Halloween party ideas 2015
Tampilkan postingan dengan label Kajian. Tampilkan semua postingan


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَمَنْ يَّعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمٰنِ نُقَيِّضْ لَهٗ شَيْطٰنًا فَهُوَ لَهٗ قَرِيْنٌ

"Dan siapa saja yang berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih (Al-Qur'an), Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya," [QS. Az-Zukhruf: 36].

Ketika menjelaskan ayat di atas, Syeikh Mu'min Al-Haddad mengutip ucapan Imam Asy-Syafii Rahimahullah:

"Waktu itu laksana pedang. Jika mampu, engkau harus memotongnya (memanfaatkannya untuk kebaikan -red). Jika tidak, justru waktu yang akan memotong kalian (menghabiskannya untuk kebatilan -red).

"Pun demikian dengan nafsu. Jika engkau tidak memanfaatkannya dengan benar, ia akan menyeret kalian pada kebatilan."

Sumber:
Al-Haddad, Mu'min.2009.Jangan Shalat Bersama Setan. Solo: Aqwam. Hal.:156.
===============
Website: http://www.el-taqwa.com
Whatsapp: +6285647172180
Facebook: facebook.com/pptqattaqwa
Telegram: telegram.me/pptqattaqwa
===============
Donasi untuk Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo:
(BRI): 6913-01-018205-53-4
a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa
Konfirmasi: +6285647172180



Allah menghendaki bahwa lupa adalah tabiat manusia. Allah juga menghendaki bahwa kemampuan intelektual dan daya ingat manusia berbeda-beda.

Hal ini ternyata memiliki hikmah yang agung, yakni agar sifat lupa tersebut menjadi pemacu bagi seorang penuntut ilmu agar senantiasa mendiskusikan ilmu dan mengulangi pelajaran yang ia dapatkan.

Ali bin Abi Thalib berkata, "Lazimilah saling berkunjung dan mendiskusikan hadist di antara kalian. Janganlah kalian membiarkan ilmu itu hilang begitu saja," [Al-Jami' li Akhlaqir Rowi wa Adabis Sami: I/236].

Abi Abdillah Ja'far bin Muhammad berkata, "Hati itu ibarat tanah, ilmu itu ibarat tanamannya, dan mengulang-ulang ilmu adalah airnya. Bila tanah tidak mendapatkan air, maka tanamannya akan kering," [ Al-Jami' li Akhlaqir Rowi wa Adabis Sami: II/268].

Az-Zuhri berkata, "Sesungguhnya yang menyebabkan hilangnya ilmu adalah sifat lupa dan enggan me-muraja'ah (mengulang-ulanginya)," [ Jami'ul Bayanil Ilmi wa Fadhlihi: I/108].

Imam Nawawi berkata, "Hendaklah penuntut ilmu senantiasa mengulang-ulang hafalannya, senantiasa memusatkan perhatian kepadanya, dan berusaha mendapatkan manfaat yang terkandung di dalamnya, serta melazimi kumpul-kumpul bersama penuntut ilmu dalam menyimak ilmu," [Al-Majmu: I/38].

Sumber:
Al-Qorni, Aidh & Karzun, Anas Ahmad. 2008. Tips Belajar Para Ulama. Solo: WIP.
===============
Website: http://www.el-taqwa.com
Whatsapp: +6285647172180
Facebook: facebook.com/pptqattaqwa
Telegram: telegram.me/pptqattaqwa
===============
Donasi untuk Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo:
(BRI): 6913-01-018205-53-4
a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa
Konfirmasi: +6285647172180


Pertanyaan:
Jika seseorang tidak mampu membaca Quran, tetapi aktif mendengarkannya dari CD atau mengunduhnya dari internet, apakah hal tersebut akan diganjar dengan pahala membaca Quran?

Jawaban oleh Komite Penelitian dan Fatwa, diketuai oleh Syeikh Abdulwahhab At-Turayri
Wallahu'alam. Jika niat tulus orang tersebut adalah untuk beribadah kepada Allah, maka mendengarkan Quran secara aktif dan mentadabburinya adalah amalan yang berpahala sesuai dengan niatnya. Hal ini secara khusus bagi mereka yang memiliki gangguan penglihatan atau siapa saja yang tidak mampu membaca Quran.

Sedangkan bagi seseorang yang kesulitan mempelajari atau membaca Quran, kami sarankan agar ia mempelajarinya dan berusaha maksimal agar bisa membacanya.

Kami sarankan: Bacalah Quran dan berusahalah semaksimal mungkin untuk mempelajari bagaimana cara membacanya secara benar. Selama Anda berusaha maksimal, maka Anda tidak akan terkena dosa atas kesalahan (dari bacaan Anda). Sebaliknya, Anda akan diganjar pahala dari upaya Anda tersebut.

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

"Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah (Al Qur`an), maka baginya satu pahala kebaikan dan satu pahala kebaikan akan dilipat gandakan menjadi sepuluh kali, aku tidak mengatakan ALIF LAAM MIIM itu satu huruf, akan tetapi ALIF satu huruf, LAAM satu huruf dan MIIM satu huruf," [HR Tirmidzi].

Mereka yang kesulitan (ketika belajar mambaca Quran) mendapat dua pahala. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَان

"Orang mukmin yang mahir membaca Al Qur`an, maka kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang mulia. Dan orang yang membaca Al Qur`an dengan gagap, ia sulit dalam membacanya, maka ia mendapat dua pahala," [HR Muslim]. Wallahu'alam bish shawwab.

Sumber:
http://en.islamtoday.net/quesshow-145-877.htm

Terjemah:
Irfan Nugroho
*Staf pengajar Bahasa Inggris di Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo, Jawa Tengah.


Imam Bukhari di dalam Kitab Shahih Bukhari meriwayatkan dari Wahab bin Munabbih yang berkata, “Bukankah La Ilaa Ha Illalah adalah kunci surga?” Rasulullah bersabda, “Iya. Akan tetapi, bukankah kunci-kunci itu harus memiliki gerigi? Jika engkau membawa kunci yang tidak memiliki gerigi, niscaya engkau tidak akan bisa membukanya.”

Sedangkan dari Muadz bin Jabal ia berkata, Rasulullah bersabda, “Maukah aku tunjukkan kepadamu tentang pintu-pintu surga?” Aku menjawab, “Iya.” Rasulullah bersabda, “La khaul awa quwwata illa billah (Tidak ada daya dan kekuatan kecuali Allah),” (HR Ahmad).

Sungguh, Allah menjadikan setiap permintaan itu ada kuncinya;
- Kunci shalat adalah suci
- Kunci ibadah haji adalah ihram
- Kunci kebaikan adalah jujur
- Kunci surga adalah tauhid
- Kunci ilmu adalah bertanya dan menyimak dengan baik
- Kunci pertolongan adalah sabar
- Kunci bertambahnya rejeki adalah sukur
- Kunci diijabahinya permintaan adalah doa
- Kunci kemuliaan adalah taat kepada Allah dan Rasul-Nya
- Kunci semua kebaikan adalah mencintai Alah dan mendahulukan kampung akhirat
- Kunci kejelekan adalah cinta dunia dan panjang angan-angan.

Sumber:
Khadil Arwah, karya Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah


Alkisah ada seorang ulama yang selalu shalat di baris pertama. Akan tetapi pada suatu hari, ia datang terlambat dan shalat di baris kedua. Ia merasa malu bila orang-orang melihatnya shalat di baris kedua.

Maka dari sini bisa disimpulkan bahwa kesenangan dan ketenangan hatinya ketika shalat di baris pertama lebih disebabkan karena pandangan manusia kepada dirinya.

Lihat, perbuatan seperti ini sangatlah samar. Jarang sekali amalan-amalan seperti itu terlepas dari penyakit ini, dan sedikit sekali orang yang memperhatikan masalah ini. Hanya orang-orang yang diberi taufiq oleh Allah yang diberi kemudahan untuk beramal secara ikhlas.

Allah berfirman, “Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat yang sebaik-baiknya,” (QS Al-Kahfi: 104).

Di dalam Al-Ihya Ulumuddin disebutkan—berdasarkan dalil-dalil dan realita, bahwa kebahagiaan tidak akan bisa dicapai kecuali dengan ilmu dan ibadah, karena amal yang tidak diiringi dengan niat hanyalah sia-sia, sedangkah niat yang tidak dibarengi dengan ikhlas adalah riya.

Riya tidak jauh berbeda dengan kemunafikan dan kedurhakaan. Ikhlas yang tidak dibarengi dengan kejujuran dan bukti laksana debu yang berterbangan.

Allah berfirman, “Dan Kami hadirkan semua amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang berterbangan,” (QS Al-Furqan: 23). Wallahu’alam bish shawwab.

Sumber:
Farid, Ahmad. 2008. Olahraga Hati. Solo: Aqwam. Hal.: 25-26.

====================
Zakat, infak, atau sedekah Anda untuk Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo bisa melalui transfer ke No. Rek (BRI): 6913-01-018205-53-4 a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa

Berlangganan tausiyah dari Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo . Ketik "GABUNG" kirim via Whatsapp ke: +6285647172180

Raih pahala dengan berbagi konten bermanfaat



قال بشر بن الحارث : لا تجد حلاوة العبادة حتى تجعل بينك وبين الشهوات حائطا من حديد

Berkata Basyar bin Al Harits, "Tidaklah engkau dapati manisnya ibadah hingga engkau menjadikan antara dirimu dan syahwatmu penghalang berupa dinding dari besi."

قال يحيى بن معاذ: سقم الجسد بالٱوجاع وسقم القلوب بالذنوب فكما لا يجد الجسد لذة الطعام عند سقمه فكذلك القلب لا يجد حلاوة العبادة مع الذنوب

Berkata Yahya bin Muadz, "Sakitnya jasad karena luka, sakitnya hati karena dosa. Sebagaimana jasad tidak dapat merasakan nikmatnya makanan ketika sakit, pun demikian dengan hati. Ia tidak akan merasakan manisnya ibadah dengan berlumur dosa."

Terjemah:
Fatwan AM*
Staf pengajar Aqidah di Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo, Jawa Tengah.
====================
Zakat, infak, atau sedekah Anda untuk Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo bisa melalui transfer ke No. Rek (BRI): 6913-01-018205-53-4 a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa

Berlangganan tausiyah dari Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo . Ketik "GABUNG" kirim via Whatsapp ke: +6285647172180

Raih pahala dengan berbagi konten bermanfaat


Suatu hari di masa paceklik, bergemuruhlah suara berita bahwa terdapat sekelompok kafilah dagang mendekati ibu kota Islam. Kafilah yang dimaksud terdiri dari 700 unta pembawa gandum, kismis, kurma, dan pakaian. Kafilah itu adalah milik Abdurrahman bin Auf.

Para pedagang lokal Madinah pun berkumpul untuk bertransaksi dengan kafilah tersebut. Mereka berkata kepada Abdurrahman, “Apakah Anda mau menjual makanan, pakaian, dan unta ini kepada kami?”

“Ya,” jawab Abdurrahman bin Auf.

Lantas, pedagang itu mulai menawarkan harga, “Kami akan memberimu keuntungan satu dirham dari setiap satu dirmah (menawarkan keuntungan 100% -red).”

Abdurrahman bin Auf menjawab, “Adakah penawaran yang lebih tinggi?”

“Kami akan memberimu dua dirham dari setiap satu dirham,” tawar pedagang yang lain.

“Ada yang lebih tinggi,” ujar Abdurrahman bin Auf.

“Kami akan memberimu tiga dirham dari setiap satu dirham,” tawar yang lainnya.

“Ada yang lebih tinggi dari itu?” tanya Abdurrahman bin Auf.

“Kami adalah pedagang Madinah,” sanggah seorang pedagang. “Siapakah lagi yang bisa memberimu keuntungan yang lebih tinggi?”

Sontak Abdurrahman bin Auf menjawab, “Demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, Allah dari atas tujuh langit telah menambahkan keuntungan bagiku. Allah berfirman:

مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنۢبُلَةٖ مِّاْئَةُ حَبَّةٖۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٢٦١

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui,” (QS Al-Baqarah: 261).

Lalu Abdurrahman bin Auf mengatakan, “Allah memberiku lebih dari 700 kali sampai tak terhingga. Aku persaksikan kepada kalian dan aku persaksikan kepada Allah dan juga malaikat-Nya bahwa semua komoditas yang ada di kafilah ini adalah untuk Allah. Tidak ada satu dirham atau dinar pun yang akan aku masukkan ke dalam sakuku.”

Orang-orang pun membubarkan diri sedangkan penduduk Madinah yang fakir dan miskin berkerumun di sekitar kafilah Abdurrahman bin Auf untuk mendapatkan harta tersebut.

Sumber:
Haqqi, Ibrahim. 2011. Sedekah Berbalas Kontan: Balasan Berlipat Terhindar dari Musibah. Solo: Aqwam. Hal.: 112-113
====================
👍Zakat, infak, atau sedekah Anda untuk Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo bisa melalui transfer ke No. Rek (BRI): 6913-01-018205-53-4 a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa

📩Berlangganan tausiyah dari Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo . Ketik "GABUNG" kirim via Whatsapp ke: +6285647172180

🔊Raih pahala dengan berbagi konten bermanfaat


Oleh Syeikh Salim Sholih Ahmad bin Madhi
Anak-anak pada fase pertama memiliki karakteristik ingatan yang kuat. Sudah semestinya kita arahkan untuk menuntut ilmu dan mengajari mereka perkara-perkara agama. Seperti menghafal al-Quran al-Karim dan sunah nabi yang suci serta menanamkan aqidah yang benar.

Umat ini amat butuh kepada ulama yang kuat dan dai-dai yang berpandangan luas dengan al-Quran dan sunah. Hal ini tidak akan terwujud selain dengan menuntut ilmu sedini mungkin. Jangan katakan hal ini sulit atau mustahil.

Di dalam Al-Adabush Syariah (I/244), Ibnu Muflih berkata:
"Ilmu yang didapat sejak kecil lebih kuat. Sudah seharusnya memperhatikan pelajar muda, terlebih lagi mereka yang memiliki kecerdasan, penalaran dan semangat menuntut ilmu. Janganlah menjadikan usia dini, kefakiran dan kelemahan mereka sebagai penghalang dalam memperhatikan dan fokus pada mereka.”

Di dalam kitab Siar A’lam An-Nubala (III/343) terekam sejarah Ibnu Abbas yang mulai menuntut ilmu sedari dini.

Ibnu Abbas mengisahkan,

Ketika Rasulullah wafat, aku berkata kepada seorang anak lelaki Anshar:

“Ayo kita bertanya (mengumpulkan hadits) kepada para sahabat Nabi yang sekarang jumlah mereka masih banyak.”

Anak laki-laki itu menjawab:

“Engkau ini aneh, wahai Ibnu Abbas, apakah engkau merasa bahwa orang-orang akan membutuhkanmu?! Bukankah para sahabat Nabi masih cukup banyak seperti yang engkau tahu!”

Aku pun meninggalkan anak itu dan mulai menanyai para sahabat. Jika merasa akan mendapatkan hadits dari seseorang, aku akan mendatanginya dan membentangkan selendangku di depan pintu rumahnya, walau angin bertiup dan debu-debu beterbangan mengenaiku.

Ketika orang itu keluar dan melihatku, dia berkata:

“Wahai sepupu Rasulullah, mengapa tidak engkau utus saja seseorang kepadaku dan aku akan mendatangimu?!”

“Aku lebih berhak mendatangimu untuk menanyaimu (menimba ilmu darinya)...” Jawabku.

Di saat yang sama, anak lelaki itu masih tetap pada keadaannya. Ketika dia melihatku dikerumuni banyak orang yang belajar kepadaku, dia berkata:
“Anak muda ini lebih berakal dariku.”

Demikianlah kisah Ibnu Abbas yang keilmuannya diakui di kalangan sahabat. Prestasi sedemikian rupa bukanlah didapat secara instan, tetapi melalui proses yang panjang dimulai sedari dini berkat asuhan orang tua bijak yang mengerti dan memahami arti pendidikan.

Sungguh benar nasihat Ummu Darda,

“Pelajarilah ilmu dari kecil, maka ketika besar engkau akan mengamalkannya. Sesungguhnya apa yang dipetik adalah apa yang dulu ditanam,” (Siar a’lam an-Nubala XII/615).

Sumber:

Madhi, Salim Sholih Ahmad. 2011. 30 Langkah Mendidik Anak Agar Mengamalkan Ajaran Agama. Riyadh: Islamhouse

🌾🌾🌾🌾🌾
______________
👍Zakat, infak, atau sedekah Anda untuk PPTQ At-Taqwa Sukoharjo bisa melalui transfer ke No. Rek (BRI): 6913-01-018205-53-4 a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa

📩Berlangganan tausiyah dari PPTQ At-Taqwa Nguter. Ketik "GABUNG" kirim via Whatsapp ke: +6285647172180

🔊Raih pahala dengan berbagi konten bermanfaat


Imam Abu Dawud bercerita tentang sosok ulama salaf, amirul mukminin dalam ilmu hadist, yang pernah menjadi seorang budak tetapi sangat dermawan, Syu'bah bin Al-Hajjaj.

Imam Abu Dawud mengisahkan, "Suatu ketika kami sedang berada di rumah Syu'bah untuk menulis dan menyusun kitab. Tiba-tiba, seorang pengemis datang dan Syu'bah berkata:

"Bersedekahlah kalian, bersedekahlah, bersedelahlah kalian. Bersedekahlah kalian untuk pengemis itu!

"Sungguh, Abu Ishaq menyampaikan kepadaku suatu hadist, dari Abdullah bin Mi'qal, dari Adi bin Hatim, dia berkata, Rasulullah bersabda:

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ

"Jagalah kalian dari neraka, sekali pun dengan (bersedekah) sebutir kurma," [Muttafaq Alaih].

Lalu, Imam Abu Dawud melanjutkan kisahnya...

Meski telah disampaikan hadist tersebut oleh Syu'bah bin Al-Hajjaj, tetap saja tidak ada yang mau mengeluarkan sedekah. Lantas, Syu'bah berkata:

"Sungguh, Amir bin Murrah menyampaikan satu hadist kepadaku, dari Haitsamah, sari Adi bin Hatim, dia berkata bahwa Rasulullah bersabda:

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقَّةِ تَمْرَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ شِقَّةَ تَمْرَةٍ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ

"Jagalah diri kalian dari neraka sekali pun dengan (bersedekah) setengah biji kurma. Jika kalian tidak memilikinya, maka (bersedekahlah) dengan berkata yang baik," [HR Bukhari].

Meski demikian, tetap saja tidak ada yang mau mengeluarkan sedekah. Maka Syu'bah berkata untuk ketiga kalinya:

"Bersedelahlah kepada pengemis itu! Sungguh, Muhalla Adh-Dhabi menyampaikan satu hadist kepadaku, dari Adi bin Hatim, dia berkata bahwa Rasulullah bersabda:

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقَّةِ تَمْرَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ شِقَّةَ تَمْرَةٍ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ

"Jagalah diri kalian dari neraka sekali pun dengan (bersedekah) setengah biji kurma. Jika kalian tidak memilikinya, maka (bersedekahlah) dengan berkata yang baik," [HR Bukhari].

Dan ketika santri-santrinya tidak ada yang mau mengeluarkan sedekah, maka Syu'bah berkata:

"Pergilah kalian dari rumahku!!! Sungguh, aku tidak akan memberikan hadist kepada kalian selama tiga bulan!"

Maka Syu'bah masuk ke dalam rumahnya dan mengambil makanan yang ada dan memberikannya kepada pengemis itu sambil berkata:

"Ambillah makanan ini, sesungguhnya ini adalah jatah makanan kita hari ini," [Siyar A'lam An-Nubala: 7/227-228].

Imam Muslim bin Ibrahim menyebut Syu'bah sebagai "Bapak sekaligus ibu bagi orang-orang miskin," [Tahdzib Al-Kamal: 12/492].

Yahya bin Said Al-Qahthani berkata, "Syu'bah adalah orang yang paling gemar memberi, khususnya apabila ia masih memiliki harta untuk diberi ke orang lain," [Siyar A'lam An-Nubala: 7/211].

Imam Adz-Dzahabi berkata tentang Syu'bah, "Ia adalah ulama yang bisa dipercaya, seorang yang dapat dijadikan hujjah, seorang yang kritis, bersungguh-sungguh, saleh, zuhud, qana'ah, banyak ilmunya, giat mengamalkan ilmunya, dan orang yang cerdas opininya."

Imam Ahmad bin Hambal berkata, "Syu'bah lebih kuat sari Al-A'masy (Ibnu Utbah) dalam masalah fiqih, dan Syu'bah juga lebih kuat daripada Sufyan At-Tsauri dalam masalah hadist. Syu'bah meriwayatkan dari 30 perawi terpercaya di Kuffah, yang tidak pernah ditemui oleh Sufyan At-Tsauri. Syu'bah adalah orang yang paling unggul dalam masalah hadist."

Nama beliau adalah Syu'bah bin Al-Hajjaj bin Al-Ward Al-Ataki Al-Azdi Abu Bistham Al-Wasathi, budak dari Ubadah bin Al-Aghar, pernah juga menjadi budak dari Yazid bin Al-Mahlab, Qa'nab bjn Al-Mahrar, dan Al-Asyaqir--yang akhirnya membebaskan beliau.

Lahir pada tahun 80 Hijriyah di Kota Kuffah, Iraq. Meninggal di tahun 160 Hijriyah dengan usia 77 tahun.

Diringkas oleh:
Irfan Nugroho
Staf pengajar Bahasa Inggris di Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo.

Sumber:
Farid, Ahmad. 2010. 60 Biografi Ulama Salaf. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
🌾🌾🌾🌾🌾
______________
👍Zakat, infak, atau sedekah Anda untuk PPTQ At-Taqwa Sukoharjo bisa melalui transfer ke No. Rek (BRI): 6913-01-018205-53-4 a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa

📩Berlangganan tausiyah dari PPTQ At-Taqwa Nguter. Ketik "GABUNG" kirim via Whatsapp ke: +6285647172180

🔊Raih pahala dengan berbagi konten bermanfaat


Tentang faidah puasa Asy-Syura, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

"Puasa pada hari 'Asyura`, aku memohon kepada Allah agar puasa tersebut bisa menghapus dosa setahun sebelumnya," [HR Muslim].

Banyak kita yang salah mengartikannya. Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah di dalam Ad-Dâ wa Ad-Dawâ menjelaskan:

"Banyak manusia tertipu dengan niat mereka dalam melaksanakan puasa di Hari Asy-Syura (10 Muharram) dan Hari Arafah (9 Dzulhijjah). Beberapa dari mereka mengatakan bahwa puasa di hari Asy-Syura akan menghapus SEMUA dosa selama setahun, sedangkan puasa di hari Arafah adalah tambahan lainnya.

"Mereka tidak mengetahui bahwa shalat wajib lima waktu dan puasa di bulan Ramadhan adalah lebih besar pahalanya daripada puasa di hari Arafah atau Asy-Syura.

Bukankah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

"Seutama-utama puasa setelah Ramadlan ialah puasa di bulan Muharram," [HR Muslim].

Lebih lanjut Ibnul Qayyim menjelaskan:

"Puasa di dua hari tersebut menghapus hanya DOSA-DOSA KECIL di antara keduanya, tetapi jika pelakunya telah menghindari dosa-dosa besar. Puasa di bulan Ramadhan dengan niat yang ikhlas juga menghapus dosa-dosa kecil jika seseorang berupaya keras menghindari dosa-dosa besar.

"Oleh karena itu, bagaimana bisa puasa sunnah (Asy-Syura dan Arafah) menghapus SEMUA dosa-dosa besar jika seseorang tidak melakukan taubat? Sungguh mustahil, karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اِنْ تَجْتَنِبُوْا كَبٰٓئِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَنُدْخِلْـكُمْ مُّدْخَلًا كَرِيْمًا

"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosa kecil) dan akan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)," [QS. An-Nisa': 31].

Untuk menjelaskan ayat di atas, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

"Shalat lima waktu dan shalat Jum'at ke Jum'at berikutnya, dan Ramadlan ke Ramadlan berikutnya adalah penghapus untuk dosa antara keduanya apabila dia menjauhi dosa besar," [HR Muslim].

Tulisan ini tidak untuk dijadikan dalil meninggalkan amalan sunnah puasa Asy-Syura atau Arafah.

Bukankah Rasul melarang kita dari sikap meremehkan amal kebaikan sekecil apa pun!

لَا تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

"Janganlah kamu meremehkan kebaikan sekecil apa pun, meskipun hanya bermuka manis saat berjumpa saudaramu.” (HR. Muslim).

Selain itu, bukankah sekecil apapun amal kebaikan yang kita kerjakan akan selalu mendapat balasan dari Allah Azza Wa Jalla:

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ   ؕ

"Maka barang siapa mengerjakan kebaikan sebesar atom, niscaya dia akan melihat (balasan)nya," [QS. Az-Zalzalah: 7].

Sumber:
1. Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. --------. Ad-Dâ wa Ad-Dawâ: Spiritual Diseases and Its Cures. London: Al-Firdous, Ltd.

2. Adz-Dzahabi, Syamsuddin. 2013. Al-Kabair: 76 Dosa-Dosa Besar yang Dianggap Biasa. Jakarta: Darul Haq.

Akhukum fillah:
Irfan Nugroho
Staf pengajar Bahasa Inggris Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo.

🌾🌾🌾🌾🌾
______________
👍Zakat, infak, atau sedekah Anda untuk PPTQ At-Taqwa Sukoharjo bisa melalui transfer ke No. Rek (BRI): 6913-01-018205-53-4 a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa

📩Berlangganan tausiyah dari PPTQ At-Taqwa Nguter. Ketik "GABUNG" kirim via Whatsapp ke: +6285647172180

🔊Raih pahala dengan berbagi konten bermanfaat


Islam memuliakan wanita dengan menjadikan mereka sebagai pendidik generasi mendatang. Di dalam Islam, baiknya suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh baiknya kaum wanita di dalamnya.

Islam mewajibkan wanita untuk berhijab (menutup aurat) guna menyelamatkan mereka dari kejahatan dan menjaga masyarakat dari dampak buruknya.

Dengan menutup aurat, cinta dan kasih sayang antara suami dengan istrinya akan lestari.

Ketika seorang suami melihat perempuan yang lebih cantik daripada istrinya, maka potensi kerusakan ikatan pernikahan di antara keduanya semakin besar. Dan bukan tidak mungkin jika hal tersebut akan berujung pada perceraian di antara keduanya.

Sungguh telah disebutkan tentang hijab (menutup aurat) di dalam Al-Qur'an. Allah Ta'ala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ قُل لِّأَزْوَٰجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ ٱلْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَٰبِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰٓ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ  ﴿٥٩﴾

"Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu," (QS. Al-Ahzab: 59).

Annie Besant, seorang tokoh feminis internasional berkata, “Sering terngiang di pikiranku bahwa wanita dalam naungan Islam lebih merdeka (bebas) daripada (wanita yang memeluk) agama lain. Islam lebih banyak menjaga hak-hak wanita dibanding agama lainnya yang melarang poligami. Demikian pula ajaran Islam lebih adil bagi wanita dan lebih menjamin kebebasannya. Sedang wanita di Inggris baru memiliki hak milik di abad ke-20, padahal Islam telah menetapkan hak milik bagi wanita sejak datangnya agama Islam pertama kali (abad ke-5). Adalah suatu kebohongan (omong kosong) kalau dikatakan bahwa Islam mengangap wanita sebagai orang yang tidak bernyawa.”

Ia juga berkata, “Bila kita timbang secara adil maka poligami Islami yang menjaga, melindungi, memberi makan, pakaian dan perhatian kepada wanita adalah lebih baik daripada prostitusi ala Barat yang membolehkan laki-laki melampiaskan syahwatnya pada wanita kemudian wanita itu dibuang di jalanan.

François Sagan, seorang orientalis Prancis, berkata, "Wahai wanita timur, ketahuilah bahwa orang yang memanggil namamu dan mengajakmu beremansipasi dengan laki-laki sebenarnya adalah orang-orang yang mentertawakan kami (kaum pria) di hadapan kalian (kaum wanita)."

Fon Harmer berkata, "Menutup aurat bagi wanita adalah alat untuk menjaga kehormatannya serta martabat yang didambakannya."*

Sumber:
Taujihat Islamiyah Li Ishlahil Fardi wal Mujtama' karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu.

Diterjemahkan oleh:
Ust Najih Ibrahim
Staf pengajar ilmu fikih dan Bahasa Arab di Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo.
====================
👍Zakat, infak, atau sedekah Anda untuk Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo bisa melalui transfer ke No. Rek (BRI): 6913-01-018205-53-4 a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa

📩Berlangganan tausiyah dari Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo . Ketik "GABUNG" kirim via Whatsapp ke: +6285647172180

🔊Raih pahala dengan berbagi konten bermanfaat


Pertanyaan:
Saya masih memiliki hutang puasa Ramadhan beberapa hari dan saya ingin menjalankan puasa Asy-Syura. Bolehkah saya menjalankan puasa Asy-Syura sebelum saya melunasi hutang puasa Ramadhan? Bolehkah saya puasa di tanggal 10 dan 11 Muharram dengan niatan untuk melunasi hutang Puasa Ramadhan saya, dan akankah saya mendapat pahala dari mengerjakan puasa Asy-Syura (jika demikian halnya)?

Jawaban oleh Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Munajjid

Alhamdulillah.
Pertama:
Tidak seharusnya Anda menjalankan puasa sunnah sedangkan Anda masih berhutang satu hari atau lebih puasa Ramadhan. Sebaliknya, Anda seharusnya memulai dengan puasa yang Anda lewati di bulan Ramadhan, lalu (jika sudah lunas) menjalankan puasa sunnah setelahnya.

Kedua:
Jika Anda berpuasa pada tanggal 10 dan 11 Muharram dengan niatan untuk mengganti hutang puasa Anda di bulan Ramadhan, hal itu diperbolehkan dan akan mengganti dua hari dari hutang puasa Anda.

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Amal itu bergantung pasa niatnya, dan setiap manusia akan mendapatkan sesuai yang diniatkannya."

Fataawa al-Lajnah al-Daa’imah, 11/401

Kami berdoa semoga Anda akan mendapat pahala dari mengganti puasa (Ramadhan) yang terlewat, serta pahala puasa di hari itu (10-11 Muharram).

Fataawa Manaar al-Islam oleh Syeikh Muhammad bin Utsaimin: 2/358.

Sumber:
http://islamqa.info/en/21787

Diterjemahkan oleh:
Irfan Nugroho
Staf pengajar Bahasa Inggris di Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo, Jawa Tengah.
====================
👍Zakat, infak, atau sedekah Anda untuk Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo bisa melalui transfer ke No. Rek (BRI): 6913-01-018205-53-4 a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa

📩Berlangganan tausiyah dari Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo . Ketik "GABUNG" kirim via Whatsapp ke: +6285647172180

🔊Raih pahala dengan berbagi konten bermanfaat


Sejarah Islam yang mulia merekam kisah-kisah dan contoh kepribadian anak yang dipengaruhi oleh kepribadian ayah dan ibu mereka. Berikut adalah tiga penggal kisah tentang Abdullah bin Zubair Radhiyallahuanhum, seorang sahabat besar dengan kepribadian yang kuat, buah dari kepribadian orang tuanya yang kuat pula.

Kepribadian Zubair bin Awwam (Sang Ayah) dan Pengaruhnya terhadap Kepribadian Abdullah bin Zubair
Al-Laits meriwayatkan dari Abul Aswad dari Urwah, katanya:

"Az-Zubair memeluk Islam dalam usia 8 tahun. Suatu waktu  dia pernah mendapat bisikan setan bahwa Rasulullah shalallahualaihi wasallam ditangkap di dataran tinggi Mekkah.

Az-Zubair yang masih kanak-kanak, berusia 12 tahun keluar rumah sambil membawa pedang. Setiap orang yang melihatnya terheran-heran dan berkata:

“Anak kecil menenteng pedang?!”

Hingga akhirnya Abdullah bin Zubair bertemu Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Nabi turut heran terhadapnya dan bertanya:

“Ada apa denganmu wahai az-Zubair?!”

Az-Zubair lalu menceritakan bisikan setan yang ia terima itu lalu berkata: 

“Aku datang untuk memenggal dengan pedangku ini siapa pun yang menangkapmu, wahai Rasulullah!” (Siar A’lam An-Nubala: 1/41-42).

Kepribadian Asma binti Abu Bakar (Sang Ibu) dan Pengaruhnya terhadap Kepribadian Abdullah bin Zubair
Imam adz-Zahabi berkata:
Abu al-Muhayyah Ibn Ya’la at-Taymi Menceritakan kepada kami dari ayahnya, katanya:

“Aku masuk ke Mekkah tiga hari setelah terbunuhnya Abdullah bin Zubair karena dipasung (oleh khilafah masa itu). Ibunya yang sudah renta datang dan berkata kepada al-Hajjaj (khalifah masa itu): 
“Bukankah sekarang saatnya bagi yang terpasung untuk turun?”

“Si munafik? (Al-Hajjaj menyebut Abdullah bin Zubair sebagai munafik)” ujar al-Hajjaj menyela.

“Demi Allah, dia bukanlah orang munafik. Dia adalah anak yang senantiasa berpuasa, shalat malam dan berbakti kepada orang tua,” sergah Ibu Ibnu az-Zubair.

“Pergilah engkau wahai orang tua, engkau tengah membual,” ucap al-Hajjaj.   

Ibu Abdullah bin Zubair berkata lagi, “Tidak, demi Allah, aku tidaklah membual karena Rasulullah bersabda: 

فِيْ ثَقِيْفٍ كَذَّابٌ وَمُبِيْرٌ
“Di Tsaqif akan ada pendusta dan orang yang sadis...” (HR Tirmidzi).*

*Imam Tirmidzi menjelaskan bahwa yang dimaksud pendusta di sini adalah Al-Mukhtar bin Abu Ubaid, sedangkan “orang yang sadis” adalah Al-Hajjaj bin Yusuf. Beliau menambahkan—dari riwayat Hisyam bin Hassan—bahwa jumlah korban yang dibunuh oleh Hajjaj bin Yusuf mencapai 120.000 orang.

Keberanian Abdullah bin Zubair
Ishaq bin Abu Ishaq berkata:

“Aku hadir pada peristiwa terbunuhnya Abdullah bin Zubair. Banyak tentara mendatangi masjid untuk mengepung Abdullah bin Zubair dari semua pintu.

Ketika ada satu kelompok pasukan masuk dari suatu pintu, Abdullah bin Zubair berhasil menghalaunya dan mengeluarkannya.

Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba sebuah atap masjid rubuh dan menimpanya hingga tersungkur. Di kala itulah Abdullah bin Zubair membaca syair:

Asma’, wahai Asma’ (Ibu Abdullah bin Zubair) janganlah kau menangis karenaku,

Tidak akan tertinggal selain kemuliaan dan agamaku,

Serta pedang yang tergenggam di tangan kananku,” (Siar A’lam An-Nubala: 3/377).

Sumber:

Madhi, Salim Solih Ahmad. 2011. 30 Langkah Mendidik Anak agar Mengamalkan Ajaran Agama. Riyadh: Islamhouse.
====================
👍Zakat, infak, atau sedekah Anda untuk Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo bisa melalui transfer ke No. Rek (BRI): 6913-01-018205-53-4 a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa

📩Berlangganan tausiyah dari Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo . Ketik "GABUNG" kirim via Whatsapp ke: +6285647172180


🔊Raih pahala dengan berbagi konten bermanfaat


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

لِّـكَيْلَا تَاْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَاۤ اٰتٰٮكُمْ‌ؕ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرِۙ

"(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri," [QS. Al-Hadid: 23].

Menurut Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, inilah dasar hukum dari apa yang disebut dengan zuhud. Lantas, beliau mengutip komentar para ulama dari kalangan salaf tentang zuhud berdasar ayat tersebut.

Ibnu Ja'laal mendefinisikan zuhud sebagai, "Menyadari bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara, yang akan ditinggalkan oleh kita semua. Tidak seharusnya dunia terpaut di hati seseorang, dan tidak seharusnya pula mencurahkan seluruh perhatiannya pada dunia. Sebaliknya, sudah seharusnya ia berpaling dari dunia ini, karena zuhud adalah menahan diri dari duniawiah, tanpa mengiringinya dengan riya' (ingin disebut ahli zuhud)."

Ibnu Junayd menyebut zuhud sebagai, "Terbebasnya hati dari perasaan selalu menginginkan sesuatu (yang bersifat duniawi)."

Imam Ahmad bin Hambal berkata, "Zuhud adalah tidak memiliki begitu banyak angan-angan (cita-cita duniawi). Hendaknya seseorang itu tidak merasa senang dengan apa yang dimilikinya, juga tidak merasa sedih jika dunia berpaling dari dirinya."

Beliau--Imam Ahmad--pernah ditanya tentang seseorang yang memiliki 1000 dirham (koin perak) dan apakah ia layak disebut sebagai orang yang zuhud. Maka beliau menjawab:

"Bisa! Tetapi dengan satu syarat, hendaknya ia tidak merasa senang jika kekayaannya bertambah, serta tidak merasa sedih jika hartanya berkurang." Wallahu'alam bish shawwab.

Sumber:
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. 2007. "Az-Zuhd - Renouncing worldly pleasures in order to get nearness to Allah."

🌾🌾🌾🌾🌾
______________
👍Zakat, infak, atau sedekah Anda untuk PPTQ At-Taqwa Sukoharjo bisa melalui transfer ke No. Rek (BRI): 6913-01-018205-53-4 a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa

📩Berlangganan tausiyah dari PPTQ At-Taqwa Nguter. Ketik "GABUNG" kirim via Whatsapp ke: +6285647172180

🔊Raih pahala dengan berbagi konten bermanfaat


=================
🎓Hadirilah Kajian Ilmiah:

10 MUHARRAM - AMALAN SUNNAH VS AMALAN SYIAH

📝Pembicara: Ust Uwais Abdullah, Lc
- Pengasuh Pondok Pesantren Tahfizul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo
- Penerjemah buku-buku kesesatan Syiah

1⃣8⃣Hari: Ahad, 18 Oktober 2015

🕧Pukul: 18.00 WIB (bakda Maghrib - Mohon shalat maghrib di lokasi kajian)

🏠Tempat: Masjid At-Taqwa Cuwono, Karangasem, Bulu, Sukoharjo

🌏Rute peta menuju lokasi kajian buka tautan berikut lewat Aplikasi Google Map:

7°45'12.1"S 110°51'42.5"E

http://goo.gl/maps/gpVov


==================

Diselenggarakan oleh:
Takmir Masjid At-Taqwa Desa Karangasem, Kec. Bulu, Sukoharjo


Pertanyaan:
Apakah membuat situs-situs Islam dan grup-grup di Facebook, mempostingnya di berbagai laman percakapan di Internet, serta membuat channel di Youtube untuk mengunggah video yang sudah diunggah oleh orang lain di laman mereka bisa dikategorikan sebagai sedekah jariah?

Jawaban oleh Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Munajjid

Alhamdulillah..
Membuat laman-laman dakwah dan pendidikan di Internet adalah suatu bentuk penyebaran ilmu yang bermanfaat, dan ini adalah satu dari sekian cara untuk menyeru kepada Allah Subhanahu Wa Taala.

Meskipun kedua aktivitas ini--menyebarkan ilmu dan menyeru manusia kepada Allah Subhanahu Wa Taala--tidak termasuk ke dalam sedekah jariah, keduanya tetap merupakan amal kebaikan yang menghasilkan pahala besar yang bisa saja terus mengalir pahalanya meskipun si pelakunya telah meninggal dunia, persis seperti sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam:

 إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ : إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Ketika seorang manusia meninggal dunia, semua amalnya terhenti kecuali tiga perkara; sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya," [HR Muslim: 1631].

إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ ، وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ ، وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ ، أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ ، أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ ، أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ ، أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ ، يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ

"Sesungguhnya kebaikan yang akan mengiringi seorang mukmin setelah ia meninggal adalah ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan, anak shalih yang ia tinggalkan dan Al Qur`an yang ia wariskan, atau masjid yang ia bangun, atau rumah yang ia bangun untuk ibnu sabil, atau sungai yang ia alirkan (untuk orang lain), atau sedekah yang ia keluarkan dari harta miliknya di masa sehat dan masa hidupnya, semuanya akan mengiringinya setelah meninggal," [HR Ibnu Majah, Hasan oleh Al-Albani].

Yang dimaksud dengan menyebarkan ilmu dapat dilakukan dengan mengajarkannya, menulisnya ke dalam buku dan menyebarkannya.

Imam As-San'aani Rahimahullah mengatakan:

"Mengajarkan ilmu mencakup penulisan buku, menggandakannya dan menyebarkannya, serta menyuntingnya dan menuliskan komentar terhadap buku-buku Islami," [dikutip dari At-Tanweer Syarah Al-Jamius Shaghiir, 2: 247].

Juga dikatakan di dalam kitab Subulus Salaam (5/227) bahwa menyebarkan ilmu adalah semua upaya seseorang seperti menulis buku yang berisi ilmu-ilmu bermanfaat, menerbitkannya atau mendistribusikannya, atau siapa saja yang menyampaikan ilmunya atau mengambil manfaat darinya. Ia juga mencakup pembuatan buku-buku bermanfaat, baik untuk kepentingan komersial--selama niatnya ikhlas--atau pun nonkomersial.

Membuat situs yang memuat kata-kata ulama, video ceramah atau tausiyah mereka dan yang sejenisnya, juga termasuk ke dalam memperbanyak dan mendistribusikan ilmu.

Mereka yang membuat situs dakwah seperti ini, in sya Allah, akan mendapat pahala yang sama dari mereka yang mengamalkan kebaikan dan petunjuk yang ada di dalam situs tersebut.

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى ، كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ ، لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا ، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ ، لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

"Barangsiapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun," [HR Muslim].

Imam Nawawi Rahimahullah mengatakan:

"...Sesiapa yang menyeru kepada petunjuk akan mendapat pahala yang sama dengan mereka yang mengamalkannya, dan sesiapa yang menyeru manusia kepada kesesatan akan mendapat ganjaran dosa seperti mereka yang mengamalkannya, terlepas dari apakah ia yang pertama kali menyampaikan petunjuk atau kesesatan tersebut atau sekedar mengikutinya, juga termasuk mereka yang mengajarkan ilmu, amal ibadah, akhlak, atau petunjuk apa saja," [Syarah Shahih Muslim: 16/226-227].

Muslim yang aktif mengelola laman seperti ini hendaknya terus merasa optimis terhadap pahala yang banyak dan keridhaan Allah Azza Wa Jalla. Ia juga harus memastikan bahwa ilmu yang ia sampaikan, atau perkara yang ia serukan kepada manusia, benar-benar bersih dari berbagai penyimpangan, bid'ah, atau kesesatan.

Ia harus senantiasa fokus pada penyebaran ilmu yang memberi manfaat banyak, juga yang paling dibutuhkan oleh masyarakat luas.

Imam An-Nawawi Rahimahullah berkata:

"Ia harus memilah-milah, mana saja ilmu yang paling bermanfaat, lalu yang setingkat di bawahnya dan seterusnya," [Syarah Shahih Muslim: 11/85].

Wallahu alam bish shawwab.

Sumber:
http://islamqa.info/en/229491

Diterjemahkan oleh:
Irfan Nugroho
Staf pengajar Bahasa Inggris di Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo, Jawa Tengah.
====================
👍Zakat, infak, atau sedekah Anda untuk Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo bisa melalui transfer ke No. Rek (BRI): 6913-01-018205-53-4 a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa

📩Berlangganan tausiyah dari Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo . Ketik "GABUNG" kirim via Whatsapp ke: +6285647172180

🔊Raih pahala dengan berbagi konten bermanfaat


Manusia adalah makhluk yang tidak bisa terlepas dari dosa dan kesalahan. Pun demikian ketika ia tengah berada di suatu majelis yang di dalamnya disebut asma-asma Allah dan syariat-Nya yang agung.

Itulah kenapa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam menganjurkan kepada kita sebuah doa yang bila terucap dari lisan yang tulus, maka dosa-dosa yang kita perbuat selama menghadiri suatu majelis akan diampuni oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Doa tersebut adalah:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

(Subhanaka Allahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaha illa Anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik)

Artinya: Maha Suci Engkau Ya Allah, tidak ada llah yang berhak disembah selain Engkau. Aku memohon ampunan dan taubat kepada-Mu.

Lafal doa tersebut bisa ditemukan di dalam Musnad Ahmad dan Sunan Ad-Darimi. Keduanya meriwayatkan doa tersebut dari Abu Barzah Al-Aslami.

Doa yang hampir serupa (dengan lafal yang sedikit berbeda) juga terdapat di dalam Sunan An-Nasa'i dan Shahih Muslim dari jalur Ibunda 'Aisyah Radhiyallahuanha, di mana Rasulullah membaca:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

(Subhanaka Allahumma wa bihamdika astaghfiruka wa atuubu ilaik)

Artinya: Ya Allah, Maha Suci Engkau dan segala pujian bagi-Mu. Aku mohon ampunan dan bertaubat kepada-Mu.

Ketika ditanya oleh Ibunda Aisyah Radhiyallahuanha tentang faidah doa tersebut, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

إِنْ تَكَلَّمَ بِخَيْرٍ كَانَ طَابِعًا عَلَيْهِنَّ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَإِنْ تَكَلَّمَ بِغَيْرِ ذَلِكَ كَانَ كَفَّارَةً

"Jika bicara baik maka itu sebagai tanda (stempel) sampai hari kiamat dan jika bicara yang tidak baik maka itu sebagai kafarat/penghapusnya." Wallahu a'lam bish shawwab.

Akhukum fillah
Irfan Nugroho
*Staf pengajar Bahasa Inggris di Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo


Seorang hamba diperintahkan untuk menurnikan niat, tujuan, tendensi segala amalnya hanya tertuju kepada Allah semata. Inilah esensi tauhid yang lurus, yang terbebas dari segala bentuk kesyirikan, penyekutuan atau penyetaraan Allah dengan ciptaanNya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus," [QS. Al-Bayyinah: 5].

Berikut adalah kumpulan nasihat generasi terbaik umat ini, generasi pendahulu yang saleh, tentang makna ikhlas di dalam niat.

Fudhail bin Iyadh berkata:

"Meninggalkan suatu amal karena manusia adalah riya', dan beramal karena manusia adalah syirik, sedangkan ikhlas adalah Allah menyelamatkanmu dari keduanya," [dalam Al-Kabair].

Abdullah bin Mubarrak Rahimahullah berkata:

"Betapa banyak amalab kecil menjadi besar pahalanya karena niat, dan berapa banyak pula amalan besar menjadi kecil karena niat," [dalam Jamiul Ulum Wal Hikam].

Rabi' bin Khutsain Rahimahullah berkata:

"Segala sesuatu yang dilakukan tidak untuk mencari keridhaan Allah niscaya akan sia-sia," [dalam Aifatush Shafwah].

Ibnu Qayyim Rahimahullah berkata:

"Amal yang dilakukan tanpa keikhlasan dan meneladani Rasulullah bagaikan seorang musafir yang memenuhi kantongnya dengan pasir. Pasir itu memberatkan dirinya dan tidak memberi manfaat apa-apa bagi dirinya," [dalam Al-Fawāid].

Ibnu Qayyim Rahimahullah berkata:

"Orang yang ikhlas adalah siapa saja yang menyembunyikan segala kebaikannya seperti ia menyembunyikan segala kesalahannya," [dalam Tazkiyatun Nafs].

Mutharif Rahimahullah berkata:

"Kebaikan hati bergantung kepada kebaikan amal, dan kebaikan amal bergantung kepada kebaikan niat," [dalam Az-Zuhd].

Malik bin Dinar Rahimahullah berkata:

"Niat seorang mukmin lebih cepat sampai daripada amalnya," [dalam Az-Zuhd].

Uwais Al-Qarni Rahimahullah berkata:

"Kamu tidak akan pernah mampu mengobati sesuatu yang lebih berat daripada mengobati hati dan niat. Adakalanya hati sudah bersamamu, tetapi niat telah lebih dulu berpaling jauh. Adakalanya hatimu berpaling darimu, tetapi niat datang menghampiri. Jangan melihat pada kecilnya dosa, tetapi lihatlah kepada agungnya Zat yang kamu maksiati," [dalam Sifhatush Shafwah].

Sumber:
Jawahirul Mukhtar, disusun oleh Tim Kitabah Dhiyaul Ilmi, terbitan Pustaka Arafah.


Mungkin anda pernah mengalami mimpi buruk. Mimpi menyeramkan, menyedihkan, atau menakutkan. Susahnya, ketika sudah terbangun, lalu kembali tertidur, ternyata mimpi buruk itu datang kembali layaknya film berseri. Lebih menyedihkan lagi ketika mengalami tindihan yakni kejadian yang dialami seseorang dalam keadaan tidur atau hampir tidur, antara sadar dan tidak sadar dan sulit untuk bangun. Kadang ada yang merasa ada makluk lain disekitarnya, atau bahkan seperti ada makluk tanpa btuk yang menindihnya. Ketika seseorang bisa bangun, biasanya merasa terancam.

Untuk menyudahi kesusahan dalam menghadapi mimpi buruk atau tindihan, ada mitos yang menyarankan supaya membalik bantal. Seakan akan dengan membalik bantal arah mimpi menjadi berubah. Ada pula yang berkeyakinan dengan membalik bantal, maka apa yang  dialami di dalam mimpi tidak akan menjelma di alam nyata. Bagaimana Islam menjelaskan kejadian seperti ini, lalu bagaimana solusinya?

Nabi telah menjelaskan bahwa mimpi baik adalah dari Allah, sedangkan mimpi buruk adalah dari setan. Begitu juga dengan tindihan atau disebut juga Al- Kabus. Syaikh Wahid Abdussalam Bali menyebut tindihan sebagai salah satu bentuk gangguan jin, meskipun bukan gangguan total seperti kesurupan. Sebelum terjadi, mimpi buruk atau tindihan bisa dicegah dengan bacaan perlindungan yang disunnahkan oleh nabi sebelum tidur. Selain doa, disunnahkan pula untuk berwudlu membaca Al Iklas, Al Falaq ,dan An Nas sambil ditiupkan ketelapak tangan lalu diusapkan ke seluruh bagian tubuh yg bisa dijangkau. Disunnahkan pula membaca ayat Kursi. Rata-rata yang mengalami mimpi buruk atau tindihan disebabkan karena lalai akan sunnah-sunnah tersebut.

Adapun jika sudah terjadi Nabi memberikan solusi

الرُّؤْيَا مِنْ اللَّهِ وَالْحُلْمُ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَنْفُثْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ وَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا فَإِنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ 

"Mimpi yang baik datang dari Allah dan mimpi yang buruk datang dari setan. Maka apabila kamu bermimpi sesuatu yang kalian benci, meludahlah ke kiri tiga kali, kemudian berlindung kepada Allah dari bahaya kejahatannya, niscaya dia tidak akan membahayakan," (HR Muslim).

Dalam riwayat lain, dianjurkan pula untuk mengubah posisi tidur atau berpindah tempat, bukan dengan membalik bantal.

Dan satu lagi, hendaknya ia tidak menceritakan mimpi buruk kepada orang lain. Pernah seorang badui menemui Nabi bahwa ia bermimpi kepalanya dipukul hingga pecah. Maka Nabi bersabda:

لَا تُحَدِّثْ النَّاسَ بِتَلَعُّبِ الشَّيْطَانِ بِكَ فِي مَنَامِكَ

 "Janganlah kamu menceritakan kepada orang lain permainan setan denganmu ketika kamu tidur," (HR Muslim).

Kita berlindung kepada Allah dari gangguan setan, baik saat tidur maupun bangun. Wallahu'alam bish showwab.

Sumber:
Abdillah, Abu Umar. 2009. Bid'ah dan Khurafat di Indonesia. Solo: Wafa Press.


Diantara keadaan orang yang sedang sakaratul maut ialah ada yang dikatakan pada mereka, "Laa ilaha ilallah," tetapi dirinya malah menjawab, "Hah..hah aku tidak mampu mengatakannya."

Abdul Aziz bin Abi Dawud berkisah di dalam Jamiul Ulum Wal Hikam:

Aku pernah menghadiri seseorang yang sedang ditalqin tatkala sakaratul maut dengan, 'Laa ilaha ilallah'. Maka ucapan terakhirnya justru, 'Aku kufur dengan apa yang engkau ucapkan.' Lalu dia mati dengan ucapan tersebut.

Kemudian Ibnu Abi Dawud bertanya tentang keadaan orang tersebut, maka dikabarkan padanya orang tersebut adalah penimbun minuman keras.

Setelah itu Ibnu Abi Dawud berkata, "Takutlah kalian dari berbuat dosa. Sungguh, itulah yang menyebabkan seseorang meninggal dalam keadaan su'ul khatimah."

Ada lagi yang ditalqin supaya mengatakan: 'Laa ilaha ilallah'. Akan tetapi, yang terdengar dari lisannya ialah alunan lagu yang ia nyanyikan sampai dirinya dicabut nyawanya.

Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda dalam hadits yang shahih:

"Setiap hamba akan dibangkitkan sesuai dengan keadaan ketika dirinya meninggal," [HR Muslim: 2878].

Di dalam kitabnya Al-Bidayah wa Nihayah, Al-Hafidh Ibnu Katsir menjelaskan:

"Dosa dan perbuatan maksiat serta mengikuti hawa nafsu akan menelantarkan pelakunya pada saat-saat menjelang kematiannya, ditambah dengan godaan setan yang menyesatkan. Dengan demikian, terkumpul bagi para pendosa dua hal yang menelantarkannya di kala sakaratul maut karena lemahnya iman yang menjadikannya su'ul khatimah."

Sumber:
Asy-Syaqawi, Abdullah Amin. 2013. Detik-Detik Kematian. Riyadh: Islamhouse.
Diberdayakan oleh Blogger.