Halloween party ideas 2015
Tampilkan postingan dengan label Tsaqafah. Tampilkan semua postingan

Seorang penjelajah asal Portugis, Tome Pirres, mengisahkan perjalanannya ke Nusantara masa prakolonial. Salah satu kisah yang ditulisnya dalam buku berjudul Summa Oriental itu adalah pandangannya tentang orang Jawa yang ia jumpai di Malaka.

Menurut Pirres, orang Jawa itu penuh percaya diri, cakap berdebat, dan selalu siap mencabut keris jika terlibat konflik fisik. Mereka lihai berdebat sekaligus tangkas memainkan senjata.

Pirres menjumpai orang Jawa era Demak, yaitu jaman daulah Islam betul-betul eksis di Pulau Jawa. Bukan sekedar simbolis dengan gelar sultan, sayidin panatagama dan sebagainya.

Sejarah mencatat bahwa Islam "ideologis" muncul di Jawa sejak berdirinya Kesultanan Demak. Namun wujudnya sebagai jiwa pemerintahan pun lenyap seiring musnahnya Demak. Pergeseran kekuasaan ke Pajang dan kemudian ke Mataram menggeser pula ideologi Islam.

Orang Jawa pun berubah karakternya. Mereka kini dikenal inferior, menghindari konflik, dan lamban. Sastrawan kiri Pramoedya, kelahiran pesisir pantai utara Jawa, menyebut hal itu karena pergeseran pusat kerajaan dari pesisir pantai ke pedalaman. Juga karena perubahan orientasi maritim menjadi agraris.

Menurut Pram, paradigma pesisir adalah pikiran yang terbuka. Pergaulan dengan berbagai bangsa dimungkinkan di kota-kota bandar yang disinggahi kapal-kapal dari negeri lain. Pandangan terhadap mata pencaharian juga lebih dinamis sehingga kehidupan pesisir pun penuh dinamika.

Sebaliknya, paradigma pedalaman adalah pikiran yang tertutup. Pergaulan yang terbatas melahirkan ketertutupan sekaligus kebanggaan diri yang semu. Mata pencaharian yang pertanian juga melahirkan kehidupan yang penuh sikap fatalis dan berkembangnya klenik.

Betulkah analisis Pram? Membedah karakter sebuah bangsa atau suku hanya dari elemen fisik seperti daerah tinggal dan mata pencaharian agaknya menyederhanakan persoalan. Manusia memang dipengaruhi secara fisik oleh lingkungan dan ruang kehidupannya, tetapi jiwa manusia lah yang paling berpengaruh bagi keseluruhan dirinya.

Maka bukan pantai atau pedalaman, bukan pula jadi nelayan, saudagar atau petani yang membuat karakter orang Jawa berubah. Melainkan isi jiwanya yang membuatnya berubah.

Melihat gambaran Tome Pirres, yang bukan pribumi apalagi Jawa seperti Pram. Kemudian melihat lini masanya yang bertepatan dengan kuatnya "ideologi Islam" dalam sistem pemerintahan Jawa waktu itu, lebih tepat jika Islamlah yang membentuk karakter seperti dilihat oleh Pirres.

Islam membebaskan jiwa manusia jadi merdeka. Sebagaimana kata sahabat Rib'i bin Amr di hadapan panglima Parsi Rustum, "Islam datang untuk membebaskan manusia dari perbudakan oleh manusia lain, kemudian mengubahnya menjadi penghambaan pada Rabbul Alamin." Wajarlah jika Pirres melihat jejak jiwa merdeka tadi di Malaka.

Sementara perubahan orientasi ideologis terjadi sejak pergeseran Demak ke Pajang. Sesembahan adalah raja, kehidupan adalah feodal, sementara klenik pun berkembang. Jiwa merdeka Islam pun berubah menjadi jiwa budak yang inferior, penuh ketakutan, dan tak punya inisiatif. Tanpa bermaksud membangun stereotipe, inilah yang hilang dari kehidupan orang Jawa.📌

📚Sumber: Majalah An-Najah edisi 91/Jumadil Tsani 1434 H/ Mei 2013


Islam memuliakan wanita dengan menjadikan mereka sebagai pendidik generasi mendatang. Di dalam Islam, baiknya suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh baiknya kaum wanita di dalamnya.

Islam mewajibkan wanita untuk berhijab (menutup aurat) guna menyelamatkan mereka dari kejahatan dan menjaga masyarakat dari dampak buruknya.

Dengan menutup aurat, cinta dan kasih sayang antara suami dengan istrinya akan lestari.

Ketika seorang suami melihat perempuan yang lebih cantik daripada istrinya, maka potensi kerusakan ikatan pernikahan di antara keduanya semakin besar. Dan bukan tidak mungkin jika hal tersebut akan berujung pada perceraian di antara keduanya.

Sungguh telah disebutkan tentang hijab (menutup aurat) di dalam Al-Qur'an. Allah Ta'ala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ قُل لِّأَزْوَٰجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ ٱلْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَٰبِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰٓ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ  ﴿٥٩﴾

"Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu," (QS. Al-Ahzab: 59).

Annie Besant, seorang tokoh feminis internasional berkata, “Sering terngiang di pikiranku bahwa wanita dalam naungan Islam lebih merdeka (bebas) daripada (wanita yang memeluk) agama lain. Islam lebih banyak menjaga hak-hak wanita dibanding agama lainnya yang melarang poligami. Demikian pula ajaran Islam lebih adil bagi wanita dan lebih menjamin kebebasannya. Sedang wanita di Inggris baru memiliki hak milik di abad ke-20, padahal Islam telah menetapkan hak milik bagi wanita sejak datangnya agama Islam pertama kali (abad ke-5). Adalah suatu kebohongan (omong kosong) kalau dikatakan bahwa Islam mengangap wanita sebagai orang yang tidak bernyawa.”

Ia juga berkata, “Bila kita timbang secara adil maka poligami Islami yang menjaga, melindungi, memberi makan, pakaian dan perhatian kepada wanita adalah lebih baik daripada prostitusi ala Barat yang membolehkan laki-laki melampiaskan syahwatnya pada wanita kemudian wanita itu dibuang di jalanan.

François Sagan, seorang orientalis Prancis, berkata, "Wahai wanita timur, ketahuilah bahwa orang yang memanggil namamu dan mengajakmu beremansipasi dengan laki-laki sebenarnya adalah orang-orang yang mentertawakan kami (kaum pria) di hadapan kalian (kaum wanita)."

Fon Harmer berkata, "Menutup aurat bagi wanita adalah alat untuk menjaga kehormatannya serta martabat yang didambakannya."*

Sumber:
Taujihat Islamiyah Li Ishlahil Fardi wal Mujtama' karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu.

Diterjemahkan oleh:
Ust Najih Ibrahim
Staf pengajar ilmu fikih dan Bahasa Arab di Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo.
====================
👍Zakat, infak, atau sedekah Anda untuk Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo bisa melalui transfer ke No. Rek (BRI): 6913-01-018205-53-4 a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa

📩Berlangganan tausiyah dari Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo . Ketik "GABUNG" kirim via Whatsapp ke: +6285647172180

🔊Raih pahala dengan berbagi konten bermanfaat


Musuh-musuh Islam dari kalangan kafir tulen dan orang-orang munafik yang menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafiran sangat bersuka-cita bila mereka mendapati umat Islam berpecah belah, apalagi jika perpecahan ini melibatkan tokoh yang diakui keilmuannya (ulama dan cendekiawan muslim), dan apalagi jika perpecahan ini melibatkan generasi muda umat Islam yang notabene menjadi harapan umat di masa depan.

Musuh-musuh kita, wahai saudara-saudaraku, menginginkan kita agar berpecah-belah. Mereka bahagia dengan hal tersebut. Pasalnya, jika kita bercerai-berai, berarti kita telah mewujudkan kelemahan umat sebagaimana yang mereka upayakan.

Bila sebagian kita menuduh sesat sebagian yang lain, mengkafirkan atau membenci yang lain, maka inilah yang didambakan musuh-musuh kita. Jadi, mengapa kita berpecah-belah? Mengapa kita memperselisihkan permasalahan-permasalahan yang tidak seharusnya membuat kita berpecah-belah dan mengakibatkan perselisihan hati?

Jadi, berhati-hatilah dan waspadalah terhadap perpecahan dan perselisihan bila kalian benar-benar ingin membela agama Allah dan menghendaki Allah memberikan kekuasaan kepada kalian di dunia. Ketahuilah, perselisihan yang terjadi di antara kalian ini lebih berbahaya daripada senjata-senjata musuh-musuh kalian.

Sumber:

Ila Mata Hadzal Khilaf, karya Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerjemah: Abu Nabil, Lc.


Oleh Syeikh Aidh Al-Qarni
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ

Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Menciptakan,” (QS Al-Alaq: 01).

Alkisah zaman kepemimpinan khalifah Nashir di Andalus telah mengukir sejarah dengan tinta emas dalam bidang keilmuan, yakni diwajibkannya setiap rumah dari umat Islam di kala itu untuk memiliki perpustakaan.

Akan tetapi, tidak semua orang dari kita di hari ini yang berkenan membuat perpustakaan kecil untuk keluarga kita, meski hanya terdapat sekitar 100 buku saja dari berbagai bidang ilmu.

Seandainya semua anggota keluarga diharuskan untuk duduk di perpustakaan selama 30 menit setiap harinya untuk membaca, maka selama rentang waktu satu tahun ke depan kita telah membaca dan menelaah selama 180 jam. Dengan demikian, kita akan menjadi umat yang “sadar” dan masyarakat yang berpendidikan.

Ada pun menyia-nyiakan waktu, enggan untuk membaca dan malas untuk menelaah merupakan sebuah bukti atas kegagalan, kebodohan, dangkalnya cita-cita dan lemahnya hasrat. Jika keadaan kita tetap seperti ini, maka kita akan mengenyahkan kemuliaan yang terdapat pada diri kita sendiri umat Islam secara global. Yang tersisa kemudian hanyalah catatan sejarah tentang kemajuan, kegemilangan, dan tradisi umat yang begitu indah dan mengagumkan dunia.

Saya sampaikan kabar kepada Anda bahwa pesawat milik orang-orang Eropa telah berhasil menjangkau dan mendarat di planet Mars dan planet-planet lain di ruang angkasa. Sedangkan kita belum juga beranjak dari belahan bumi yang kita injak saat ini. Wallahu’alam bish shawwab.


Al-Qarni, Aidh. 2009. Assalamu’alaikum. Solo: Ziyad Visi Media.
Diberdayakan oleh Blogger.