donasi untuk Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo:
(BRI): 6913-01-018205-53-4
a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa
Konfirmasi: +6285647172180
Diberdayakan oleh Blogger.