Pertanyaan: Bagaimanakah cara wudhu bagi orang yang menggunakan perban di anggota wudhunya.
Jawaban:
Di dalam mazhab Syafi'iyah, cara wudhu orang yang menggunakan perban diklasifikasikan menjadi dua:
1. Jika menggunakan perban sudah dalam keadaan suci. Caranya; membasuh secara sempurna bahagian yang tidak diperban, lalu mengusapkan air di atas perban, lalu tayamum untuk mensucikan bagian yang di bawah perban.
2. Jika menggunakan perban belum dalam keadaan suci. Caranya; jika perbannya telah dilepas, maka dilakukan _i'adah_ (mengulangi) shalat yang dilakukan selama bersuci dengan cara pertama.
Kesimpulan itu dapat diambil dari penjelasan di dalam Kitab Kifayatul Akhyar (Syarah Mukhtashar Abu Syuja');
وَصَاحب الجبائر يمسح عَلَيْهَا وَيتَيَمَّم وَيُصلي وَلَا إِعَادَة عَلَيْهِ إِن وَضعهَا على طهر
Orang yang menggunakan perban, hendaklah dia mengusap di atas perban, lalu bertayamum, lalu shalat, dan tidak perlu i'adah (mengulangi shalat) jika dia menggunakan perban itu dalam keadaan suci.
Contohnya;
Jika seseorang menggunakan perban di tangannya, maka dia membasuh wajah secara sempurna, lalu membasuh tangan yang bisa dibasuh secara sempurna, sampai di bagian yang diperban; dia mengusap air di atas perban, lalu dia berpindah ke tayamum sebagai ganti dari membasuh bagian yang diperban. Lalu dia melanjutkan urutan wudhu berikutnya.
Jika ternyata ada perban lain di kakinya, maka dia melanjutkan wudhu tadi secara sempurna sampai di bagian kaki yang diperban, dia mengusap air di atas perban, lalu dia berpindah ke tayamum sebagai ganti dari membasuh bagian yang diperban.
Jadi tayamum bisa dilakukan berulang kali sesuai jumlah perban di anggota wudhunya. Tidak boleh mengakhirkan tayamum untuk perban tangan belakangan, sebab itu akan menghilangkan rukun *tertib* dalam wudhu. Seharusnya wudhu di tangan disempurnakan terlebih dahulu dengan tayamum, baru pindah ke organ wudhu berikutnya sesuai urutan berupa mengusap kepala dan membasuh kaki.
Ada pendapat yang lebih ringan dalam masalah ini, yaitu pendapat di dalam Mazhab Hanabilah, yang ringkasnya adalah sebagai berikut;
1. Jika menggunakan perban dalam keadaan suci maka cukup diusap di atas perban saja tanpa tayamum.
2. Jika perban melebar melebihi dari yang dibutuhkan untuk menutup luka, maka selain mengusap di atas perban, juga dilakukan tayamum untuk kelebihan perban tersebut.
3. Jika menggunakan perban dalam keadaan belum suci, menurut pendapat Abu Bakar Al-Khallal; tidak disyaratkan harus sudah suci untuk melakukan tata cara bersuci seperti nomor 1 dan 2.
Musyrif
Ust. Uwais Abdullah, M.H.
(PPTQ At-Taqwa, Nguter, Sukoharjo)
Referensi
كتاب كفاية الأخيار في حل غاية الاختصار
[تقي الدين الحصني]
وَصَاحب الجبائر يمسح عَلَيْهَا وَيتَيَمَّم وَيُصلي وَلَا إِعَادَة عَلَيْهِ إِن وَضعهَا على طهر
وَإِن كَانَ مُحدثا الْحَدث الْأَصْغَر فَالصَّحِيح أَنه لَا ينْتَقل من عُضْو إِلَى عُضْو حَتَّى يتم طَهَارَته فَإِن كَانَت الْجَبِيرَة على الْيَد مثلا وَجب تَقْدِيم التَّيَمُّم على مسح الرَّأْس وَلَو كَانَت الجبائر على عضوين أَو ثَلَاثَة تعدد التَّيَمُّم
كتاب الفقه على المذاهب الأربعة
[عبد الرحمن الجزيري]
الحنابلة قالوا: إن وضع الجبيرة على طهارة، فإن جاوزت محل المرض مسح عليها بالماء وتيمم عن الزائد، فإن لم توضع على طهارة، كأن وضعها قبل أن يتوضأ وجب عليه التيمم فقط، ولا يصح منه المسح، فإن تعدّدت الأعضاء المريضة وجب عليه أن يعدِّد التيمم
شرح عمدة الفقه
ابن تيمية - أحمد بن عبد الحليم بن تيمية الحراني
وهل يشترط أن يتقدمها طهارة على روايتين :
إحداهما : يشترط كالخف، اختارها الخرقي وغيره، فعلى هذا إن شدها على حدث نزعها، فإن أضره نزعها، تيمم لها كالجريح وقيل يمسحها ويتيمم .
والرواية الثانية : أنه لا تعتبر لها الطهارة قبل الشد، اختارها الخلال وصاحبه وغيرهما، وأشار الخلال أنها الرواية المتأخرة، وهي اختيار الشيخ لأنه ذكر اشتراط الطهارة في العمامة والخف، ثم ذكر الجبيرة بعد ذلك ولم يشترط لها ذلك، لأن حديث جابر ليس فيه ذكر الطهارة .