Halloween party ideas 2015
Tampilkan postingan dengan label Tafsir. Tampilkan semua postingan



☝Allah berfirman:

وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ

🍃 “supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak,” [QS Al-Hajj: 28]

📝Mayoritas ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan أَيَّامٍ مَّعْلُومَات (hari yang telah ditentukan) adalah 10 hari pertama bulan Zulhijjah, sebagaimana penafsiran Sahabat Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu.

☝Tentang 10 hari pertama Zulhijjah, Rasulullah ﷺ bersabda:

مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنْ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ

🍃 “Tidak ada suatu hari yang lebih agung di sisi Allah dan tiada pula hari yang lebih Dia cintai untuk beramal daripada sepuluh hari ini, maka perbanyaklah:
- tahlil,
- takbir,
- tahmid,”

[HR Ahmad: 6154. Ahmad Syakir: Sahih]

📗 IslamQA: 49042
~~~~~~~~~~
📲 Qurban bersama Pesantren Tahfizh At-Taqwa

📣 Alhamdulillah kuota 1 sapi telah terpenuhi 7 orang. Yg mau berkurban kambing, sila menghubungi: +62823 2447 4422 (Ust Syafiq)

▶https://t.me/pptqattaqwa
▶http://www.el-taqwa.com
~~~~~~~~~~

💎 “Rusaknya suatu bangsa, serta runtuhnya suatu negara, terjadi karena perilaku para pembesarnya dan orang-orang yang hidup dalam kemewahan.”

هلاك الأمم وسقوط الدول يكون بتصرفات الكبراء والمترفين

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَاِذَاۤ اَرَدْنَاۤ  اَنْ نُّهْلِكَ قَرْيَةً اَمَرْنَا مُتْرَفِيْهَا فَفَسَقُوْا فِيْهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا  الْقَوْلُ فَدَمَّرْنٰهَا تَدْمِيْرًا

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah (pemimpin - Tafsir Jalalain) di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu),” [QS. Al-Isra': 16]

📝Abdulaziz Ath-Thuraifi
[@abdulaziztarefe]
*~~~~~~~~~~*
📲 #TadaburQuran Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Sukoharjo
▶https://telegram.me/pptqattaqwa
▶http://www.el-taqwa.com
*~~~~~~~~~~*

#Ngaji #Tafsir #AlIsra #TadaburQuran #Negara #Bangsa #Pembesar #Pemimpin #Quran #Islam




Oleh Ust Uwais Abdullah, Lc

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّ ۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا ؕ اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ ؕ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ؕ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang,” [QS. Al-Hujurat: 12]

TENTANG FIRMAN ALLAH:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّن

Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari prasangka,

Rasulullah bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ، وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَحَسَّسُوا، وَلَا تَنَافَسُوا، وَلَا تَحَاسَدُوا، وَلَا تَبَاغَضُوا، وَلَا تَدَابَرُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا".

“Janganlah kamu mempunyai prasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka yang buruk itu adalah berita yang paling dusta; janganlah kamu saling memata-matai, janganlah kamu saling mencari-cari kesalahan, janganlah kamu saling menjatuhkan, janganlah kamu saling mendengki, janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling berbuat makar, tetapi jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara,” [HR Ibnu Majah]

Makna dzan adalah tuduhan atau menuduh. Larangan di sini adalah larangan menuduh yang tidak didasari sebab atau dalil atau bukti yang jelas, seperti menuduh orang melakukan perbuatan keji atau menuduh orang meminum khamar.

TENTANG FIRMAN ALLAH:

اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْم

sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa,

Ayat ini mengandung makna bahwa tidak semua dzan atau prasangka adalah dilarang atau mengandung dosa, karena ayatnya berbunyi kebanyakan prasangka. Prasangka sendiri ada dua macam:

1. Prasangka yang sisi kebenarannya lebih kuat

2. Prasangka yang sisi benar dan salahnya mungkin sama atau malah lebih sedikit kebenarannya.

Tapi juga harus dipahami perbedaan antara hati-hati atau waspada dengan prasangka. Misal saat ini sedang viral kasus penculikan anak. Lalu apakah tepat apabila kita melihat orang yang mencurigakan menghampiri anak kita lalu kita berhusnuzhon? Tidak. Maka dalam hal ini yang tepat adalah sikap hati-hati atau waspada.

TENTANG FIRMAN ALLAH:

وَّلَا تَجَسَّسُوْا

Janganlah kalian saling memata-matai,

Imam Hasan Al-Bashri membaca ayat ini dengan Wa laa tahassasu. Lafaz tajassus pada galibnya (umumnya) menunjukkan pengertian negatif (buruk), karena itulah mata-mata dalam bahasa Arabnya disebut jaras. Adapun mengenai lafaz tahassus pada umumnya ditujukan terhadap kebaikan, (Ibnu Katsir).

TENTANG FIRMAN ALLAH:

وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا

“Janganlah sebagian dari kalian meng-ghibah sebagian yang lain,”

Ghibah adalah membicarakan sesuatu yang memang dilakukan, tetapi kalau diketahui oleh orang yang dighibah, maka orang tersebut tidak menyukainya. Dan ini juga dilarang.

Rasulullah bersabda:

ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ". قِيلَ: أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟ قَالَ: "إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ بَهَتَّهُ".

“Kamu gunjingkan saudaramu dengan hal-hal yang tidak disukainya. Lalu ditanyakan, "Bagaimanakah jika apa yang dipergunjingkan itu ada padanya?" Rasulullah Saw. menjawab: Jika apa yang kamu pergunjingkan itu ada padanya, berarti kamu telah mengumpatnya; dan jika apa yang kamu pergunjingkan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah menghasutnya," [HR Tirmidzi]

Tiga Macam Ghibah di dalam Quran
Al-mawardi menyebutkan didalam tafsirnya bahwasanya al-hasan berkata ghibah ada tiga macam semuanya ada dalam al-qur’an:

1.Datang dengan istilah ghibah yaitu: menyebutkan sesuatu yang ada pada diri saudara anda.

2.Al-ifki yaitu: menyebutkan kepadanya sesuatu yang datang kepada anda tentang dia

3.Al-buhtan yaitu: mengatakan sesuatu yang tidak ada dalam diri saudara anda.

TENTANG FIRMAN ALLAH:

{أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ}

“Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya,”

Kenapa diibaratkan memakan daging saudaranya yang sudah mati? Karena orang yang mati tidak tahu kalau dagingnya ada yang memakan. Dan orang yang dighibah memang tidak tahu kalau ada orang lain yang meng-ghibah dirinya.

Taubat dari Ghibah
Tidak diragukan lagi bahwa ghibah adalah dosa besar. Orang yang melakukan ghibah harus bertaubat kepada Allah dengan tiga cara:

1. Ada yang berpendapat cukup dengan istighfar kepada Allah

2. Ada yg berpendapat tidak cukup dengan istighfar saja, tetapi harus meminta maaf kepada orang yang dighibah

3. Mengganti ghibahannya dengan memintakan ampunan bagi orang yg dighibah itu tadi, lalu memuji orang yang dulunya dia ghibah.

Termasuk ghibah adalah mengumumkan aib orang lain padahal orang lain itu sudah menutupi aibnya sendiri agar tidak diketahui orang lain.

Orang yang boleh dighibah
Imam Ibnu Abi Dunya meriwayatkan pendapat Ibrahim An Nakha`i (seorang tabi’in) yang berkata :

ثلاث لا يعدونه من الغيبة : الامام الجائر والمبتدع والفاسق المجاهر بفسقه

“Ada tiga perkara yang tidak dianggap ghibah oleh mereka (para shahabat), yaitu; imam yang zalim, orang yang berbuat bid’ah, dan orang fasik yang terang-terangan dengan perbuatan fasiknya.”

Al Hasan Al Bashri (seorang tabi’in) juga berkata :

ثلاث ليس لهم غيبة : صاحبهوىوالفاسق المعلن بالفسق والامام الجائر

”Ada tiga orang yang boleh ghibah padanya, yaitu; orang yang mengikuti hawa nafsu, orang fasik yang terang-terangan dengan kefasikannya, dan imam yang zalim.” (Ibnu Abi Dunya, Al Shumtu wa Adabul Lisan, hlm. 337 & 343).

Enam keadaan yang membuat ghibah jadi boleh
Dalam kitab Riyadhushsholihin karya Imam Abu Zakariya An-Nawawi atau yang dikenal Imam Nawawi, menjelaskan pengecualian ghibah dalam enam perkara:

1.Mengadukan kezaliman seseorang kepada hakim.

2. Untuk membantu menghilangkan kemungkaran. Seperti halnya orang yang berkata "Diharapkan bagi yang mempunyai kemampuan untuk melenyapkan kemungkaran ini. fulan telah berbuat demikian"

3. Meminta fatwa kepada mufti. Seperti ayah, saudara atau siapa yang telah menganiayanya kemudian meminta pendapat dan solusi dari seorang mufti. atau kasus yang lain yang berhubungan dengan ahkam syar'iyyah.

4. Memperingatkan muslimin dari kejelekannya. Di antaranya menyingkap aib para perawi yang bermasalah. Bahkan ini bisa wajib.

5.Seseorang melakukan kesyirikan, kemaksiatan, kefasikan atau bid'ah SECARA TERANG-TERANGAN, maka dibolehkan mengungkapnya.

6. Untuk mengenalnya. Karena mungkin julukan seperti Al-A'raj (pincang), Al-A'ma. Diharamkan jika hal itu dimaksudkan untuk merendahkan.

TENTANG FIRMAN ALLAH:

{وَاتَّقُوا اللَّهَ}

"Dan bertakwalah kepada Allah,"

dengan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah kepada kalian dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya, maka merasalah diri kalian berada dalam pengawasan-Nya dan takutlah kalian kepada-Nya.

{إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ}

"Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang,"

Yakni Maha Penerima tobat terhadap orang yang mau bertobat kepada-Nya, lagi Maha Penyayang kepada orang yang kembali ke jalan-Nya dan percaya kepada-Nya.

Disampaikan pada Selasa, 11 April 2017
Masjid Besar Nguter, Sukoharjo
Bakda Isya sampai selesai



Oleh Ust Uwais Abdullah, Lc

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّنْ نِّسَآءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۚ وَلَا تَلْمِزُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِ ؕ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِ ۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰٓئِكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim," [QS. Al-Hujurat: 11]

TAFSIR
~~~~~
Tentang firrman Allah:

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا

"Wahai orang-orang yang beriman!" (Al-Hujurat: 11)

Ibnu Abbas berkata, "Kalau disebutkan ya ayyuhallazi na aamanu" maka siap-siaplah mendengar kabar yang besar, karena itu adalah panggilan yang istimewa."

Di dalam ayat ini, kabar yang besar itu adalah:

لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْم

Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (Al-Hujurat: 11)

Ada ulama yang menjelaskan bahwa olok-olok di sini adalah orang kaya merendahkan orang miskin. Kalau demikian, maknanya adalah "Janganlah orang-orang kaya merendahkan orang-orang miskin."

Ulama lain menjelaskan, "Janganlah orang yang aibnya ditutupi oleh Allah, mencela aib orang lain yang sedang dibuka oleh Allah."

Mana yang lebih kuat? Imam Ath-Thabari berkata:

, لا يهزأ قوم مؤمنون من قوم مؤمنين 

"Allah melarang seorang mukmin mencela mukmin yang lain dengan segala bentuk celaan."

Tentang firman Allah:

عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُم

(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), (Al-Hujurat: 11)

Syekh As-Sadi berkata:

"Bisa jadi orang yang dicela adalah lebih baik daripada yang mencela, dan kebanyakan memang begitu."

Tentang firman Allah:

وَلَا نِسَآءٌ مِّنْ نِّسَآءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُن

dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok), (Al-Hujurat: 11)

Kenapa ada pengkhususan untuk perempuan, padahal sudah ada penyebutan orang-orang beriman di awal ayat?

Imam Al-Qurtubi berkata:

لأن السخرية منهن أكثر

"Karena celaan di kalangan wanita itu lebih banyak dan lebih sering."

Tentang firman Allah:


{وَلا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ}

dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri. (Al-Hujurat: 11)

Terjemah yang lebih tepat adalah:

"Janganlah kamu saling mencela satu sama lain,"

Tentang firman Allah:


{وَلا تَنَابَزُوا بِالألْقَابِ}

dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. (Al-Hujurat: 11)

Para ulama berbeda pendapat tentang gelar-gelar yang buruk

Di dalam Tafsir Ath-Thabari disebutkan:

"Dulu orang jahiliah punya banyak nama. Lalu Rasulullah pernah memanggil seseorang dengan nama yang dimiliki orang itu, dan ternyata nama itu adalah nama yang tidak disukai oleh orang tersebut, maka turunlah ayat ini."

Dari sini ada salah satu pelajaran bahwa hendaknya jangan asal-asalan memberi nama kepada anak, seperti memberi nama-nama yang jelek. Boleh memberi nama-nama selain bahasa Arab, yang penting bagus dan itu hukumnya boleh.

Makna yang lain adalah, "Tidak boleh memanggil sesama muslim dengan sebutan 'Wahai Fasik, Wahai Kafir.'"

Ulama lain menjelaskan bahwa ayat ini adalah larangan memanggil orang yang sudah bertaubat dengan panggilannya sebelum bertaubat.

Tentang firman Allah:

{بِئْسَ الاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الإيمَانِ}

Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman,

Ayat ini memang tertulis bi'sa Al-ismu tetapi bacaan yang benar adalah bi'salismu.

Imam Ibnu Katsir berkata:

Seburuk-buruk sifat dan nama ialah yang mengandung kefasikan yaitu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk, seperti vang biasa dilakukan di zaman Jahiliah bila saling memanggil di antara sesamanya Kemudian sesudah kalian masuk Islam dan berakal, lalu kalian kembali kepada tradisi Jahiliah itu.

{وَمَنْ لَمْ يَتُبْ}

dan barang siapa yang tidak bertobat. (Al-Hujurat: 11)

Yakni dari kebiasaan tersebut.

{فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ}

maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Al-Hujurat: 11)__

Masjid Besar Nguter, Sukoharjo
Selasa 21 Maret 2017
Bakda Isya



Oleh Ust Uwais Abdullah, Lc
(Pengasuh Ponpes Tahfizhul Quran At-Taqwa Sukoharjo)

Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu," [QS Al-Hujurat: 6]

Sebab turunnya ayat

Al-Haris ibnu Abu Dirar Al-Khuza'i Radhiyallahuanhu menceritakan hadis berikut:

Aku datang menghadap kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam. Beliau menyeruku untuk masuk Islam, lalu aku masuk Islam dan menyatakan diri masuk Islam. Beliau Shalallahu alaihi wasallam menyeruku untuk zakat, dan aku terima seruan itu dengan penuh keyakinan. Aku berkata:

"Wahai Rasulullah, aku akan kembali kepada mereka dan akan kuseru mereka untuk masuk Islam dan menunaikan zakat. Maka barang siapa yang memenuhi seruanku, aku kumpulkan harta zakatnya; dan engkau, ya Rasulullah, tinggal mengirimkan utusanmu kepadaku sesudah waktu anu dan anu agar dia membawa harta zakat yang telah kukumpulkan kepadamu."

telah Al-Haris mengumpulkan zakat dari orang-orang yang memenuhi seruannya dan masa yang telah ia janjikan kepada Rasulullah Saw. telah tiba untuk mengirimkan zakat kepadanya, ternyata utusan dari Rasulullah Saw. belum juga tiba. Akhirnya Al-Haris mengira bahwa telah terjadi kemarahan Allah dan Rasul-Nya terhadap dirinya. Untuk itu Al-Haris mengumpulkan semua orang kaya kaumnya, lalu ia berkata kepada mereka, "Sesungguhnya Rasulullah Saw. telah menetapkan kepadaku waktu bagi pengiriman utusannya kepadaku untuk mengambil harta zakat yang ada padaku sekarang, padahal Rasulullah Saw. tidak pernah menyalahi janji, dan aku merasa telah terjadi suatu hal yang membuat Allah dan Rasul-Nya murka. Karena itu, marilah kita berangkat menghadap kepada Rasulullah Saw. (untuk menyampaikan harta zakat kita sendiri)."

Bertepatan dengan itu Rasulullah Saw. mengutus Al-Walid ibnu Uqbah kepada Al-Haris untuk mengambil harta zakat yang telah dikumpulkannya. Ketika Al-Walid sampai di tengah jalan, tiba-tiba hatinya gentar dan takut, lalu ia kembali kepada Rasulullah Saw. dan melapor kepadanya, "Hai Rasulullah, sesungguhnya Al-Haris tidak mau memberikan zakatnya kepadaku, dan dia akan membunuhku." Mendengar laporan itu Rasulullah Saw. marah, lalu beliau mengirimkan sejumlah pasukan kepada Al-Haris.

Ketika Al-Haris dan teman-temannya sudah dekat dengan kota Madinah, mereka berpapasan dengan pasukan yang dikirim oleh Rasulullah Saw. itu. Pasukan tersebut melihat kedatangan Al-Haris dan mereka mengatakan, "Itu dia Al-Haris," lalu mereka mengepungnya. Setelah Al-Haris dan teman-temannya terkepung, ia bertanya, "Kepada siapakah kalian dikirim?" Mereka menjawab, "Kepadamu." Al-Haris bertanya, "Mengapa?" Mereka menjawab, "Sesungguhnya Rasulullah Saw. telah mengutus Al-Walid ibnu Uqbah kepadamu, lalu ia memberitakan bahwa engkau menolak bayar zakat dan bahkan akan membunuhnya."

Al-Haris menjawab, "Tidak, demi Tuhan yang telah mengutus Muhammad Saw. dengan membawa kebenaran, aku sama sekali tidak pernah melihatnya dan tidak pernah pula kedatangan dia."

Ketika Al-Haris masuk menemui Rasulullah Saw., beliau bertanya, "Apakah engkau menolak bayar zakat dan hendak membunuh utusanku?"

Al-Haris menjawab,

"Tidak, demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku belum melihatnya dan tiada seorang utusan pun yang datang kepadaku. Dan tidaklah aku datang melainkan pada saat utusan engkau datang terlambat kepadaku, maka aku merasa takut bila hal ini membuat murka Allah dan Rasul-Nya."

Al-Haris melanjutkan kisahnya, bahwa lalu turunlah ayat dalam surat Al-Hujurat ini, yaitu: 

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita," (Al-Hujurat: 6) sampai dengan firman-Nya: "lagi Mahabijaksana," (Al-Hujurat: 8)

Penjelasan
Islam itu erat kaitannya dengan zakat. Zakat sendiri merupakan salah satu rukun Islam. Rukun adalah sesuatu yang sangat menentukan sah tidaknya sesuatu.

Kalau ada orang yang masuk Islam, tetapi tidak mau bayar zakat, maka dia seperti orang yang salat tetapi dia tidak sujud, atau orang yang salat tetapi tidak mau rukuk, maka salatnya tidak sah.

Di zaman salaf, zakat sangat tertib, maka bumi pun penuh keberkahan. Diriwayatkan bahwa di masa Umar bin Abdul Aziz, biji gandum itu sebesar biji kurma. Ini karena keberkahan yang diturunkan Allah atas tertibnya kehidupan di masa itu berdasarkan hukum Islam, salah satunya karena tertib membayar zakat.

Pengertian Fasik
Fasik adalah keluar dari batasan² syariat yang wajib untuk diiltizami.

Fasik ada dua, yaitu fasik akbar dan fasik asghar.

Tentang fasik akbar, Allah berfirman:

اَفَمَنْ كَانَ مُؤْمِنًا كَمَنْ كَانَ فَاسِقًا ؕ لَا يَسْتَوٗنَ

Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik (kafir)? Mereka tidak sama.
[QS. As-Sajdah: Ayat 18]

اَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَهُمْ جَنّٰتُ الْمَأْوٰى ۖ نُزُلًاۢ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka mereka akan mendapat surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala atas apa yang telah mereka kerjakan.
[QS. As-Sajdah: Ayat 19]

وَاَمَّا الَّذِيْنَ فَسَقُوْا فَمَأْوٰٮهُمُ النَّارُ ؕ كُلَّمَاۤ اَرَادُوْۤا اَنْ يَّخْرُجُوْا مِنْهَاۤ اُعِيْدُوْا فِيْهَا وَ قِيْلَ لَهُمْ ذُوْقُوْا عَذَابَ النَّارِ الَّذِيْ كُنْتُمْ بِهٖ تُكَذِّبُوْنَ

Dan adapun orang-orang yang fasik (kafir), maka tempat kediaman mereka adalah Neraka. Setiap kali mereka hendak keluar darinya, mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka, "Rasakanlah azab Neraka yang dahulu kamu dustakan."
[QS. As-Sajdah: Ayat 20]

Tentang fasik kecil, maka ia adalah fasik yang tidak membuat pelakunya keluar dari Islam, seperti di dalam QS Al-Hujurat ayat 7.

Ciri-Ciri Fasik:
1. Mengingkari ayat-ayat Al-Quran, seperti firman Allah:

وَلَقَدْ اَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ اٰيٰتٍۢ بَيِّنٰتٍ ۚ وَمَا يَكْفُرُ بِهَآ اِلَّا الْفٰسِقُوْنَ

'Dan sungguh, Kami telah menurunkan ayat-ayat yang jelas kepadamu (Muhammad) dan tidaklah ada yang mengingkarinya selain orang-orang fasik," [QS. Al-Baqarah: Ayat 99]

2. Orang yang mengubah hukum-hukum Allah, seperti dalam firman Allah:

فَبَدَّلَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا قَوْلاً غَيْرَ الَّذِيْ قِيْلَ لَهُمْ فَاَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا رِجْزًا مِّنَ السَّمَآءِ بِمَا كَانُوْا يَفْسُقُوْنَ

"Lalu, orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (perintah lain) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Maka Kami turunkan malapetaka dari langit kepada orang-orang yang zalim itu karena mereka (selalu) berbuat fasik," [QS. Al-Baqarah: Ayat 59]

3. Mengingkari perjanjian dengan Allah, seperti dalam firmanNya:

وَمَا وَجَدْنَا لِأَكْثَرِهِم مِّنْ عَهْدٍۢ ۖ وَإِن وَجَدْنَآ أَكْثَرَهُمْ لَفَٰسِقِينَ

"Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji. Sesungguhnya Kami mendapati kebanyakan mereka orang-orang yang fasik," [Al A'raaf: 102]

4. Orang yang tidak taat kepada perintah Allah, seperti dalam firmanNya:

وَلَا تَأْكُلُوْا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللّٰهِ عَلَيْهِ وَاِنَّهٗ لَفِسْقٌ ؕ وَاِنَّ الشَّيٰطِيْنَ لَيُوْحُوْنَ اِلٰٓى اَوْلِيٰٓـئِـهِمْ لِيُجَادِلُوْكُمْ ۚ وَاِنْ اَطَعْتُمُوْهُمْ اِنَّكُمْ لَمُشْرِكُوْنَ

"Dan janganlah kamu memakan dari apa (daging hewan) yang (ketika disembelih) tidak disebut nama Allah, perbuatan itu benar-benar suatu kefasikan. Sesungguhnya setan-setan akan membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu. Dan jika kamu menuruti mereka, tentu kamu telah menjadi orang musyrik," [QS. Al-An'am: Ayat 121]

5. Lebih cinta kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, seperti dalam firmanNya:

قُلْ اِنْ كَانَ اٰبَآؤُكُمْ وَاَبْنَآؤُكُمْ وَاِخْوَانُكُمْ وَاَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَ اَمْوَالُ اۨ قْتَرَفْتُمُوْهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَ مَسٰكِنُ تَرْضَوْنَهَاۤ اَحَبَّ اِلَيْكُمْ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَ جِهَادٍ فِيْ سَبِيْلِهٖ فَتَرَ بَّصُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِهٖ ؕ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِيْنَ

"Katakanlah, "Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik," [QS. At-Taubah: Ayat 24]

6. Munafik adalah fasik, seperti di dalam firmanNya:

اَلْمُنٰفِقُوْنَ وَالْمُنٰفِقٰتُ بَعْضُهُمْ مِّنْۢ بَعْضٍ ۘ يَأْمُرُوْنَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوْفِ وَيَقْبِضُوْنَ اَيْدِيَهُمْ ؕ نَسُوا اللّٰهَ فَنَسِيَهُمْ ؕ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ

"Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik," [QS. At-Taubah: Ayat 67]

7. Menuduh wanita yang baik-baik berbuat zina dan tidak bisa mendatangkan 4 saksi, seperti di dalam firmanNya:

وَالَّذِيْنَ يَرْمُوْنَ الْمُحْصَنٰتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوْا بِاَرْبَعَةِ شُهَدَآءَ فَاجْلِدُوْهُمْ ثَمٰنِيْنَ جَلْدَةً وَّلَا تَقْبَلُوْا لَهُمْ شَهَادَةً اَبَدًا ۚ وَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ ۙ

"Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan yang baik (berzina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka delapan puluh kali, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka untuk selama-lamanya. Mereka itulah orang-orang yang fasik," [QS. An-Nur: Ayat 4]

Kaidah Fikih dari Surat Al-Hujurat Ayat 6

Imam Al-Qurtubi menyuguhkan tafsir yang lebih rinci tentang firman Allah, "Apabila datang satu orang fasik,":

"Kalau satu orang fasik ditolak beritanya, maka kalau satu orang yang adil membawa berita, maka berita dari orang yang adil itu diterima."

Ini membantah pendapat kelompok yang menolak hadis ahad. Karena khobar (termasuk di dalamnya hadis) diriwayatkan dari satu orang tidak diterima, maka akan ada banyak perkara yang tidak diterima di dalam Islam.

Kalau ada hadis ahad, maka yang dinilai adalah sahih tidaknya. Kalau sahih diterima, kalau tidak sahih maka tidak diterima.

Hadis sahih menurut para ulama adalah

1. hadis yang sanadnya bersambung sampai Rasulullah,

2. periwayatnya adil (menjauhi dosa-dosa besar),

3. Periwayatnya dhobit (kuat hafalannya) dari awal hadis sampai akhir,

4. tidak ada syad (nyeleneh), dan

5. Tidak ada illah (cacat) padanya.

Makna Naadzimin (penyesalan)
Penyesalan (nadimin) adalah kegelisahan yang menderita manusia karena perbuatan yang sudah lalu, dan dia berangan-angan seandainya saja dia tidak melakukannya.


Disampaikan di Masjid Besar Nguter (Jl. Solo-Wonogiri, Utara Pasar Nguter) pada Selasa 29 November 2016

Ikuti kajian rutinnya tiap Selasa bakda Isya



Oleh Ust Uwais Abdullah, Lc (Kiai Ponpes Tahfizh Al-Quran At-Taqwa Sukoharjo)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوٰتَهُمْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ أُولٰٓئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوٰى ۚ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ

"Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hatinya oleh Allah untuk bertakwa. Mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar," [QS. Al-Hujurat: 3].

~~~~~~~~~~~~

Kata يَغُضُّونَ memiliki akar kata yang sama dengan yang dipakai pada kalimat yang terkenal, ghudul bashar yang artinya menundukkan.

أُولٰٓئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوٰى...

mereka itulah orang-orang yang hati mereka telah diuji hatinya oleh Allah untuk bertakwa

Yang dimaksud dengan orang-orang di ayat ini telah disebutkan di tafsir ayat-ayat sebelumnya, yaitu Abu Bakar dan Umar.

Untuk mencapai derajat takwa itu butuh ujian. Orang yang longgar lalu dia taat, itu biasa, sedang orang yang sempit lalu dia taat, maka itu luar biasa.

Disebutkan di dalam Al-Quran bahwa Allah berfirman:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوٓا أَنْ يَقُولُوٓا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman" dan mereka tidak diuji?" [QS. Al-'Ankabut: 2].

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِينَ

"Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta," [QS. Al-'Ankabut: 3].

Ujian sendiri bentuknya bermacam-macam, ada yang berupa kesenangan ada yang berupa kesusahan, dan banyak manusia yang bisa bersabar ketika mendapat ujian kesusahan, lalu gagal bersabar ketika mendapat ujian berupa kesenangan.

Ada kalanya ujian itu berbentuk perintah dan larangan, karena perintah dan larangan itu bertentangan dengan hawa nafsu.

Allah berfirman di dalam Surat Al-Baqarah:

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسٰىٓ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسٰىٓ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui," [QS. Al-Baqarah: 216]

Juga di dalam firmanNya:

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّىَ الْفَوٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْىَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِۦ سُلْطٰنًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Katakanlah (Muhammad), "Tuhanku hanya mengharamkan segala perbuatan keji yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan zalim tanpa alasan yang benar, dan (mengharamkan) kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu, sedangkan Dia tidak menurunkan alasan untuk itu, dan (mengharamkan) kamu membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui," [QS. Al-A'raf: 33]

Ada kalanya ujian itu berupa musibah.

Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata:

“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?”

Beliau menjawab:

“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa," [HR Tirmizi, Ibnu Majah, Ahmad, Ad-Darimi]

Dari Khabbab bin Al Arat berkata; "Kami mengadu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau sedang berbantalkan kain selimut beliau di bawah naungan Ka'bah; "Tidakkah baginda memohon pertolongan buat kami?. Tidakkah baginda berdo'a memohon kepada Allah untuk kami?".

Beliau bersabda: "Ada seorang laki-laki dari ummat sebelum kalian, lantas digalikan lubang untuknya dan ia diletakkan di dalamnya, lalu diambil gergaji, kemudian diletakkan gergaji itu di kepalanya lalu dia dibelah menjadi dua bagian namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Tulang dan urat di bawah dagingnya disisir dengan sisir besi namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Demi Allah, sungguh urusan (Islam) ini akan sempurna hingga ada seorang yang mengendarai kuda berjalan dari Shana'a menuju Hadlramaut tidak ada yang ditakutinya melainkan Allah atau (tidak ada) kekhawatiran kepada serigala atas kambingnya. Akan tetapi kalian sangat tergesa-gesa," [HR Bukhari].

~~~~~~~~~~~~
لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ

Mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar,

Setiap manusia tidak ada yang luput dari kesalahan. Rasulullah saja yang mendapat jaminan ampunan dosa, beliau masih meminta ampun kepada Allah.

Ada kisah bahwa seseorang menulis surat kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab yang berbunyi:

"Mana yang lebih afdhal, orang yang tidak punya hasrat untuk maksiat, dan dia tidak meminta Allah, ataukah orang yang punya kecenderungan terhadap maksiat tetapi dia menjaga dirinya agar tidak terjerumus kepada maksiat?"

Maka Umar bin Khattab menjawab:

"Orang yang punya kecenderungan terhadap maksiat tetapi dia menjaga dirinya agar tidak terjerumus kepada maksiat,"

Lalu beliau membaca firman Allah di atas:

أُولٰٓئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوٰى ۚ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ

mereka itulah orang-orang yang telah diuji hatinya oleh Allah untuk bertakwa. Mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar

~~~~~~~~~~~~

وَأَجْرٌ عَظِيمٌ

pahala yang besar di sini maksudnya kenikmatan surga.
~~~~~~~~~~~~



إِنَّ الَّذِينَ يُنَادُونَكَ مِنْ وَرَآءِ الْحُجُرٰتِ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ

"Sesungguhnya orang-orang yang memanggil engkau (Muhammad) dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti," [QS. Al-Hujurat: 4]

Dari Zaid ibnu Arqam Radhiyallahuanhu yang mengatakan bahwa beberapa golongan dari orang Badui berkumpul, dan mereka mengatakan,

"Marilah kita berangkat menemui lelaki ini. Jika dia memang seorang nabi, maka kita adalah orang yang paling berbahagia karena ada dia; dan jika dia seorang malaikat, berarti kita dapat hidup dengan sayapnya."

Zaid ibnu Arqam melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia datang kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan menceritakan kepadanya apa yang telah dikatakan oleh orang-orang Badui itu.

Selanjutnya orang-orang Badui itu datang ke rumah Nabi صلى الله عليه وسلم dan mereka memanggil Nabi yang berada di dalam kamarnya,

"Hai Muhammad, hai Muhammad!"

Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan firman-Nya:

Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar (mu) kebanyakan mereka tidak mengerti. (Al-Hujurat: 4)

Maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم memegang daun telingaku dan menjewernya seraya bersabda:  Sesungguhnya Allah telah membenarkan ucapanmu, hai Zaid. Sesungguhnya Allah Swt. telah membenarkan ucapanmu, hai Zaid.

Satu dari sekian pelajaran yang bisa diambil dari kisah ini adalah hendaknya kita tidak perlu menggubris celaan manusia. Seperti disebutkan di dalam hadis:

"Jagalah Allah niscaya Ia menjagamu, jagalah Allah niscaya kau menemui-Nya dihadapanmu, bila kau meminta, mintalah pada Allah dan bila kau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah, ketahuilah sesungguhnya seandainya ummat bersatu untuk memberimu manfaat, mereka tidak akan memberi manfaat apa pun selain yang telah ditakdirkan Allah untukmu dan seandainya bila mereka bersatu untuk membahayakanmu, mereka tidak akan membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan Allah padamu, pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering. (maksudnya takdir telah ditetapkan)," [HR Tirmizi & Ahmad]

~~~~~~~~~~
لَا يَعْقِلُونَ

Tidak berakal di sini maksudnya jahil dalam ilmu agama.

Orang-orang badui itu berteriak dari luar kamar nabi, tetapi Rasulullah tetap berbuat baik kepada mereka dengan tetap menemui mereka. Itu karena Rasulullah paham bahwa seperti itulah karakter orang-orang badui yang kasar dan keras.

Itulah kenapa pernah terjadi suatu peristiwa di mana seorang badui masuk ke masjid nabawi lalu kencing di salah satu sudut masjid nabawi.

Ketika para sahabat hendak memukuli orang badui tersebut, Rasulullah melarangnya karena ada hikmah di balik larangan beliau itu.

~~~~~~~~~~



وَلَوْ أَنَّهُمْ صَبَرُوا حَتّٰى تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Dan sekiranya mereka bersabar sampai engkau keluar menemui mereka, tentu akan lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang," [QS. Al-Hujurat: 5]

Satu dari sekian pelajaran yang bisa dipetik dari ayat ini adalah sifat sabar dan tidak tergesa-gesa. Tergesa-gesa adalah penyakit, seperti yang dikatakan oleh seorang murid Imam Malik:

Buah dari ketergesa-gesaan adalah penyesalan. Buah dari ujub adalah dibenci orang. Buah dari keras kepala adalah bingung. Buah dari ketamakan adalah kemiskinan.

Dari sinilah muncul kaidah fikih:

Barang siapa terburu-buru mendapatkan sesuatu, dia diharamkan untuk mendapatkan hal tersebut.

~~~~~~~~~
وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Allah itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang

Di dalam hadis qudsi disebutkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Allâh Azza wa Jalla berfirman, ‘Hai anak Adam! Sesungguhnya selama engkau berdo’a dan berharap hanya kepada-Ku, niscaya Aku mengampuni dosa-dosa yang telah engkau lakukan dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Seandainya dosa-dosamu setinggi langit, kemudian engkau minta ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Jika engkau datang kepadaku dengan membawa dosa-dosa yang hampir memenuhi bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberikan ampunan sepenuh bumi.” [HR. at-Tirmidzi, dan beliau berkata: Hadits ini hasan shahih].

Disampaikan pada:

- Kajian Rutin Selasa Malam Rabu Ke-3
- Masjid Besar Nguter, Jl. Solo-Wonogiri
- Bakda Isya

📌Allah telah menurunkan Kitab­Nya (Al-Qur'an) yang mulia kepada rasul-Nya yang mulia, yaitu Muham­mad Saw.

📌Sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah nikmat yang paling besar yang dianugerahkan oleh Allah kepada penduduk bumi, karena berkat Al-Qur'an mereka dikeluarkan dari kegelapan menuju kepada cahaya yang terang.

📌Kitab Al-Qur'an adalah kitab yang iurus, tiada kebengkokan dan tiada penyimpangan di dalamnya, bahkan Al-Qur'an memberikan petunjuk kepada manusia ke jalan yang lurus.

📌Kitab Al-Qur'an adalah kitab yang jelas, terang, dan gamblang, memberikan peringatan terhadap orang-orang kafir dan menyampaikan berita gembira kepada orang-orang yang beriman.

☝Karena itulah Allah berfirman:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِىٓ أَنْزَلَ عَلٰى عَبْدِهِ الْكِتٰبَ وَلَمْ يَجْعَل لَّهُ ۥ عِوَجَا ۜ
🍃 "Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak menjadikannya bengkok;" [QS. Al-Kahf: 1]

Sumber: Tafsir Ibnu Katsir
~~~~~~~~~~~~
💹 UPDATE DONASI (21 Agustus 2016): Rp77 juta dari Rp561 juta
~~~~~~~~~~~~
🍃 Ya Allah, berilah ganti bagi mereka yang berinfak, berkatilah keluarganya dan hartanya. Aamiin...
~~~~~~~~~~~~
💸Investasi Proyek Tahfizh Quran PPTQ At-Taqwa. No. Rek (BRI): 691301018205534

a/n PP Tahfizhul Qur’an At-Taqwa:

Tambahkan 111 di akhir nominal transfer. Contoh: Rp10.000.111.
==============
📖 #TadaburQuran Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Sukoharjo
▶️ Telegram: goo.gl/6C9vTa
▶️ Situs: www.el-taqwa.com
==============

Oleh Imam Ibnu Katsir
Imam Ahmad meriwayatkan dari Al-Bara, bahwa ada seorang laki-laki membaca Al-Kahfi di dalam rumah yang terdapat binatang. Lantaran bacaannya itu, binatang tersebut pun bepergian. Lantas, ia memandang ke atas dan tiba-tiba datang gumpalan awan atau mendung yang kemudian meliputi dirinya. Lalu ia memberitahukan kejadian tersebut kepada Nabi صلى الله عليه وسلم beliau bersabda:

اقْرَأْ فُلَانُ فَإِنَّهَا السَّكِينَةُ تَنَزَّلَتْ عِنْدَ الْقُرْآنِ أَوْ تَنَزَّلَتْ لِلْقُرْآنِ

"Bacalah Si Fulan (Al-Kahfi) sebab yang kamu alami adalah As sakinah (ketenangan) yang turun saat Al Qur`an dibaca atau atau As Sakinah itu memang turun untuk Al Qur`an," [HR Ahmad].

Hadis ini juga disebutkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam Sahih-nya.

Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Abu Darda, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنْ الدَّجَّالِ

"Barangsiapa hafal sepuluh ayat dari awal surat al kahfi, maka ia akan aman dari bahaya Dajjal," [HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud, An-Nasai, dan Abu Dawud].

Dalam lafaz At-Tirmizi berbunyi, "Barangsiapa yang menghafal tiga ayat pertama dari Al-Kahfi maka ia terlindungi dari Dajjal," dan beliau menilainya sebagai Hadis Hasan Sahih.

Dalam Al-Mustadrak, Imam Al-Hakim mengeluarkan hadis dari Abu Said bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

"Barang siapa yang membaca Al-Kahfi di Hari Jumat, maka ia mendapatkan pancaran cahaya di antara dua Jumat yang dilaluinya," [HR Al-Hakim: 2/368].

Imam Al-Hakim mengatakan hadis ini sanadnya sahih, tetapi Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya.

Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Bakat Al-Baihaqi di dalam Sunan-nya dari Al-Hakim. Kemudian Al-Baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya sendiri bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

"Barang siapa yang membaca Surat Al-Kahfi sebagaimana ia diturunkan, maka bacaannya itu akan menjadi cahaya baginya di Hari Kiamat," [HR Al-Baihaqi: 3/249].

Wallahu'alam bish shawwab.

Sumber:
Katsir, Ibnu. Sahih Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir. Hal: 481-483.
===============
Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Sukoharjo
▶ www.el-taqwa.com
▶️ Telegram.me/pptqattaqwa
▶ WA: +6285647172180
▶ BBM: 5D10644F
▶ FB: fb.me/pptqattaqwa
===============


~Sombong vs Kecerdasan...~

Syeikh Abdul Aziz Ath-Thuraifi berkata:


‏إذا زاد الكبر في الإنسان؛ قل تأمله وتدبره، فلا يجتمع كبر وذكاء (مستكبرين به سامرًا تهجرون . أفلم يدبروا القول)


Jika kesombongan di dalam diri seseorang bertambah, kemauannya untuk mendalami dan mentadaburi sesuatu akan berkurang; karena tak akan bersatu antara kesombongan dengan kecerdasan.


قَدْ كَانَتْ اٰيٰتِيْ تُتْلٰى عَلَيْكُمْ فَـكُنْتُمْ عَلٰٓى اَعْقَابِكُمْ تَـنْكِصُوْنَ ۙ || مُسْتَكْبِرِيْنَ ۖ ۙ بِهٖ سٰمِرًا تَهْجُرُوْنَ || اَفَلَمْ يَدَّبَّرُوا الْقَوْلَ اَمْ جَآءَهُمْ مَّا لَمْ يَأۡتِ اٰبَآءَهُمُ الْاَوَّلِيْنَ ۖ


(66) Sungguh ayat-ayat-Ku (Al-Qur'an) selalu dibacakan kepadamu, tetapi kamu selalu berpaling ke belakang, (67) dengan menyombongkan diri dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya (Al-Qur'an) pada waktu kamu bercakap-cakap di malam hari. (68) Maka tidakkah mereka menghayati firman (Allah), atau adakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka terdahulu? [QS. Al-Mu'minun: 66 - 68].
===============
Investasi akhirat: http://goo.gl/em7HV8
Info pendaftaran: http://goo.gl/z1aqN4
===============
Untuk berlangganan tausiyah:
Telegram.me/pptqattaqwa
Facebook.com/pptqattaqwa
WA: +6285647172180
www.el-taqwa.com
===============


~Pelan-pelan Asal Tersesat...~

Syeikh Abdul Aziz Ath-Thuraifi berkata:


‏الشيطان لا يقود الإنسان إلى الشر هرولة وإنما بخطوات متدرجة حتى يسكِّنه لا ينفر (ولا تتبعوا خطوات الشيطان) لأن طريقه مظلم


Setan tidak akan menggiring manusia kepada keburukan dengan sertamerta, tetapi dia akan menggiring manusia secara bertahap.

Dengan demikian, manusia merasa tenang dengan keburukan itu dan tidak akan lagi berusaha melepaskan diri darinya.

Sungguh jalan setan itu penuh kegelapan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


ۖ وَلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ؕ اِنَّهٗ لَـکُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ


"...dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu," [QS. Al-Baqarah: 208].
===============
UNDANGAN Berkunjung ke PPTQ At-Taqwa & Berpartisipasi dalam Program Pembangunan Pondok Tahap IV, klik > http://goo.gl/em7HV8
===============
Untuk berlangganan tausiyah:
Telegram.me/pptqattaqwa
Facebook.com/pptqattaqwa
WA: +6285647172180
www.el-taqwa.com
===============


~Perintah Berhijab Setara dengan Perintah Salat~

Syaikh Abdul Aziz Ath-Thuraifi berkata,

أمر الله المرأة بالحجاب ثم أمرها بالصلاة لبيان أن الحجاب عبادة لا عادة، يأمر به كأمره بالصلاة .

"Allah menyuruh wanita (muslim) untuk berhijab (menutup aurat), kemudian menyuruh mereka mendirikan salat.

"Ini artinya, berhijab adalah ibadah, bukan adat kebiasaan. Allah menyuruh berhijab, sebagaimana Allah menyuruh salat."

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ ٱلْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ ٱلصَّلَوٰةَ ... ﴿٣٣﴾

"Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah terdahulu dan dirikanlah shalat, ..." (QS. Al Ahzab: 33).__
===============
UNDANGAN Berkunjung ke PPTQ At-Taqwa & Berpartisipasi dalam Program Pembangunan Pondok Tahap IV, klik > http://goo.gl/em7HV8
===============
Untuk berlangganan tausiyah:
Telegram.me/pptqattaqwa
Facebook.com/pptqattaqwa
WA: +6285647172180
www.el-taqwa.com
===============
Donasi PPTQ At-Taqwa Nguter, Sukoharjo:
(BRI): 6913-01-018205-53-4
a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa
Konfirmasi: +6285647172180


~Saling Memberi Nasihat~

Syaikh Abdul Aziz Ath Thuraifi berkata,

"Saling memberi nasihat adalah sebab (datangnya) rahmat Allah, sedang meninggalkannya adalah sebab kemurkaan dan laknat Allah, sebagaimana Allah melaknat Bani Israil."

Sungguh, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

كَانُوا۟ لَا يَتَنَاهَوْنَ عَن مُّنكَرٍ فَعَلُوهُ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا۟ يَفْعَلُونَ ﴿٧٩﴾


"Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu," (QS. Al Maidah: 79).
=========
UNDANGAN Berkunjung ke PPTQ At-Taqwa & Berpartisipasi dalam Program Pembangunan Pondok Tahap IV, klik > http://goo.gl/em7HV8
=========
Tausiyah dari PPTQ At-Taqwa Nguter-Sukoharjo:
Telegram.me/pptqattaqwa
Facebook.com/pptqattaqwa
WA: +6285647172180
www.el-taqwa.com
=========


Imam Ahmad bin Hambal Rahimahillah di dalam Musnad-nya mencatat sebuah hadis dari Uqbah bin Amir Radhiyallahuanhu yang mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:


إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنْ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ


"Jika kalian melihat Allah memberikan nikmat dunia kepada seorang hamba yang gemar berlaku maksiat dengan sesuatu yang ia sukai, maka sesungguhnya itu adalah istidraj."

Kemudian, Rasulullah صلى الله عليه وسلم membacakan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:


{فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ} [الأنعام : 44]


"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong. Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa," [QS Al-An'am: 44].
=========
Info Pendaftaran Santri Baru Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter-Sukoharjo, klik > http://goo.gl/z1aqN4
=========
Tausiyah dari PPTQ At-Taqwa Nguter-Sukoharjo:
Telegram.me/pptqattaqwa
Facebook.com/pptqattaqwa
www.el-taqwa.com
=========

~Jika Melihat Kezaliman dan Enggan Menghentikannya, Maka Allah Akan...~

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا عَلَيْكُمْ اَنْفُسَكُمْ ۚ  لَا يَضُرُّكُمْ مَّنْ ضَلَّ اِذَا اهْتَدَيْتُمْ   ؕ  اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُـنَـبِّـئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu; (karena) orang yang sesat itu tidak akan membahayakanmu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu semua akan kembali, kemudian Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan," [QS. Al-Ma'idah: 105].

Ketika menafsirkan ayat di atas, Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahuanhu mengutip sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم:

يَقُولُ إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا ظَالِمًا فَلَمْ يَأْخُذُوا عَلَى يَدَيْهِ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمْ اللَّهُ بِعِقَابٍ مِنْه

"Sesungguhnya jika manusia melihat orang yang berbuat zalim, namun mereka tidak mencegahnya, hampir saja Allah meratakan siksaan kepada mereka semuanya," [HR Tirmidzi: Hasan Shahih, Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad].
===============
Telegram: telegram.me/pptqattaqwa Website: http://www.el-taqwa.com
Whatsapp: +6285647172180
Facebook: facebook.com/pptqattaqwa
===============
Donasi untuk Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo:
(BRI): 6913-01-018205-53-4
a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa
Konfirmasi: +6285647172180


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَمَنْ يَّعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمٰنِ نُقَيِّضْ لَهٗ شَيْطٰنًا فَهُوَ لَهٗ قَرِيْنٌ

"Dan siapa saja yang berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih (Al-Qur'an), Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya," [QS. Az-Zukhruf: 36].

Ketika menjelaskan ayat di atas, Syeikh Mu'min Al-Haddad mengutip ucapan Imam Asy-Syafii Rahimahullah:

"Waktu itu laksana pedang. Jika mampu, engkau harus memotongnya (memanfaatkannya untuk kebaikan -red). Jika tidak, justru waktu yang akan memotong kalian (menghabiskannya untuk kebatilan -red).

"Pun demikian dengan nafsu. Jika engkau tidak memanfaatkannya dengan benar, ia akan menyeret kalian pada kebatilan."

Sumber:
Al-Haddad, Mu'min.2009.Jangan Shalat Bersama Setan. Solo: Aqwam. Hal.:156.
===============
Website: http://www.el-taqwa.com
Whatsapp: +6285647172180
Facebook: facebook.com/pptqattaqwa
Telegram: telegram.me/pptqattaqwa
===============
Donasi untuk Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo:
(BRI): 6913-01-018205-53-4
a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa
Konfirmasi: +6285647172180


Oleh Sa’di Farindu Saif, Fahmi Burhani, Dicky Firmansyah*
Mentadabburi Al-Quran merupakan kegiatan yang sangat mulia. Ia dapat menjadikan kita selalu ingat kepada Allah dan mengetahui keagungan Allah dan juga kitab-Nya Al-Quran.

Mentadabburi Al-Quran bisa dilakukan tidak melulu dengan mengetahui artinya. Kita juga bisa mentadabburi Al-Quran dengan mengetahui Azbabun Nuzul suatu ayat atau surat. Dengan cara itu, kita bisa semakin mudah mentadabburi Al-Quran.

Pada suatu hari, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabatnya sedang melakukan shalat Ashar. Setelah shalat, datanglah seorang laki-laki kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam yang sedang bersama sahabat-sahabatnya.

Lelaki tersebut kemudian bertanya, ‘Saya telah mencium seorang perempuan.’

Maka Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam memalingkan wajahnya sembari menahan marah.

Lelaki tersebut kemudian pergi setelah melihat reaksi Rasulullah tersebut. Tak lama berselang, Rasulullah menyuruh beberapa sahabat di sekitarnya untuk memanggil lelaki tersebut.

Ketika lelaki tersebut sudah kembali ke hadapan Rasulullah, lalu ditanyakan kepadanya, ‘Apakah kamu sudah shalat Ashar?’

Lelaki tersebut kemudian menjawab, ‘Ya, saya sudah melaksanakan shalat.’

Kemudian Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam membacakan firman Allah:

وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ طَرَفَىِ ٱلنَّهَارِ وَزُلَفًۭا مِّنَ ٱلَّيْلِ ۚ إِنَّ ٱلْحَسَنَٰتِ يُذْهِبْنَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّٰكِرِينَ

Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat,” (QS Hud: 114).

Setelah mendengar ayat di atas, lelaki tersebut merasa senang dan para sahabat pun lantas bertanya, “Apakah ayat itu turun hanya untuk dia, wahai Rasulullah?”

Rasul pun menjawab, “Ayat itu untuk kita semua.”

Ketika membaca ayat di atas, lengkap dengan pengetahuan kita tentang Azbabun Nuzul (sebab turunnya ayat) tersebut, maka kita menjadi tahu bahwa perbuatan baik akan menjadi pengahapus dosa-dosa kecil yang telah kita lakukan sebelumnya.

Hal ini persis seperti sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam:

إتَّقِ الله حَيْثُما كُنْتَ وأتَّبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تمحها وخالق الناس بخلق حسن

Takutlah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada. Sertailah kejahatan dengan amal kebaikan sebagai penghapusnya. Selain itu, bergaullah dengan orang lain dengan budi pekerti yang baik,” (HR Abu Dawud, Ahmad, Hasan. Shahih Al-Jami Ash-Shaghir: 97).

Hal serupa juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ustman bin Affan, ia mendengar Rasulullah bersabda:

مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ لاَ يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian dia mengerjakan shalat dua rakaat dan ia tidak berkata-kata kepada dirinya (akan perkara dunia) dalam dua rakaat itu, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu,” (HR Muslim: 226).

Di dalam riwayat lain, Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Asma’ binti Hakim, yang mengatakan bahwa dirinya pernah melihat Abu Bakar berkata kepadanya bahwa ia pernah melihat Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

مَا مِنْ عَبْدٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ إِلاَّ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ
Tidak ada seorang muslim yang melakukan suatu dosa, kemudian dia berwudhu dan melaksanakan shalat dua rakaat, kecuali dosanya akan diampuni,” (HR Abu Dawud: 1521. Shahih).

Setelah mengetahui kandungan ayat dan hadist di atas, tidak diragukan lagi bahwa Allah adalah Mahaagung dan Mahapengampun atas segala dosa, kesalahan, dan itulah manfaat dari mentadabburi Al-Quran. Wallahu’alam bish shawwab

*Penulis adalah santri kelas dua Pondok Pesantren Tahfizul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo
Diberdayakan oleh Blogger.