Halloween party ideas 2015
Tampilkan postingan dengan label Tanya-Jawab. Tampilkan semua postingan


Pertanyaan:
Bolehkah memakan makanan yang dimasak oleh penganut Syiah di hari raya mereka, hari Asyura (10 Muharram)? Mereka mengatakan bahwa makanan ini ditujukan kepada Allah tetapi pahalanya adalah untuk Al-Hussein, semoga Allah meridhainya.

Saya malu jika menerimanya, tetapi jika saya tidak menerimanya maka hal tersebut akan berbahaya bagi keselamatan nyawa saya karena saya tinggal di Irak dan Anda tahu bagaimana umat Islam Sunni diperlakukan di sini.

Jawaban oleh Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Munajid
Alhamdulillah

Apa yang dilakukan oleh penganut Syiah di hari Asyura seperti menampar pipi, membesut atau menyayat kepala, mengalirkan darah dari tubuh diri mereka serta membuat masakan khusus untuk acara itu adalah bid'ah yang sangat tercela. Pembahasan tentang ini ada di fatwa nomor 4033 dan 9438. Tidak diperkenankan untuk berpartisipasi di dalam acara tersebut karena hal itu termasuk bekerja sama di dalam dosa dan maksiat.

Tidak diperkenankan pula untuk memakan makanan yang telah mereka persiapkan untuk acara bid'ah tersebut yang penuh dengan penyesatan.

Syeikh Bin Baaz Rahimahullah berkata, "Ini adalah bid'ah yang tercela dan menjijikkan yang harus ditinggalkan. Tidak boleh berpartisipasi di dalamnya, juga tidak boleh memakan makanan yang disuguhkan.

Beliau juga berkata, "Tidak boleh berpartisipasi di dalamnya atau memakan makanan berbahan daging di acara tersebut, juga tidak boleh meminum minuman di perayaan itu. Daging yang disembelih untuk selain Allah, seperti untuk Ahlul Bait atau siapa pun selain Allah, maka perbuatan tersebut tergolong ke dalam syirik akbar, karena Allah Subhanahu Wa Taala berfirman:

قُلْ اِنَّ صَلَاتِىْ وَنُسُكِىْ وَ مَحْيَاىَ وَمَمَاتِىْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

"Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam," [QS. Al-An'am: 162].

لَا شَرِيْكَ لَهٗ‌ۚ وَبِذٰلِكَ اُمِرْتُ  وَاَنَا اَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ

"Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)," [QS. Al-An'am: 163].

اِنَّاۤ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَؕ

"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak," [QS. Al-Kausar: 1].

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ ؕ

"Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah," [QS. Al-Kausar: 2].

Akhir fatwa Syeikh Abdul Aziz bin Baaz (8/320).

Tetapi jika Anda menolak makanan mereka justru menimbulkan bahaya terhadap nyawa Anda, maka tidak mengapa Anda menerimanya untuk menghindari bahaya. Wallahu'alam bish shawwab.

Sumber:
http://islamqa.info/en/102885

Penerjemah: Irfan Nugroho*
*Staf pengajar Bahasa Inggris di Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo.



Pertanyaan: 
Saya seorang marketing di perusahaan rokok. Itu saya maksudkan untuk mencari pengalaman saya kesulitan untuk mencari pekerjaan yang lain. Apa yang seharusnya saya lakukan? 

Jawaban:
Bolehnya bekerja sebagai pegawai negeri ataupun karyawan swasta tidak berlaku untuk pekerjaan yang berlawanan dengan tujuan Islam atau membahayakan kaum muslimin. Oleh karena itu, seorang muslim tidak diperbolehkan bekerja sebagai perwira angkatan bersenjata yang memerangi kaum muslim, bekerja di perusahaan atau pabrik yang memproduksi senjata yang dipakai untuk memerangi kaum muslim, juga tidak boleh bekerja di organisasi yang memusuhi Islam dan memerangi para pemeluknya.

Dengan demikian, setiap pekerjaan yang ditunaikan untuk mendukung atau menyebarkan sesuatu yang haram hukumnya haram. Misalnya, dilarang bekerja di sebuah organisasi yang menggeluti bisnis riba, bar, toko minuman keras, klub malam, gedung untuk peragaan model, dan sebagainya.

Alasan bahwa orang yang bersangkutan tidak menggunakan apa yang haram atau terlibat langsung di dalamnya tidak dapat diterima. Sebab, merupakan prinsip dasar Islam bahwa apapun yang memudahkan dan membantu yang haram hukumnya adalah haram. Karena alasan inilah Rasulullah melaknat orang yang menulis akad riba dan menjadi saksinya, juga orang yang memanfaatkan riba. Serupa dengan itu, orang yang menyajikan, yang menuangkan, dan yang meminum minuman keras.

Sekali lagi, karena tekanan kebutuhan yang tak bisa dihindari, orang boleh mencari pekerjaan sementara dalam perusahaan-perusahaan semacam itu sejauh diperlukan. Tetapi, pada saat itu juga dia harus mencari pekerjaan lain hingga Allah memberikan jalan keluar baginya. Allah membuka pintu bagi mereka yang bersungguh-sungguh menghindari apa yang haram.

Orang harus selalu mewaspadai godaan, yang bisa menyeretnya ke dalam masalah-masalah meragukan yang melemahkan iman dan mengancam agamanya. Tak peduli betapa pun besar laba atau keuntungan yang disodorkan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tinggalkan yang meragukanmu, dan ambillah yang tidak meragukanmu." (HR. Ahmad, Tirmidzi, An-Nasa'i, Al-Hakim, dan Ibnu Hibban)

Beliau juga bersabda, "Seorang tidak akan mencapai derajat takwa, hingga ia meninggalkan hal yang membahayakan karena takut jatuh para sesuatu yang haram." (HR. Tirmidzi)

Mengenai pertanyaan yang diajukan, Profesor Su'ad Abdillah menambahkan:
"Tembakau adalah haram karena menyebabkan banyak mudharat. Sehingga, bekerja di perusahaan rokok adalah haram karena hal itu membantu produksi dan penyebaran barang haram.
Sedangkan bekerja di perusahaan rokok dengan niat mendapatkan pengalaman di bidang pemasaran tidak diperbolehkan. Ada banyak sekali perusahaan yang bisa menambah pengalaman di bidang pemasaran tanpa terlibat dalam pekerjaan haram."
(Dewan Fatwa)

Sumber:
Kahf, Monzer Dr. 2010. Tanya Jawab Keuangan & Bisnis Kontemporer dalam Tinjauan Syariah. Solo: Aqwam

Diberdayakan oleh Blogger.