Halloween party ideas 2015
Tampilkan postingan dengan label Akhlak. Tampilkan semua postingan



☝Rasulullah ﷺ ditanya tentang Islam apakah yang paling baik, maka beliau bersabda:

تُطْعِمُ الطَّعَامَ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ

“Memberi makan, menyebarkan salam kepada orang yang dikenal maupun yang tidak dikenal,” [Muttafaq Alaihi].

📝Faishal Alu Mubarak Rahimahullah berkata:

إطعام الطعام من خير خصال الإِسلام لما فيه من دفع الحاجة عن الفقير، وجلب المحبة، والتآلف، وكذلك إفشاء السلام لما فيه من التآلف وجلب المحبة أيضًا والإِبعاد عن الكبر.

“Memberi makan adalah satu dari sekian kebaikan di dalam Islam, karena darinya dapat memenuhi hajat orang fakir, menumbuhkan rasa cinta dan kedekatan. Pun demikian dengan memberi salam, yang dapat menumbuhkan rasa cinta dan kedekatan, serta menjauhkan diri dari sifat sombong.”

📚Tathriz Riyadhus Shalihin: 1/845
~~~~~~~~~~
📲 Pendaftaran Santri Baru Pesantren Tahfizh At-Taqwa: bit.ly/daftarATTAQWA

▶https://t.me/pptqattaqwa
▶http://www.el-taqwa.com
~~~~~~~~~~



☝Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا

“Sesungguhnya orang di antara kalian yang paling aku cintai dan yang tempat duduknya paling dekat denganku di hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya di antara kalian,” [HR Tirmizi: 2018. Al-Albani: Sahih].

📝Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata:

الدِّينُ كُلُّهُ خُلُقٌ. فَمَنْ زَادَ عَلَيْكَ فِي الْخُلُقِ: زَادَ عَلَيْكَ فِي الدِّينِ

“Keseluruhan agama ini adalah akhlak. Siapa saja yang lebih unggul daripadamu dalam urusan akhlak, maka dia lebih unggul daripadamu dalam urusan agama.”

📚Madarijus Salikin: 2/294
~~~~~~~~~~
📲 *Pendaftaran Santri Baru Pesantren Tahfizh At-Taqwa:* bit.ly/daftarATTAQWA

▶https://t.me/pptqattaqwa
▶http://www.el-taqwa.com
~~~~~~~~~~



☝Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا

“Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling mulia akhlaknya,” [HR Bukhari: 6035, Muslim: 2321, Ahmad: 6505]

📝Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:

‏حقيقة حسن الخلق: بذل المعروف وكف الأذى وطلاقة الوجه

"Hakikat ahklak yang baik adalah berbuat baik, tidak menyakiti, dan menunjukkan wajah yang berseri-seri,”

🔍IslamQA: 245973
~~~~~~~~~~
📲 Tadabur Quran | Pesantren Tahfizh At-Taqwa

▶https://t.me/pptqattaqwa
▶http://www.el-taqwa.com
~~~~~~~~~~



💎 “Kalau orang sombong karena hartanya, hendaklah dia sadar bahwa hartanya akan lenyap darinya. Kalau orang sombong karena ilmunya, hendaklah dia sadar bahwa yang lebih berilmu darinya banyak sekali. Kalau orang sombong karena amalnya, hendaklah dia sadar bahwa menganggap amalnya sempurna adalah sifat yang hina, bukan kemuliaan.”💎

📝Ibnul Jauzi
📓[Tib Al-Rūhāní]
*~~~~~~~~~~*
📲 #TadaburQuran Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Sukoharjo
▶https://telegram.me/pptqattaqwa
▶http://www.el-taqwa.com
*~~~~~~~~~~*

#sombong #harta #ilmu #amal #hikmah #islam #salaf

💎 “Barangsiapa yang belum sanggup membahagiakan manusia dengan hartanya, makanan dan minumannya, hendaklah dia membahagiakan mereka dengan wajah yang ceria dan akhlak yang baik,”

~Ibrahim bin Adham
[Hilyatul Auliya: 7/389]

" فمن لم يواسِ الناس بماله وطعامه وشرابه ، فليواسهم ببسط الوجه ، والخلق الحسن".

[حلية الأولياء ( ٧ / ٣٨٩ ) ]

🔁 Penerjemah: Ust Fatwan AM
*~~~~~~~~~~*
📲 #TadaburQuran Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Sukoharjo
▶https://t.me/pptqattaqwa
▶http://www.el-taqwa.com
*~~~~~~~~~~*



Allah membenci siapa saja yang bersikap sombong. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

َلَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ أَحَدٌ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرِيَاءَ

"Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari kesombongan," [HR Bukhari & Muslim].

Di hadis yang lain Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

الْعِزُّ إِزَارُهُ وَالْكِبْرِيَاءُ رِدَاؤُهُ فَمَنْ يُنَازِعُنِي عَذَّبْتُهُ

"Kemuliaan adalah sarung-Nya dan kesombongan adalah selendang-Nya. Barang siapa menentang-Ku, maka Aku akan mengadzabnya," [HR Muslim].

Nah, satu dari sekian ciri atau sifat orang munafik adalah sombong, sebagaimana firman Allah:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُولُ اللَّهِ لَوَّوْا رُءُوسَهُمْ وَرَأَيْتَهُمْ يَصُدُّونَ وَهُمْ مُّسْتَكْبِرُونَ

"Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah (beriman), agar Rasulullah memohonkan ampunan bagimu," mereka membuang muka dan engkau lihat mereka berpaling dengan menyombongkan diri," [QS. Al-Munafiqun: 5]
*~~~~~~~~~~~~*
💹 *UPDATE DONASI* (23 Oktober 2016): *Rp114,6 juta* dari *Rp561 juta*
*~~~~~~~~~~~~*
📖 #TadaburQuran Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Sukoharjo
▶️ Telegram: goo.gl/6C9vTa
▶️ Situs: www.el-taqwa.com
==============

#TadaburQuran 📖
===============
☝Siapa saja yang berhasil meraih satu prestasi, ucapkan:

هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْ

🍃"Ini adalah karunia Rabb-ku untuk mengujiku," [QS. An-Naml: 40].

🌺Ini sebagai pengakuan bahwa nikmat itu dari Allah, juga untuk mengingat Allah yang telah melimpahkan nikmat tersebut kepadanya.

📌Oleh karenanya, ucapkan pula:

مَا شَآءَ اللّٰهُ ۙ لَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللّٰهِ

🍃"Masya Allah, la quwwata illa billah" (Sungguh, atas kehendak Allah, semua ini terwujud)," [QS. Al-Kahf: 39].

🌺Agar terhindar dari rasa sombong.

📝Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Munajjid (@almunajjid_en)
===============
📲Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Sukoharjo
▶️ Telegram: goo.gl/6C9vTa
▶️ Whatsapp: +6285647172180
===============


Amarah itu manusiawi, sedang penganiayaan adalah haram. Tidak selamanya orang yang dianiaya bisa bersabar dan tidak selalunya orang yang menganiaya bisa dimaafkan. Oleh karena itu, ada hukum qishas di dunia, sebagaimana firmanNya:

وَ لَـكُمْ فِى الْقِصَاصِ حَيٰوةٌ يّٰٓـاُولِيْ الْاَلْبَابِ لَعَلَّکُمْ تَتَّقُوْنَ

"Dan dalam qisas itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang yang berakal, agar kamu bertakwa," [QS. Al-Baqarah: 179].

Berapa banyak penindas yang jika dibiarkan justru terus menindas dengan jahat dan merusak.

Oleh karena itu, sifat memaafkan tidak selamanya dianjurkan. Kadang kala sifat memaafkan dipahami oleh orang-orang pandir sebagai ketidakberdayaan. Bahkan, memaafkan dipahami sebagai menyerah diri kepada penindasan. Jika demikian, para penindas itu akan terus menindas dan dan sewenang-wenang.

Padahal Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَاِنْ طَآئِفَتٰنِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اقْتَتَلُوْا فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَا ۚ فَاِنْۢ بَغَتْ اِحْدٰٮهُمَا عَلَى الْاُخْرٰى فَقَاتِلُوا الَّتِيْ تَبْغِيْ حَتّٰى تَفِيْٓءَ اِلٰٓى اَمْرِ اللّٰهِ ۚ فَاِنْ فَآءَتْ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَاَقْسِطُوْا ؕ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ

"Dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil," [QS. Al-Hujurat: 9].

Banyak orang yang salah dalam memahami sifat pemaaf. Mereka (biasanya para penguasa) terus menzalimi orang lain (biasanya rakyat jelata) sembari mengklaim bahwa mereka memiliki sifat mulia, yaitu rela mendahulukan kepentingan umum.

Mereka seperti menindas rakyat secara terus menerus, sambil meminta rakyat untuk bersabar menghadapi penindasan mereka.

Sungguh, jauh perbedaan antara sifat pemaaf dengan sifat lemah, antara pengecut dengan menyerah. Pahamilah dan pikirkanlah, semoga Allah memberkahi Antum.

Oleh Syekh Mustafa Al-Adawy, dalam Fikih Akhlak, terbitan Qisthi Press Jakarta, halaman: 63-64.
===============
💢Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Sukoharjo
▶ www.el-taqwa.com
▶️ TG: goo.gl/6C9vTa
▶ WA: +6285647172180
▶ FB: fb.me/pptqattaqwa
===============



Membeberkan kesalahan orang lain adalah perbuatan dosa; sedang menutupi kesalahan orang lain adalah perbuatan yang berbuah pahala dan akan menutup aib Antum di Hari Kiamat.

Harga diri mereka adalah harga diri Antum. Membuka aib mereka adalah sama dengan membuka aib Antum sendiri.

Hati-hatilah, jangan membeberkan aib orang lain dan menyebarkannya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ يُحِبُّوْنَ اَنْ تَشِيْعَ الْفَاحِشَةُ فِى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ۙ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ؕ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْـتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui," [QS. An-Nur:19].

Sumber: Syekh Mustafa Al-Adawy, dalam Fikih Akhlak
===============
Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Sukoharjo
▶ www.el-taqwa.com
▶️ TG: goo.gl/6C9vTa
▶ WA: +6285647172180
▶ FB: fb.me/pptqattaqwa
===============


Majelis ilmu bagi muslimah adalah sebuah keniscayaan yang harus ada. Dengannya muslimah memahami ilmu yang benar, ibadah yang sah, dan termotivasi untuk beramal. Di samping manfaat lain berupa ukhuwah, ta'aruf dengan muslimah lain sehingga melahirkan sikap ta'awun 'alal birri wa taqwa di antara mereka. Segala kelebihan tersebut terkumpul dalam hadits Nabi yang mensifatkan majelis ilmu sebagai "riyadhul jannah", taman-taman jannah.

Meski demikian, ternyata tidak seluruh yang hadir beruntung dengan segala kelebihan dan fadhilah majelis tersebut. Sebagian lebih memilih comberan di antara mata air yang jernih, lebih menyukai bangkai di tengah hamparan buah-buahan yang segar, dan memilih sampah di antara taman bunga yang indah. Mereka menjadikan majelis ilmu sebagai ajang untuk menggunjing, kesempatan untuk "qiil wa qaal" (menyebarkan kabar burung) dan medan untuk mengorek aib saudara-saudaranya. Majelis ilmu diperlakukan layaknya sarang gosip dan pabrik isu.

MENGHADIRI WALIMAH
Hadirnya muslimah dalam walimah pernikahan dan semisalnya adalah positif jika dimaksudkan untuk memenuhi undangan saudaranya. Kedatangannya merupakan kebahagiaan tersendiri bagi yang mengundangnya. Kesempatan untuk mempererat ukhuwah di kalangan muslimah pun terbuka dalam acara seperti ini.

Ironisnya, ada yang merasa mendapat kenikmatan jika sepulang menghadiri walimah dapat mengoceh tentang penganten yang kurang serasi fisiknya, menu tak bermutu yang tak sepadan dengan tingkat kekayaannya atau sambutan yang tidak menyejukkan para tamunya. Jelas orang semacam ini hanya memetik madharat dari kesempatan yang mulia tersebut.

BERKUNJUNG KE RUMAH SAUDARA
Saling mengunjungi antara keluarga muslim juga merupakan amal yang memiliki fadhilah tinggi, bahkan Nabi bersabda:

"Sesungguhnya di sekitar arsy ada mimbar-mimbar yang di atasnya ada kaum yang wajah mereka bercahaya, baju-baju mereka bercahaya, padahal mereka bukan para nabi dan bukan pula para syuhada', hingga para nabi dan para syuhada' takjub dengan keadaan mereka." Para sahabat berkata, "Sebutkanlah sifat mereka kepada kami wahai Rasulullah !" Beliau bersabda, "Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena Allah dan saling mengunjungi karena Allah." (HR. An-Nasa'i)

Di samping itu, ia juga merupakan wasilah untuk mendapatkan rejeki dan memanjangkan umur.

Akan tetapi pemilik hati yang sakit, pikiran yang kotor dan lidah usil akan luput pula dari keutamaan ini. Ia merasa mendapatkan sesuatu yang sangat berharga ketika dapat mengantongi seabrek data-data aib keluarga yang dikunjunginya. Untuk selanjutnya, akan dijadikan bahan menggunjing, keluarga fulan jorok, rumahnya seperti kapal pecah, bakhil terhadap tamu, anaknya tak terurus, anggota keluarganya kacau dan sebagainya. Padahal:

مَنْ سَتَرَ عَوْرَةَ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ كَشَفَ عَوْرَةَ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ كَشَفَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ حَتَّى يَفْضَحَهُ بِهَا فِي بَيْتِهِ
"Barang siapa yang menutupi aib saudaranya muslim, Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat, dan barang siapa mengumbar aib saudaranya muslim, maka Allah akan mengumbar aibnya hingga terbukalah kejelekannya di dalam rumahnya." (HR. Ibnu Majah)

Sehingga kita dapatkan bahwa orang yang suka menyebar aib akhirnya menjadi orang yang paling nampak aibnya di hadapan manusia, wal 'iyadhu billah.

LEBIH SERIUS DARI KONDISI BIASA
Jika dalam suasana, waktu dan tempat yang memiliki fadhilah utama seorang muslimah hanya dapat memetik madharat, bagaimana halnya di tempat lain yang tidak lebih steril dari pemicu dosa dan maksiat?

Para ulama memandang bahwa suatu dosa yang dilakukan dalam kondisi, waktu dan tempat utama untuk beribadah adalah lebih serius dari dosa sejenis yang dikerjakan di kesempatan yang lain. Berzina di rumah bordil memang dosa besar, namun lebih mana jika dibandingkan dengan orang yang berzina di siang Ramadhan, di masjid dan saat orang-orang sedang shalat berjamaah di dalamnya. Yang kedua jelas lebih berbahaya, karena di dalamnya mengandung unsur pelecehan dan penghinaan terhadap keutamaan suatu kesempatan.

Maka hendaknya kita waspada dari bencana besar dengan banyak-banyak memenjarakan lisan kita, menahannya kecuali untuk sesuatu yang benar dan bermanfaat.

NAFSU BICARA
Para aktivis muslimah atau istri aktivis walaupun -alhamdulillah- telah dapat menjaga dari tindakan keji dan zina, namun bukan jaminan bahwa dia dapat menjaga lisannya. Sedangkan nabi telah mengingatkan bahaya keduanya dalam tingkatan yang sejajar. Bahkan beliau memberikan jaminan jannah bagi yang mampu menjaga lisan dan kemaluannya.

Nafsu untuk bercerita kepada orang lain terhadap segala sesuatu yang pernah didengar menjadi penyakit berbahaya yang menjangkiti banyak manusia, tak terkecuali para muslimah. Padahal pelakunya dicap pendusta oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِع
"Cukuplah seseorang dikatakan pendusta jika dia menceritakan setiap apa yang dia dengar." (HR. Muslim)

Karena bisa jadi yang ia dengar hanyalah isu dan berita burung atau informasi dusta belaka, jika dia turut menyebarkannya berarti dia juga pendusta karena menyebarkan kedustaan. Tidak setiap yang kita dengar boleh kita ceritakan, bahkan tak setiap berita yang benar mesti kita sebarkan. Karena bisa jadi mengandung unsur ghibah, provokasi, menyingkap rahasia saudaranya tanpa alasan yang benar atau mengungkit aib saudaranya.

MERASA LEBIH BAIK
Ke mana lagi muara segala penyakit tersebut jika bukan perasaan ujub dan merasa lebih baik. Mungkin karena orang lain lebih muda usianya, belum lama kenal agama, warna kerudung tak segelap yang dipakainya, atau bacaan Qur'annya tak sefasih dirinya. Padahal Allah membagi amal sebagaimana membagi rejeki. Bisa jadi, meski dalam amal tertentu dia lebih unggul, namun untuk urusan lain belum tentu orang yang mencatat memiliki kebaikan seperti yang dimiliki orang yang dicacat. Bisa jadi dia lebih ikhlas, lebih tulus, lebih bisa menjaga lisan dan kehormatannya, lebih banyak sedekahnya, lebih khusyuk shalatnya dan sebagainya.

Alangkah indahnya gambaran yang diungkapkan oleh seorang salaf tentang tawadhu' yang merupakan lawan dari ujub, "Tatkala engkau melihat orang yang lebih muda darimu engkau berkata "Aku telah lebih dahulu bermaksiat dibanding dia, maka dia lebih baik daripada saya" dan tatkala engkau melihat yang lebih tua berkata "Dia lebih dahulu beramal shalih daripada aku, maka dia lebih baik dariku."

Namun bukan berarti dengan alasan tersebut boleh meninggalkan nahi mungkar. Akan tetapi bagi yang telah dewasa pikirannya tentunya dapat membedakan mana yang termasuk indikasi mencegah kemungkaran, mana pula yang hanya membongkar dan mempermalukan saudaranya. Sehingga perlu pula untuk dimengerti bahwa kemungkaran yang kita ingkari, kita tegur pelakunya dan kita desak untuk menghentikannya adalah sesuatu yang disepakati sebagai suatu kemungkaran. Bukan perkara yang masuk dalam wilayah ikhtilaf para ulama. Perlu pula dibedakan antara kemungkaran dengan kekurangan dalam hal afdhaliyah amal.

JANGAN MAU MENJADI PARTNER
Pelaku ghibah dan hobi ngoceh tak akan banyak berkutik jika tidak mendapat respon dari lawan bicara. Sehingga diperlukan keberanian dan ketegasan untuk menegur atau mengacuhkan seseorang yang tengah menggunjing. Sebab bertemunya ia dengan pendengar setia yang antusias dengan gunjingannya seakan pemain bola yang mendapat support dari penontonnya. Dia kian bersemangat untuk mengumbar omongannya. Sedangkan Allah melarang kita tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan. Wallahu a'lam.*

*Sumber: Majalah Ar-Risalah No.22/Th.2 Muharram - Shafar 1424 H/ April 2003


Laknat adalah penyebab masuk neraka. Diriwayatkan bahwa kaum wanita bertanya kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم,

"Wahai Rasulullah, mengapa sebagian besar penduduk neraka adalah kaum kami (wanita)?"

Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjawab:

تكثرن اللعن وتكفرن العشير

"Karena kalian sering mencaci dan mengingkari suami," [HR Muslim].

Allah berfirman:

"Janganlah kalian memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk nama adalah nama fasik setelah keimanan," [QS Al-Hujurat: 11].

Jangan menanamkan rasa takut di kalangan mukminin dengan ucapan-ucapan Anda.

Rasulullah صلى الله عليه وسلم melarang menakut-manukuti orang lain dan beliau sendiri selalu berusaha menghilangkan rasa takut itu dan membuat masyarakat tidak gelisah.

Ketika Ibrahim bertemu dengan para malaikat, dia berkata:

"Kami merasa takut kepada kalian," [QS Al-Hijr: 52].

Kemudian para malaikat berkata kepadanya:

"Jangan takut!" [QS Al-Hijr: 53].

Berapa banyak orang yang bergurau dengan kebohongan dan menyebabkan ketakutan di diri orang lain, tetapi mereka merasa telah berbuat baik.

Merekalah orang yang berdosa!

Oleh karena itu, berusahalah dengan sungguh-sungguh agar manusia selamat dari lisan Anda.

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده

"Muslim itu adalah yang orang lain selamat dari lisan dan tangannya," [HR Bukhari].

Sumber:
Al-Adawy, Musthafa. 2014. Fikih Akhlak. Jakarta: Qisthi Press. Hal.: 199-200

Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Sukoharjo
===============
PP At-Taqwa Sukoharjo SIAGA BANJIR, Mari Bantu! Klik >> http://goo.gl/Du4noN
===============
Berlangganan tausiyah:
Telegram.me/pptqattaqwa
WA: +6285647172180
===============
Zakat, Infak, Sedekah via (BRI):
6913-01-018205-53-4
a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa
Konfirmasi: +6285647172180



Dari sahabat mulia Abu Hurairah Radhiyallahuanhu, ia mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:


حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ || إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ


"Hak seorang muslim terhadap seorang muslim ada enam perkara:

(1) Bila engkau bertemu dengannya, ucapkankanlah salam kepadanya

(2) Bila dia mengundangmu, penuhilah undangannya

(3) Bila dia minta nasihat, berilah dia nasihat

(4) Bila dia bersin lalu dia membaca tahmid, doakanlah semoga dia beroleh rahmat

(5) Bila dia sakit, kunjungilah dia

(6) Dan bila dia meninggalkan, ikutlah mengantar jenazahnya ke kubur," [HR Muslim].
=========
Info Pendaftaran Santri Baru Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter-Sukoharjo, klik > http://goo.gl/z1aqN4
=========
Tausiyah dari PPTQ At-Taqwa Nguter-Sukoharjo:
Telegram.me/pptqattaqwa
Facebook.com/pptqattaqwa
www.el-taqwa.com
WA:+6285647172180
=========


~Inti Agama Islam adalah Akhlak yang Baik..~

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًا


"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah," [QS. Al-Ahzab: 21].

Seorang tabiin asal Madinah, Ikrimah Rahimahullah, yang wafat tahun 104H berkata,

‏لكل شيء أساس، وأساس
الإسلام الخلق الحسن

"Segala sesuatu memiliki inti, dan inti dari agama Islam ini adalah akhlak yang baik," [dalam Sifat As-Sofwah: II/10].

Abu Darda Radhiyallahuanhu meriwayatkan dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang bersabda:

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي
الْمِيزَانِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُق

"Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan amal selain akhlak yang baik," [HR Abu Dawud, Tirmizi, dan Ahmad].

Pun demikian dengan Abu Hurairah Radhiyallahuanhu yang meriwayatkan bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا
أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

"Mukmin yang paling baik adalah yang paling baik akhlaknya," [HR Tirmizi, Ahmad, Ibnu Majah, Abu Dawud, Ad-Darimi].

Narasi yang hampir mirip terdapat di dalam Shahih Bukhari, dari Abdullah bin Amru Radhiyallahuanhu yang mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

إِنَّ مِنْ أَخْيَرِكُمْ أَحْسَنَكُمْ خُلُقًا

"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya," [HR Bukhari, Tirmizi, Ahmad].

Wallahu'alam bish shawwab.
===============
Info Pendaftaran Santri Baru Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter-Sukoharjo, klik > http://goo.gl/z1aqN4
===============
Untuk berlangganan tausiyah:
Telegram.me/pptqattaqwa
Facebook.com/pptqattaqwa
WA: +6285647172180
www.el-taqwa.com
===============
Donasi PPTQ At-Taqwa Nguter, Sukoharjo:
(BRI): 6913-01-018205-53-4
a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa
Konfirmasi: +6285647172180


~Jika ada kabar miring tentang saudaramu, maka...~

Abu Qilabah Abdullah bin Zaid Al-Jarami, seorang tabi'in asal Irak yang wafat di tahun 104H di Syaam berkata:

إذا بلغك عن أخيك شيء تكرهه فالتمس له العذر جهدك، فإن لم تجدله عذرا فقل في نفسك: لعل لأخي عذرا لا أعلمه

"Jika ada berita yang tidak kamu sukai tentang saudaramu, maka carilah uzur semampumu.

"Jika kamu tidak mendapatkan uzur, maka katakan kepada dirimu sendiri, 'Semoga saudaraku memiliki uzur yang tidak aku ketahui," [dalam Shifat Ash-Shafwah: 3/269].

Sumber:
Ensiklopedia Hikmah, karya Ust Ibnu Abdil Barri.
=========
Info Pendaftaran Santri Baru PPTQ At-Taqwa Nguter-Sukoharjo, klik > http://goo.gl/z1aqN4
=========
Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter-Sukoharjo:

Telegram.me/pptqattaqwa
Facebook.com/pptqattaqwa
www.el-taqwa.com
=========

Ilustrasi: Sopir ambulans di Suriah memberi makan kucing-kucing liar.

~Syeikh Utsaimin dan Kucing-Kucing...~

Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah memiliki dua pintu di rumah beliau.

Jika beliau ada makanan berlebih di rumahnya, maka beliau akan keluar dari satu pintu yang jika kucing-kucing melihatnya keluar dari pintu tersebut, maka itu tandanya beliau akan memberi makanan kepada kucing-kucing tersebut

Nah, ketika beliau sedang tidak ada makanan, maka beliau akan keluar lewat pintu yang satunya lagi agar tidak membuat kucing-kucing tadi bersedih dan kecewa.

*Diceritakan oleh Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Munajjid
@almunajjid_en
=========
Ajak keluarga & teman untuk bergabung di channel Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter-Sukoharjo:

Telegram.me/pptqattaqwa
Facebook.com/pptqattaqwa
www.el-taqwa.com
+6285647172180
=========


~Adab Rasulullah Ketika Di Rumah... #1~

Mengucapkan "Bismillah" ketika Masuk Rumah

Dari sahabat Jabir bin Abdullah Radhiyallahuanhu, ia mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ لَا مَبِيتَ لَكُمْ وَلَا عَشَاءَ وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ أَدْرَكْتُمْ الْمَبِيتَ وَإِذَا لَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ عِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ أَدْرَكْتُمْ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ

"Jika seseorang menyebut nama Allah ketika hendak masuk ke dalam rumahnya dan ketika hendak makan, maka setan berkata; 'Kalian (bangsa setan) tidak bisa menginap dan tidak bisa makan!

"Jika seseorang tidak menyebut nama Allah ketika hendak masuk ke dalam rumahnya, maka setan berkata; 'Kalian bisa masuk dan bisa menginap.'

"Jika seseorang tidak menyebut nama Allah sewaktu hendak makan, maka setan berkata; 'Kalian bisa menginap dan makan malam," [HR Muslim, Abu Dawud, Ahmad].

===============
*raih pahala dengan berbagi konten bermanfaat
===============
Berlangganan tausiyah dari Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter-Sukoharjo:

Instal aplikasi Telegram via Playstore, klik dan join channel kami di:

telegram.me/pptqattaqwa
===============


Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nyerocos diartikan sebagai, "Berkata terus menerus dengan lancar dan cepat sehingga orang lain tidak sempat menyela."

Banyak kita jumpai sebagian besar kita memiliki sifat seperti ini. Kita terus saja berucap panjang lebar dengan cepat seperti tanpa jeda, yang sering berujung pada kebosanan di pihak pendengar.

Padahal, Rasulullah صلى الله عليه وسلم tidaklah seperti ini. Ibunda Aisyah Radhiyallahuanha berkata:

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَكُنْ يَسْرُدُ الْحَدِيثَ كَسَرْدِكُمْ

"Sesungguhnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم tidak pernah berbicara dengan terburu-buru seperti kalian," [HR Bukhari].

Rasulullah صلى الله عليه وسلم itu tenang, lembut, suka jika kata-katanya dipahami orang lain.

Perhatiannya kepada umat ialah dengan memperhatikan perbedaan karakter orang dan tingkat pemahaman orang lain.

Inilah salah satu kesempurnaan akhlak Rasulullah صلى الله عليه وسلم...

Sumber:
Al-Dhabi'i, Abdul Aziz Abdullah. 2015. Beginilah Rasulullah Bersama Keluarganya. Riyadh: Islamhouse

===============
*raih pahala dengan berbagi konten bermanfaat
===============
Berlangganan tausiyah dari Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter-Sukoharjo:

Instal aplikasi Telegram via Playstore, klik dan join channel kami di:
telegram.me/pptqattaqwa

WA: +6285647172180
===============



Allah menghendaki bahwa lupa adalah tabiat manusia. Allah juga menghendaki bahwa kemampuan intelektual dan daya ingat manusia berbeda-beda.

Hal ini ternyata memiliki hikmah yang agung, yakni agar sifat lupa tersebut menjadi pemacu bagi seorang penuntut ilmu agar senantiasa mendiskusikan ilmu dan mengulangi pelajaran yang ia dapatkan.

Ali bin Abi Thalib berkata, "Lazimilah saling berkunjung dan mendiskusikan hadist di antara kalian. Janganlah kalian membiarkan ilmu itu hilang begitu saja," [Al-Jami' li Akhlaqir Rowi wa Adabis Sami: I/236].

Abi Abdillah Ja'far bin Muhammad berkata, "Hati itu ibarat tanah, ilmu itu ibarat tanamannya, dan mengulang-ulang ilmu adalah airnya. Bila tanah tidak mendapatkan air, maka tanamannya akan kering," [ Al-Jami' li Akhlaqir Rowi wa Adabis Sami: II/268].

Az-Zuhri berkata, "Sesungguhnya yang menyebabkan hilangnya ilmu adalah sifat lupa dan enggan me-muraja'ah (mengulang-ulanginya)," [ Jami'ul Bayanil Ilmi wa Fadhlihi: I/108].

Imam Nawawi berkata, "Hendaklah penuntut ilmu senantiasa mengulang-ulang hafalannya, senantiasa memusatkan perhatian kepadanya, dan berusaha mendapatkan manfaat yang terkandung di dalamnya, serta melazimi kumpul-kumpul bersama penuntut ilmu dalam menyimak ilmu," [Al-Majmu: I/38].

Sumber:
Al-Qorni, Aidh & Karzun, Anas Ahmad. 2008. Tips Belajar Para Ulama. Solo: WIP.
===============
Website: http://www.el-taqwa.com
Whatsapp: +6285647172180
Facebook: facebook.com/pptqattaqwa
Telegram: telegram.me/pptqattaqwa
===============
Donasi untuk Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo:
(BRI): 6913-01-018205-53-4
a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa
Konfirmasi: +6285647172180



Dari  Maimun  bin  Mihran,  ia  berkata:  ‘Seorang  laki  laki datang  kepada  Salman  al-Farisi  radhiyallalhu  ‘anhu  seraya  berkata: ‘Berilah  nasehat  kepadaku.

Salman  radhiyallalhu ‘anhu menjawab: ‘Janganlah  engkau  berbicara.’

Orang tadi lantas menjawab:  ‘Orang  yang  hidup  di tengah  masyarakat  tidak  akan mampu  untuk  tidak  berbicara.’

Salman radhiyallalhu  ‘anhu pun membalas, 'Jika  engkau  berbicara,  berbicaralah dengan  benar  atau diam.’

Pria itu tadi lantas  berkata:  ‘Tambahlah  nasehatmu.’

Salman  radhiyallalhu ‘anhu) menjawab, ‘Janganlah engkau marah.’

Pria itu lantas berkata, ‘Sesungguhnya  aku  tidak  mampu  untuk menahan diri dari sesuatu yang berada di sekitarku’.

Salman radhiyallahu'anhu pun menjelaskan: ‘Jika engkau  marah  maka  tahanlah  lisan  dan  tanganmu.’

Pria itu lantas meminta tambahan nasihat, ‘Tambahlah  nasehatmu.’

Salman  radhiyallalhu ‘anhu berkata: ‘Janganlah engkau bergaul dengan manusia.’

Pria itu keheranan, ‘Orang yang hidup di tengah masyarakat  tidak akan mampu untuk menghidar  dari  hidup bermasyarakat.’

Salman radhiyallalhu  ‘anhu pun berkata:  ‘Jika  engkau  tidak  mampu, maka jujurlah  dalam  bicara  dan tunaikan amanah.’

Sumber:
Aina Nahnu Min Akhlak Salaf, karya Abdul Aziz Nashir Al-Julail & Bahaudin Fatih Aqil.
Diberdayakan oleh Blogger.