Halloween party ideas 2015
Tampilkan postingan dengan label Sirah. Tampilkan semua postingan



📌 “Yang hadir di majelis Imam Ahmad ada sekitar 5.000 orang atau lebih. 500 orang menulis [pelajaran], sedangkan sisanya belajar keluhuran adab dan kepribadian beliau.” 

Imam Adz-Dzahabi, dalam Siyar A’lamin Nubala: 21/373.

كان يجتمع في مجلس أحمد زهاء خمسة آلاف – أو يزيدون نحو خمس مائة – يكتبون، والباقون يتعلمون منه حسن الأدب والسمت
*〰〰〰〰〰〰*
⏳ *5 Hari Lagi Pendaftaran Santri Baru PPTQ At-Taqwa Sukoharjo.* Klik https://goo.gl/nCiF8p

📹 *Video Profil PPTQ At-Taqwa Sukoharjo,* klik https://youtu.be/kfIHoyE_sE8
*〰〰〰〰〰〰*
📲 *Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Sukoharjo:*
▶Website: www.el-taqwa.com
▶Telegram: @pptqattaqwa
▶Instagram: @pptqattaqwa
▶Twitter: @pptqattaqwa
▶Facebook: /pptqattaqwa
*〰〰〰〰〰〰*

Manuskrip Alquran tertua yang konon ditulis pada masa Khalifah Ustman bin Affan. Sumber: NYTimes

Pertanyaan:
Kapan dan di mana Al-Quran dicetak untuk pertama kalinya dengan menggunakan mesin cetak?

Jawaban oleh Tim Fatwa IslamWeb, diketuai oleh Syekh Abdullah Faqih Asy-Syinqitti
Segala puji bagi Allah, Raab semesta alam. Saya bersaksi bahwa tiada Illah yang hak untuk diibadahi kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.

Selawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada beliau , keluarganya dan sahabatnya.

Buku berbahasa Arab yang pertama kali dicetak (dengan memakai mesin cetak) adalah Al-Quran. Al-Quran yang dicetak dengan mesin cetak ini dibuat pertama kali di Venesia, Italia, di tahun 1530.*

Informasi ini kami peroleh dari Yahya Al-Jaburi Rahimahullah di dalam bukunya, “The Methodology of Research.”

Wallahu’alam bish shawwab.

*Tambahan Penerjemah:
Informasi yang kuat menyebutkan bahwa Mushaf Al-Quran cetak pertama kali dibuat antara tanggal 9 Agustus 1537 – 9 Agustus 1538. Hari ini, hanya tersisa satu mushaf di Perpustakaan Franciscan Friars, di Venesia, Italia. (Lihat: http://www.historyofinformation.com/expanded.php?id=405).

Fatwa No: 91650
Tanggal: 28 Safar 1427 (29 Maret 2006)

Sumber:
http://www.islamweb.net/emainpage/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=91650

Penerjemah: Abu Muhammad
Staf pengajar di Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Sukoharjo

Telegram: Telegram.me/pptqattaqwa
Facebook: Facebook.com/pptqattaqwa


Salah satu contoh ulama Muhadisah (ulama ahli hadis dari kalangan wanita), yang bukan keturunan Arab, adalah Amat Gafur binti Ishaq Al-Dihlawi.

Beliau hidup di abad ke-13 Masehi, dan berasal dari India, lebih tepatnya kota Delhi yang kini dikenal sebagai New Delhi.

Banyak yang beranggapan bahwa ulama-ulama besar hanya berasal dari keturunan Arab, dengan bahasa Arab sebagai bahasa ibunya. Padahal, banyak ulama-ulama besar – termasuk yang pria – ternyata berasal dari keturunan selain Arab.

Ada Imam Bukhari Rahimahullah yang sama sekali tidak memiliki keturunan Arab, tetapi kitab Sahih Bukhari yang beliau tulis disepakati sebagai kitab tersahih kedua setelah Alquran.

Pun demikian di kalangan wanita, ada Amat Gafur binti Ishaq Al-Dihlawi.

Ayahnya adalah seorang ulama tersohor di India, maka wajar jika beliau bisa mengenyam ilmu agama baik dari ayahnya ataupun dari sahabat-sahabat ayahnya.

Beliau belajar Hadis dan Fiqih dari ayahnya, yang kemudian beliau menerima wewenang untuk mengajarkan kedua ilmu tersebut.

Suatu saat, beliau dinikahkan oleh ayahnya dengan seorang ulama. Dan di sinilah letak salah satu keutamaan beliau, yaitu ketika suaminya mengalami kesulitan dalam menentukan hukum suatu perkara, beliau meminta “fatwa” dari istrinya sendiri.

Al-Hasani berkata, “Ketika suaminya, yang merupakan seorang ulama besar, menghadapi kesulitan dalam masalah hadis atau fiqih, beliau akan berkonsultasi dengan istrinya dan mendapatkan banyak manfaat darinya.”

Sumber:
http://fatwa.islamweb.net/womane/nindex.php?page=readart&id=149245

Penerjemah: Irfan Nugroho
Staf pengajar di Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Sukoharjo


~Naik Haji Bersama Imam Ibnu Mubarak...~

Adalah Ibnu Mubarak apabila datang musim haji maka orang-orang dari penduduk Muru berkumpul di sisi beliau sambil mengatakan, "Kami ingin pergi haji bersama Anda."

Beliau mengatakan, "Mari, sini kumpulkan harta perbekalan kalian." Beliau lalu mengumpulkan bekal mereka dan meletakannya di sebuah kotak kemudian menguncinya.

Selanjutnya, beliau berkumpul dan keluar bersama-sama dari Muru menuju Baghdad sedang beliau yang menanggung semua kebutuhan perjalanan mereka. Beliau memberi makan dengan makanan yang paling mewah dan menjamu mereka dengan buah-buahan yang lezat.

Dari sana kemudian mereka melanjutkan perjalanan keluar dari Baghdad dengan pakaian yang paling indah dan bagus sampai akhirnya mereka sampai di kota Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Sesampainya di sana, beliau menanyai mereka satu persatu, "Apa yang engkau inginkan sebagai oleh-oleh untuk keluargamu?"

Mereka menjawab, "Ini dan itu," dan beliau membelikannya.

Lalu mereka keluar dari Madinah menuju Makah. Ketika mereka telah selesai melaksanakan manasik ibadah haji, beliau bertanya kembali pada setiap orang, "Hadiah apa yang engkau sukai untuk diberikan kepada keluargamu dari cendera mata Kota Makah?

Mereka menjawab, "Ini dan itu," lalu beliau membelikannya.

Kemudian mereka keluar dari Makah untuk kembali ke kampung halaman, dan beliaulah yang menanggung semua biaya perjalanan sampai akhirnya mereka tiba di Muru dan kembali kerumahnya masing-masing.

Tiga hari sesudah kepulangan mereka, beliau mengundang dan menjamu mereka untuk makan-makan di rumah beliau. Tatkala mereka sudah selesai makan dan merasa senang, beliau meminta pegawainya untuk mengambilkan kotak yang berisi uang perbekalan mereka dahulu sebelum berangkat haji. Beliau membuka kotak tersebut lalu mengembalikan kepada mereka semua sesuai dengan nama-nama yang tercantum di dalamnya.

Beliau pernah ditegur karena lebih memilih untuk membagi-bagikan hartanya di negeri yang jauh dan kurang mementingkan negerinya sendiri.

Beliau menjawab, "Sesungguhnya aku mengetahui tempat orang-orang yang punya keutamaan, jujur, dan senang mengumpulkan hadits dan tekun di dalam mencarinya demi kebutuhan manusia terhadap mereka jikalau mereka membutuhkan.

"Jika sekiranya kita acuhkan mereka, tentu akan sia-sia ilmu yang mereka miliki. Dan bila kita bantu mereka, maka mereka akan mudah untuk menyebarkan ilmunya kepada umatnya Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam. Aku tidak mengetahui sesuatu yang lebih utama setelah kenabian kecuali lembaga pendidikan."

Inilah pesan tersirat bagi para pebisnis agar mereka senang untuk menginfakkan hartanya kepada para fakir, orang-orang yang membutuhkan, penuntut ilmu, program kebaikan, serta yayasan sosial. Sesungguhnya, dengan melakukan hal tersebut akan menjadikan harta dan kekayaannya berbarokah.

Disebutkan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dari Amr bin Ash radhiyallahu 'anhu, beliau berkata bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ


"Nikmatnya harta yang baik ketika berada di tangan orang-orang yang saleh," [HR Ahmad: 17763].

Di dalam hadits yang lain dijelaskan dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu, beliau berkata, "Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا


"Tidaklah pagi menyapa seorang hamba melainkan ada dua malaikat yang turun kepadanya. Lalu salah satunya berdo'a: "Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfak". Sedang satunya lagi berdo'a: "Ya Allah, berilah kebinasaan bagi harta orang yang pelit," [HR Bukhari: 1442. Muslim: 1010].

Di dalam riwayat Imam Muslim dijelaskan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَال


"Sedekah tidak akan mengurangi sedikitpun dari harta benda," [HR Muslim: 2588].

Sumber:
Imam Ibnu Mubarak, karya Syeikh Amin Abdullah Asy-Syaqaawi.
===============
MAKLUMAT: Undangan Berkunjung ke PPTQ At-Taqwa & Berpartisipasi dalam Program Pembangunan Pondok Tahap IV, klik > http://goo.gl/em7HV8
===============
Untuk berlangganan tausiyah:
Telegram.me/pptqattaqwa
Facebook.com/pptqattaqwa
WA: +6285647172180
www.el-taqwa.com
===============
Donasi PPTQ At-Taqwa Nguter, Sukoharjo:
(BRI): 6913-01-018205-53-4
a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa
Konfirmasi: +6285647172180


~Imam Ibnu Mubarak: Ulama, Mujahid, Pebisnis Kaya, Dermawan..~

Beliau adalah Abdullah bin Mubarak, yang juga dikenal sebagai Ibnu Mubarak. Beliau lahir di tahun 118H, dan dijuluki oleh beberapa sahabatnya sebagai "Amirul Mukminin" dalam periwayatan hadis.

Tak hanya itu, ia juga merupakan sosok yang komplit. Pernah suatu ketika berkumpul ulama-ulama besar di kalangan salaf semisal al-Fadhl bin Musa dan Makhlad bin Husain.

Mereka mengatakan, "Mari kita coba hitung pintu-pintu kebaikan yang dilakukan oleh Ibnu Mubarak."

Maka mereka mulai menghitungnya, "llmu, fikih, adab, nahwu dan bahasa, zuhud, berbahasa secara fasih, sya'ir, salat malam, ibadah, haji, jihad, pemberani, jago naik kuda, kuat, meninggalkan ucapan yang tidak penting, adil, dan sangat sedikit berselisih bersama para sahabatnya".

Salamah bin Sulaiman, seorang murid dari Imam Ibnu Mubarak, berkisah tentang gurunya:

Pernah suatu ketika ada seseorang yang datang kepada Ibnu Mubarak. Ia memohon kepada Ibnu Mubarak supaya melunasi hutang-hutangnya.

Maka, Ibnu Mubarak menulis surat tertuju untuk orang tersebut yang akan disampaikan melalui salah satu pegawainya. Ketika sang pegawai telah memegang surat tersebut, ia bertanya,

"Berapa hutang yang engkau minta supaya dilunasi?"

Orang yang berhutang itu menjawab, "700 (tujuh ratus) dirham," (setara sekitar Rp20 juta per 27/11/2015).*

Sang pegawai kaget karena Ibnu Mubarak telah menulis dalam suratnya supaya memberi orang tersebut sebanyak 7.000 (tujuh ribu) dirham (setara sekitar Rp208 juta per 27/11/2015).*

Sang pegawai lalu menghadap Ibnu Mubarak lagi dan menyampaikan hal tersebut dan berkata,

"Sesungguhnya hartamu akan habis".

Maka, Ibnu Mubarak menulis, "Hartaku akan habis, pun demikian dengan umurku yang juga akan habis. Berikan uang sebanyak apa yang aku tulis."

Beliau juga pernah berkata kepada Fudhail bin Iyadh, "Kalaulah bukan karenamu dan para sahabatmu tentu aku tidak akan berdagang," (beliau berdagang untuk memenuhi kebutuhan sahabatnya -red).

Beliau memiliki kebiasaan selalu berinfak kepada fakir miskin pada setiap tahunnya sebanyak 100.000 dirham (setara sekitar Rp2,9 miliar per 27/11/2015).*

Keterangan:
*Satu dirham=2,975 gram perak. Harga satu gram perak per 27 November 2015 kisaran Rp10.000,-. Jadi, satu dirham setara dengan Rp29.750,-

Sumber:
Ibnu Mubarak, karya Syeikh Amin Abdullah Asy-Syaqâwi.
===============
Info Pendaftaran Santri Baru Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter-Sukoharjo, klik > http://goo.gl/z1aqN4
===============
Untuk berlangganan tausiyah:
Telegram.me/pptqattaqwa
Facebook.com/pptqattaqwa
WA: +6285647172180
www.el-taqwa.com
===============
Donasi PPTQ At-Taqwa Nguter, Sukoharjo:
(BRI): 6913-01-018205-53-4
a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa
Konfirmasi: +6285647172180


Suatu hari di masa paceklik, bergemuruhlah suara berita bahwa terdapat sekelompok kafilah dagang mendekati ibu kota Islam. Kafilah yang dimaksud terdiri dari 700 unta pembawa gandum, kismis, kurma, dan pakaian. Kafilah itu adalah milik Abdurrahman bin Auf.

Para pedagang lokal Madinah pun berkumpul untuk bertransaksi dengan kafilah tersebut. Mereka berkata kepada Abdurrahman, “Apakah Anda mau menjual makanan, pakaian, dan unta ini kepada kami?”

“Ya,” jawab Abdurrahman bin Auf.

Lantas, pedagang itu mulai menawarkan harga, “Kami akan memberimu keuntungan satu dirham dari setiap satu dirmah (menawarkan keuntungan 100% -red).”

Abdurrahman bin Auf menjawab, “Adakah penawaran yang lebih tinggi?”

“Kami akan memberimu dua dirham dari setiap satu dirham,” tawar pedagang yang lain.

“Ada yang lebih tinggi,” ujar Abdurrahman bin Auf.

“Kami akan memberimu tiga dirham dari setiap satu dirham,” tawar yang lainnya.

“Ada yang lebih tinggi dari itu?” tanya Abdurrahman bin Auf.

“Kami adalah pedagang Madinah,” sanggah seorang pedagang. “Siapakah lagi yang bisa memberimu keuntungan yang lebih tinggi?”

Sontak Abdurrahman bin Auf menjawab, “Demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, Allah dari atas tujuh langit telah menambahkan keuntungan bagiku. Allah berfirman:

مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنۢبُلَةٖ مِّاْئَةُ حَبَّةٖۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٢٦١

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui,” (QS Al-Baqarah: 261).

Lalu Abdurrahman bin Auf mengatakan, “Allah memberiku lebih dari 700 kali sampai tak terhingga. Aku persaksikan kepada kalian dan aku persaksikan kepada Allah dan juga malaikat-Nya bahwa semua komoditas yang ada di kafilah ini adalah untuk Allah. Tidak ada satu dirham atau dinar pun yang akan aku masukkan ke dalam sakuku.”

Orang-orang pun membubarkan diri sedangkan penduduk Madinah yang fakir dan miskin berkerumun di sekitar kafilah Abdurrahman bin Auf untuk mendapatkan harta tersebut.

Sumber:
Haqqi, Ibrahim. 2011. Sedekah Berbalas Kontan: Balasan Berlipat Terhindar dari Musibah. Solo: Aqwam. Hal.: 112-113
====================
👍Zakat, infak, atau sedekah Anda untuk Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo bisa melalui transfer ke No. Rek (BRI): 6913-01-018205-53-4 a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa

📩Berlangganan tausiyah dari Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo . Ketik "GABUNG" kirim via Whatsapp ke: +6285647172180

🔊Raih pahala dengan berbagi konten bermanfaat


Imam Abu Dawud bercerita tentang sosok ulama salaf, amirul mukminin dalam ilmu hadist, yang pernah menjadi seorang budak tetapi sangat dermawan, Syu'bah bin Al-Hajjaj.

Imam Abu Dawud mengisahkan, "Suatu ketika kami sedang berada di rumah Syu'bah untuk menulis dan menyusun kitab. Tiba-tiba, seorang pengemis datang dan Syu'bah berkata:

"Bersedekahlah kalian, bersedekahlah, bersedelahlah kalian. Bersedekahlah kalian untuk pengemis itu!

"Sungguh, Abu Ishaq menyampaikan kepadaku suatu hadist, dari Abdullah bin Mi'qal, dari Adi bin Hatim, dia berkata, Rasulullah bersabda:

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ

"Jagalah kalian dari neraka, sekali pun dengan (bersedekah) sebutir kurma," [Muttafaq Alaih].

Lalu, Imam Abu Dawud melanjutkan kisahnya...

Meski telah disampaikan hadist tersebut oleh Syu'bah bin Al-Hajjaj, tetap saja tidak ada yang mau mengeluarkan sedekah. Lantas, Syu'bah berkata:

"Sungguh, Amir bin Murrah menyampaikan satu hadist kepadaku, dari Haitsamah, sari Adi bin Hatim, dia berkata bahwa Rasulullah bersabda:

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقَّةِ تَمْرَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ شِقَّةَ تَمْرَةٍ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ

"Jagalah diri kalian dari neraka sekali pun dengan (bersedekah) setengah biji kurma. Jika kalian tidak memilikinya, maka (bersedekahlah) dengan berkata yang baik," [HR Bukhari].

Meski demikian, tetap saja tidak ada yang mau mengeluarkan sedekah. Maka Syu'bah berkata untuk ketiga kalinya:

"Bersedelahlah kepada pengemis itu! Sungguh, Muhalla Adh-Dhabi menyampaikan satu hadist kepadaku, dari Adi bin Hatim, dia berkata bahwa Rasulullah bersabda:

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقَّةِ تَمْرَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ شِقَّةَ تَمْرَةٍ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ

"Jagalah diri kalian dari neraka sekali pun dengan (bersedekah) setengah biji kurma. Jika kalian tidak memilikinya, maka (bersedekahlah) dengan berkata yang baik," [HR Bukhari].

Dan ketika santri-santrinya tidak ada yang mau mengeluarkan sedekah, maka Syu'bah berkata:

"Pergilah kalian dari rumahku!!! Sungguh, aku tidak akan memberikan hadist kepada kalian selama tiga bulan!"

Maka Syu'bah masuk ke dalam rumahnya dan mengambil makanan yang ada dan memberikannya kepada pengemis itu sambil berkata:

"Ambillah makanan ini, sesungguhnya ini adalah jatah makanan kita hari ini," [Siyar A'lam An-Nubala: 7/227-228].

Imam Muslim bin Ibrahim menyebut Syu'bah sebagai "Bapak sekaligus ibu bagi orang-orang miskin," [Tahdzib Al-Kamal: 12/492].

Yahya bin Said Al-Qahthani berkata, "Syu'bah adalah orang yang paling gemar memberi, khususnya apabila ia masih memiliki harta untuk diberi ke orang lain," [Siyar A'lam An-Nubala: 7/211].

Imam Adz-Dzahabi berkata tentang Syu'bah, "Ia adalah ulama yang bisa dipercaya, seorang yang dapat dijadikan hujjah, seorang yang kritis, bersungguh-sungguh, saleh, zuhud, qana'ah, banyak ilmunya, giat mengamalkan ilmunya, dan orang yang cerdas opininya."

Imam Ahmad bin Hambal berkata, "Syu'bah lebih kuat sari Al-A'masy (Ibnu Utbah) dalam masalah fiqih, dan Syu'bah juga lebih kuat daripada Sufyan At-Tsauri dalam masalah hadist. Syu'bah meriwayatkan dari 30 perawi terpercaya di Kuffah, yang tidak pernah ditemui oleh Sufyan At-Tsauri. Syu'bah adalah orang yang paling unggul dalam masalah hadist."

Nama beliau adalah Syu'bah bin Al-Hajjaj bin Al-Ward Al-Ataki Al-Azdi Abu Bistham Al-Wasathi, budak dari Ubadah bin Al-Aghar, pernah juga menjadi budak dari Yazid bin Al-Mahlab, Qa'nab bjn Al-Mahrar, dan Al-Asyaqir--yang akhirnya membebaskan beliau.

Lahir pada tahun 80 Hijriyah di Kota Kuffah, Iraq. Meninggal di tahun 160 Hijriyah dengan usia 77 tahun.

Diringkas oleh:
Irfan Nugroho
Staf pengajar Bahasa Inggris di Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo.

Sumber:
Farid, Ahmad. 2010. 60 Biografi Ulama Salaf. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
🌾🌾🌾🌾🌾
______________
👍Zakat, infak, atau sedekah Anda untuk PPTQ At-Taqwa Sukoharjo bisa melalui transfer ke No. Rek (BRI): 6913-01-018205-53-4 a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa

📩Berlangganan tausiyah dari PPTQ At-Taqwa Nguter. Ketik "GABUNG" kirim via Whatsapp ke: +6285647172180

🔊Raih pahala dengan berbagi konten bermanfaat


Sejarah Islam yang mulia merekam kisah-kisah dan contoh kepribadian anak yang dipengaruhi oleh kepribadian ayah dan ibu mereka. Berikut adalah tiga penggal kisah tentang Abdullah bin Zubair Radhiyallahuanhum, seorang sahabat besar dengan kepribadian yang kuat, buah dari kepribadian orang tuanya yang kuat pula.

Kepribadian Zubair bin Awwam (Sang Ayah) dan Pengaruhnya terhadap Kepribadian Abdullah bin Zubair
Al-Laits meriwayatkan dari Abul Aswad dari Urwah, katanya:

"Az-Zubair memeluk Islam dalam usia 8 tahun. Suatu waktu  dia pernah mendapat bisikan setan bahwa Rasulullah shalallahualaihi wasallam ditangkap di dataran tinggi Mekkah.

Az-Zubair yang masih kanak-kanak, berusia 12 tahun keluar rumah sambil membawa pedang. Setiap orang yang melihatnya terheran-heran dan berkata:

“Anak kecil menenteng pedang?!”

Hingga akhirnya Abdullah bin Zubair bertemu Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Nabi turut heran terhadapnya dan bertanya:

“Ada apa denganmu wahai az-Zubair?!”

Az-Zubair lalu menceritakan bisikan setan yang ia terima itu lalu berkata: 

“Aku datang untuk memenggal dengan pedangku ini siapa pun yang menangkapmu, wahai Rasulullah!” (Siar A’lam An-Nubala: 1/41-42).

Kepribadian Asma binti Abu Bakar (Sang Ibu) dan Pengaruhnya terhadap Kepribadian Abdullah bin Zubair
Imam adz-Zahabi berkata:
Abu al-Muhayyah Ibn Ya’la at-Taymi Menceritakan kepada kami dari ayahnya, katanya:

“Aku masuk ke Mekkah tiga hari setelah terbunuhnya Abdullah bin Zubair karena dipasung (oleh khilafah masa itu). Ibunya yang sudah renta datang dan berkata kepada al-Hajjaj (khalifah masa itu): 
“Bukankah sekarang saatnya bagi yang terpasung untuk turun?”

“Si munafik? (Al-Hajjaj menyebut Abdullah bin Zubair sebagai munafik)” ujar al-Hajjaj menyela.

“Demi Allah, dia bukanlah orang munafik. Dia adalah anak yang senantiasa berpuasa, shalat malam dan berbakti kepada orang tua,” sergah Ibu Ibnu az-Zubair.

“Pergilah engkau wahai orang tua, engkau tengah membual,” ucap al-Hajjaj.   

Ibu Abdullah bin Zubair berkata lagi, “Tidak, demi Allah, aku tidaklah membual karena Rasulullah bersabda: 

فِيْ ثَقِيْفٍ كَذَّابٌ وَمُبِيْرٌ
“Di Tsaqif akan ada pendusta dan orang yang sadis...” (HR Tirmidzi).*

*Imam Tirmidzi menjelaskan bahwa yang dimaksud pendusta di sini adalah Al-Mukhtar bin Abu Ubaid, sedangkan “orang yang sadis” adalah Al-Hajjaj bin Yusuf. Beliau menambahkan—dari riwayat Hisyam bin Hassan—bahwa jumlah korban yang dibunuh oleh Hajjaj bin Yusuf mencapai 120.000 orang.

Keberanian Abdullah bin Zubair
Ishaq bin Abu Ishaq berkata:

“Aku hadir pada peristiwa terbunuhnya Abdullah bin Zubair. Banyak tentara mendatangi masjid untuk mengepung Abdullah bin Zubair dari semua pintu.

Ketika ada satu kelompok pasukan masuk dari suatu pintu, Abdullah bin Zubair berhasil menghalaunya dan mengeluarkannya.

Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba sebuah atap masjid rubuh dan menimpanya hingga tersungkur. Di kala itulah Abdullah bin Zubair membaca syair:

Asma’, wahai Asma’ (Ibu Abdullah bin Zubair) janganlah kau menangis karenaku,

Tidak akan tertinggal selain kemuliaan dan agamaku,

Serta pedang yang tergenggam di tangan kananku,” (Siar A’lam An-Nubala: 3/377).

Sumber:

Madhi, Salim Solih Ahmad. 2011. 30 Langkah Mendidik Anak agar Mengamalkan Ajaran Agama. Riyadh: Islamhouse.
====================
👍Zakat, infak, atau sedekah Anda untuk Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo bisa melalui transfer ke No. Rek (BRI): 6913-01-018205-53-4 a/n PP Tahfizhul  Qur'an At-Taqwa

📩Berlangganan tausiyah dari Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo . Ketik "GABUNG" kirim via Whatsapp ke: +6285647172180


🔊Raih pahala dengan berbagi konten bermanfaat
Diberdayakan oleh Blogger.