Halloween party ideas 2015


Pertanyaan:
Semoga Allah menjagamu. Ada seorang bertanya : Seorang penuntut ilmu, apakah ia memulai dengan menghapal Al-Quran atau membaca kitab-kitab ilmu?

Jawaban oleh Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Tidak, Demi Allah. Hendaknya ia mendahulukan untuk menghapal Al-Quran.

Menghapal Al-Quran, tidak ada satupun sebelumnya dari pelajaran-pelajaran yang dihapal manusia, karena Al-Quran adalah Kalamullah,

🔹membacanya adalah ibadah,

🔹mentadabburinya adalah ibadah,

🔹mengamalkan apa yg ditunjukkan olehnya adalah ibadah,

🔹membenarkan kabar yang ada di dalamnya adalah ibadah,

🔹Ia adalah sebaik-baiknya kitab yang diturunkan Allah Ta'ala,

🔹Ia lebih utama dari kitab-kitab yang ditulis manusia dan tidaklah sebanding,

Maka hendaklah manusia memulai dengan menghapal Al-Quran, kemudian menghapal hadits-hadits shahih dari Nabi ﷺَ, seperti 'Umdatul Ahkam milik Abdulghani Al-Maqdisy rahimahullah. Ia merupakan kitab yang sangat ringkas dalam masalah hukum.

Setelah itu, ia mempelajari kitab yang mudah baginya dari kitab-kitab aqidah dan yang lainnya.

Sumber: Silsilah Fatawa Nur 'alad Darb (kaset no. 344)

[Tadabur Quran Surat Al-Hajj: 40]
==========================

وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ ۥ ٓ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِىٌّ عَزِيزٌ

"Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa," **[QS. Al-Hajj: 40]*,

Ibnu Katsir Rahimahullah berkata:

"Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan gambaran bahwa diri-Nya mempunyai sifat Mahakuat dan Mahaperkasa, yang dengan kekuatan-Nya Dia menciptakan segala sesuatu dan menentukan batasan ciptaan-Nya, yang dengan keperkasaan-Nya pula tiada seorang pun yang dapat mengalahkan-Nya, bahkan segala sesuatu hina di hadapan-Nya dan berhajat kepada-Nya."

"Orang yang ditolong oleh Yang Mahaperkasa lagi Mahakuat, berarti dia pasti mendapat kemenangan, sedangkan musuh-musuhnya akan kalah."

Syekh Abdul Aziz Ath-Thuraifi berkata:

"Barangsiapa berprasangka buruk bahwa Allah tidak akan menolong orang-orang yang telah menolong Allah, maka sesungguhnya dia telah mendustakan janji-janji Allah. Sesungguhnya Allah memanjangkan jalan menuju kemenangan dengan kesabaran."

Abul A'la Al-Maududi Rahimahullah berkata:

"Mereka yang menolong Allah adalah orang-orang yang menyeru manusia kepada Tauhid, serta yang mengerahkan seluruh daya dan upaya untuk menegakkan keimanan yang hakiki dan amal saleh.
~~~~~~~~~~~~
- Laporan Idul Adha 1437 H Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa > http://www.el-taqwa.com/2016/09/laporan-idul-adha-1437-h-pondok.html?m=1
- Pondok Pesantren At-Taqwa Gelar Musabaqah Hifzhul Quran 1437 H > http://www.el-taqwa.com/2016/09/pondok-pesantren-at-taqwa-gelar.html?m=1
~~~~~~~~~~~~
💹 *UPDATE DONASI* (17 September 2016): *Rp90 juta* dari *Rp561 juta*
~~~~~~~~~~~~
==============
📖 #TadaburQuran Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Sukoharjo
▶️ Telegram: goo.gl/6C9vTa
▶️ Situs: www.el-taqwa.com
▶ WA: +6285647172180
==============


Sukoharjo, El-Taqwa.Com- Setelah sukses menggelar Idul Adha 1437 H dengan menyembelih satu sapi dan enam kambing di tanggal 10 dan 11 Zulhijjah 1437 H, santri-santri Pondok Pesantren Tahfizhul Quran (PPTQ) At-Taqwa menggelar hajatan baru di tanggal 12 Zulhijjah 1437 H.

Dalam rangka mengisi hari-hari tasyriq dengan beragam amal saleh, PPTQ At-Taqwa Sukoharjo, khususnya Bagian Tahfizh, menggelar Musabaqah Hifzhul Quran-MHQ (lomba hafalan quran) pada hari Rabu tanggal 14 September 2016.

Diselenggarakan serempak di dua tempat yang berbeda, unit putra dan unit putri, MHQ 1437 H menggelar dua kategori lomba, yakni kategori 2 Juz dan 5 Juz, dengan total peserta sebanyak 14 santri putra dan 17 santri putri.

Ust Adib Burhani, Lc, selaku Direktur PPTQ At-Taqwa dalam sambutannya, menyampaikan bahwa menghafal Quran adalah perkara yang penting, bahkan disebutkan bahwa Imam An-Nawawi tidak bersedia mengajarkan hadis kepada murid-murid beliau yang belum tuntas menghafal Al-Quran.

Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa para salaf yang saleh pun memiliki kebiasaan untuk berlomba-lomba dalam menghafal Al-Quran.

“Hanya saja yang perlu diingat, dulu para salaf bukan hanya berlomba-lomba dalam menghafal Al-Quran, tetapi mereka juga berlomba-lomba dalam mengamalkannya,” lanjutnya.

“Oleh karena itu perlu saya tegaskan di sini bahwa lomba ini ada kelanjutannya, yaitu bagaimana kita mengamalkan Al-Quran, sembari kita berusaha menghafalkannya dan hari ini melombakannya.”


Muncul sebagai juara kategori 2 juz putra adalah ananda Haidar, Fardan, dan Abdurrahman Al-Ghozi, sedang untuk kategori 5 juz, juara pertama jatuh kepada ananda Syahid Abdullah, diikuti oleh ananda Arfan di peringkat kedua dan ananda Zahid Abdullah di peringkat ketiga.

Untuk kelas putri, juara pertama hingga ketiga kategori 2 Juz Putri jatuh kepada ananda Siti Hajar, Zulfa Nur Al-Jannah, dan Arini Dina Hanifah; sedang untuk kategori 5 Juz Putri, juara pertama dipegang oleh Fida’ Faizatul Ulya, diikuti ananda Hisan Husnayain sebagai juara kedua dan ananda Zainab Zuhdiyah sebagai juara ketiga.





Musabaqah Hifzhul Quran PPTQ At-Taqwa 1437 H ditutup dengan tausiyah singkat dari pengasuh PPTQ At-Taqwa Sukoharjo, Ust Uwais Abdullah, Lc. Di awal-awal tausiyahnya, Ust Uwais menyampaikan sabda Nabi ﷺ:

يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللَّهِ

“Yang menjadi imam dari suatu kaum adalah orang yang paling banyak hafalannya terhadap Kitab Allah (Al Qur’an),” (HR Muslim).

“Hari ini, banyak orang-orang yang paham ilmu syar’i tetapi belum tuntas menghafal Al-Quran. Oleh karena itu, jadilah kalian ini nanti orang yang bukan hanya paham terhadap ilmu-ilmu syar’i, tetapi juga menjadi pengemban Al-Quran,” ujar beliau.

“Pengemban di sini bukan hanya sekedar menghafal tentunya, tetapi mengamalkannya, sehingga terwujud di dalam tindak tanduk kita. Itulah kenapa PPTQ At-Taqwa memiliki visi, ‘Mencetak Hafiz dan Hafizah yang berakhlak salaf dan mampu berbahasa Arab.’”

“Kalau kalian hari ini belajar di Pondok Pesantren At-Taqwa agar bisa mahir di dalam ilmu komputer, atau agar bisa menjadi dokter, bukan di sini tempatnya, karena di sini kita ingin ‘Mencetak hafiz dan hafizah yang berakhlak salaf dan mampu berbahasa Arab.”


Allahu Akbar... Allahu Akbar... Allahu Akbar... Wa lilaahil hamd...

Suara gema takbir menggemuruh di malam 10 Zulhijjah 1437 H di seantero dunia, termasuk di Masjid Pondok Pesantren Tahfizhul Qur'an (PPTQ) At-Taqwa Sukoharjo.

Malam itu selepas salat Isya, sebuah truk tiba-tiba memasuki kompleks PPTQ At-Taqwa membawa seekor sapi udhiyah (hewan kurban). Pengemudi truk, kepada ustadz di PPTQ At-Taqwa, mengatakan bahwa sapi tersebut adalah udhiyah dari keluarga Bapak Didit yang berdomisili di Solo.

"Alhamdulillah..." Sontak para santri berujar pelan, ada pula yang berteriak kegirangan bahwa Idul Adha tahun ini ada daging sapi untuk dinikmati.

Kedatangan sapi udhiyah Bapak Didit ini menggenapi enam ekor kambing yang baru saja tiba di sore Hari Arafah 1437 H. Enam kambing tersebut merupakan udhiyah dari beberapa warga, ustadz, dan wali santri, seperti Ust Syafiq, Bp. Satiman, Bp. Yato, dan Bp. Firmansyah.


Hari yang dinanti akhirnya tiba juga. Pagi sebelum subuh para santri sudah mulai bersih-bersih diri, mandi dan berdandan untuk menghadiri Salat Iedul Adha bersama masyarakat Desa Pengkol.


Berjalan rapi dalam dua barisan, mereka menuju lapangan sepak bola Desa Pengkol dengan mengumandangkan gema takbir. Hadir di dalam Salat Iedul Adha kali itu adalah Ust Nashirudin Abdul Halim (pengasuh Ponpes Miftahul Huda Boyolali) sebagai khatib dan imam.


Selepas salat, dua kambing langsung disembelih oleh Ust Uwais Abdullah, Lc yang merupakan pengasuh PPTQ At-Taqwa Sukoharjo, satu kambing lainnya disembelih bersama masyarakat, sedang tiga lainnya disembelih pada tanggal 11 Zulhijjah 1437 H untuk haflah (pesta) para santri.

Semua ustadz dan santri tidak ada yang berleha-leha di hari itu. Apalagi ketika sapi udhiyah Bp. Didit itu akhirnya disembelih. Allahu Akbar.. Tampak santri yang kecil-kecil itu antusias merubuhkan sapi yang hendak disembelih.

"Bismillahi wallahu akbar.. Allahumma hadza minka wa laka hadza an Didit. Allahumma taqabal min Didit wa aali Didit..." demikian ucap Ust Uwais ketika hendak menyembeli hewan kurban tersebut.

"Allahu Akbar...!" teriak para santri menyambut goresan pedang Ust Uwais Abdullah.

Tak lama setelah memastikan hewan udhiyah itu benar-benar telah mati, semua santri bekerja sama bahu membahu dengan para ustadz untuk menguliti, mencacah, dan membungkusi daging kurban tersebut.


Kalau bukan karena kuasa Allah, siapa yang mengira bahwa santri-santri kecil itu beserta para ustadz sanggup bekerja sampai menjelang magrib, lalu dilanjutkan dengan bersih-bersih kompleks selepas salat Isya.

Teringat firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلٰكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ ۚ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلٰكِنَّ اللَّهَ رَمٰى ۚ وَلِيُبْلِىَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَآءً حَسَنًا ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

"Maka (sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah yang membunuh mereka, dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui," [QS. Al-Anfal: 17].


Bukan santri yang hebat, bukan pula ustadz yang kuat, tetapi Allah yang membuat mereka sanggup mengolah kambing-kambing dan sapi tersebut.

Allahu Akbar... Wa lilaahil hamd...

Alhamdulillah.. Seluruh daging udhiyah itu akan menjadi cadangan lauk pauk para santri selama beberapa pekan mendatang.

Seluruh santri merasa bahagia dengan "perbaikan gizi" dalam beberapa pekan ke depan. Semoga Allah menerima udhiyah para mudhokhi. Aamiin...

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْ ۚ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ

"Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik," [QS. Al-Hajj: 37]

*[Tafsir Ringkas Surat Al-Ahzab: 58]*
==========================
"Orang-orang yang melancarkan tuduhan buruk kepada orang-orang yang beriman (laki-laki dan perempuan), padahal mereka bersih dari tuduhan tersebut, dan tidak tahu menahu, serta tidak pernah melakukannya; maka sesungguhnya orang-orang yang telah menuduh itu memikul kebohongan dan dosa yang nyata," [Ibnu Katsir].

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا (58)

"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata," [QS Al-Ahzab: 58]

Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah ditanya:

يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا الْغِيبَةُ؟

" Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan gibah?"

Beliau menjawab:

ذكرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ

"Kamu menyebut-nyebut saudaramu dengan hal-hal yang tidak dia suka."

Rasulullah ditanya lagi:

أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟

"Bagaimanakah pendapat Anda jika pada saudara saya itu terdapat apa yang saya katakan?"

Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab:

إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ بَهَتَّه

"Jika pada saudaramu itu terdapat apa yang kamu katakan, berarti kamu telah mengumpatnya. Dan bila pada saudaramu itu tidak terdapat apa yang kamu katakan, berarti kamu telah melancarkan tuduhan dusta terhadapnya," [HR Abu Daud, Tirmizi]

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

إنَّ مِنْ أَرْبَى الرِّبَا الِاسْتِطَالَةَ فِي عِرْضِ الْمُسْلِمِ بِغَيْرِ حَقٍّ

"Sesungguhnya seburuk-buruk riba adalah merusak kehormatan orang lain dengan cara yang tidak dibenarkan," [HR Abu Daud].
*~~~~~~~~~~~~*
💹 UPDATE DONASI (10 September 2016): Rp83 juta dari Rp561 juta
~~~~~~~~~~~~
🍃 Ya Allah, berilah ganti bagi mereka yang berinfak, berkatilah keluarganya dan hartanya. Aamiin...
~~~~~~~~~~~~
💸Investasi Proyek Tahfizh Quran PPTQ At-Taqwa. No. Rek (BRI): 691301018205534

a/n PP Tahfizhul Qur’an At-Taqwa:

Tambahkan 111 di akhir nominal transfer. Contoh: Rp10.000.111.
==============
📖 #TadaburQuran Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Sukoharjo
▶️ Telegram: goo.gl/6C9vTa
▶️ Situs: www.el-taqwa.com
▶ WA: +6285647172180
==============


Banyak orang tua mengeluhkan hubungan yang semakin merenggang dengan anak-anak semenjak adanya smartphone di tangan mereka. Si kecil tak lagi bermanja ria di pangkuan bunda, tapi lebih senang menghabiskan waktu dengan menonton kartun Youtube dan game androidnya. Sementara si kakak lebih fokus mengecek komentar di Facebook dan membaca pesan yang berdesakan memenuhi Whatsappnya. Mungkin mereka berada di satu meja makan rumah yang sama, tapi tak ada kehangatan keluarga yang terhidang di sana. Benarlah bahwa smartphone telah mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.

Sebagai orang tua, kita perlu mengambil langkah-langkah untuk mengubah situasi ini. Ada beberapa cara yang mungkin dilakukan agar anak terbebas dari buaian gadget.

1. Kerjasama Ayah dan Ibu Sebagai Satu Team

Salah satu tugas orang tua adalah sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar. Rasulullah bersabda,
"Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas orang yang dipimpinnya. Seorang imam adalah pemimpin bagi masyarakatnya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang suami adalah pemimpin bagi keluarga dan ia bertanggungjawab terhadap keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya dan bertanggungjawab terhadap mereka." (HR. Abu Dawud)

Ayah dan Ibu perlu bermusyawarah untuk mengatasi situasi ini bersama. Orang tua perlu menimbang apa yang positif dan bermanfaat untuk anak-anak sehingga anak diizinkan untuk menggunakannya dan apa yang negatif dan bermudharat sehingga anak dilarang untuk itu. Ukuran baik dan buruknya harus jelas. Apapun yang bisa mengantarkan kepada dosa dan melalaikan dari ibadah menjadi lampu merah pertama sebelum pertimbangan yang lain.

2. Memantau Aktivitas Anak

Ketika orang tua membiarkan anak terhubung dengan internet tanpa pengawasan, baik melalui laptop maupun smartphone sangat mudah bagi anak untuk mengakses hal-hal yang tidak seharusnya mereka lihat dan dengar. Padahal, anak-anak akan belajar dan meniru apa yang mereka lihat dan dengar. Apa yang mereka lihat kemudian berkontribusi dalam perkembangan mereka dan kehidupan keluarga.

Pastikan bahwa semua perangkat yang tersambung ke internet seperti tablet dan laptop digunakan di ruang keluarga dan pastikan Anda tahu apa yang anak lakukan. Ketika ibu memasak atau mencuci yang tidak memungkinkan untuk mengawasi anak-anak, lebih baik jangan biarkan anak-anak tersambung dengan internet.

3. Buat Aturan yang Jelas

Buatlah aturan untuk penggunaan semua perangkat. Misalnya, ponsel hanya boleh digunakan pada jam-jam tertentu di malam hari atau setelah pekerjaan selesai. Sepakati batas waktu untuk bermain, chatting, dan lain-lain. Selain itu, orang tua perlu mengetahui perangkat keras dan perangkat lunak yang ada di rumah. Bila belum paham, jangan biarkan hal itu masuk ke rumah.

4. Aturan Main Dunia Maya

Katakan kepada anak untuk tidak pernah memberikan alamat asli dan nomor telepon kepada siapa pun yang mereka temui di internet. Jelaskan keuntungan dan bahaya tumbuh di dunia maya. Pastikan anak Anda tahu bahwa jika mereka menemukan sesuatu di internet yang membuat mereka merasa tidak nyaman, malu atau khawatir mereka harus melaporkan kepada Anda.

5. Prioritaskan Dunia Nyata

Perkembangan otak anak tergantung pada komunikasi langsung dengan manusia dan pengalaman hangat dari dunia di sekitar mereka. Anak harus menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang tua mereka dan orang-orang nyata lainnya. Mereka harus menjelajahi kehidupan nyata.

6. Mengajari Anak Cinta Baca

Gadget sering kali melalaikan anak dari kegemaran membaca. Saat ini, anak lebih suka mencari sesuatu di internet yang lebih instan daripada menelaah buku. Nah, orang tua perlu menanamkan kecintaan kepada buku sejak dini agar hal tersebut tidak terjadi. Sejak kecil bacakan buku untuk mereka. Anda bisa bergabung dengan anggota perpustakaan untuk mendapat banyak bacaan. Bacakan Al Qur'an kepada mereka dan jelaskan maknanya dengan bahasa mereka. Begitu mereka telah belajar membaca, mereka harus membaca setiap hari selama setidaknya setengah jam.

7. Jangan Hanya Bicara

Coba lihat ke dalam, mana yang lebih banyak, waktu Anda dengan laptop dan smartphone atau waktu Anda dengan keluarga? Jangan-jangan anak-anak hanya meniru. Banyak dari kita sekarang yang bekerja dari rumah dan memakan waktu keluarga. Kita harus bersikap tegas dengan diri sendiri tentang hal ini dan mengakui bahwa kita perlu lebih peduli pada keluarga. Kita perlu memberikan teladan kepada anak agar tidak menjadi gadget addict.

8. Memberikan Alternatif

Sesekali ajak keluarga untuk menikmati saat-saat kebersamaan. Ajarkan kepada anak-anak putri ketrampilan yang berguna bagi mereka. Biarkan anak laki-laki bermain dengan teman-temannya dan arahkan mereka untuk melakukan kegiatan positif.

Jangan lupa berdoa kepada Allah agar anak-anak kita senantiasa menjadi penyejuk mata dan pribadi yang unggul. Rabbana hablana min azwajina wa dzuriyatina qurata a'yun, wa ja'alna lil muttaqina imama.
Wallahuta'ala a'lam.[]

Sumber: Majalah Ar-Risalah edisi 172/ Vol. XXVIII/ No. 04 Dzulhijjah - Muharram 1437 H/ Oktober 2015
Diberdayakan oleh Blogger.