Halloween party ideas 2015


Oleh Syeikh Ahmad Farid
Berdasarkan sifatnya, hati dibagi menjadi tiga macam: hati yang sehat, hati yang mati, dan hati yang sakit.

1. Hati yang Sehat
Orang-orang yang akan selamat pada hari kiamat, ialah orang-orang yang memiliki hati yang sehat.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

| إِلَّا مَنْ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلْبٍۢ سَلِيمٍۢ | يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌۭ وَلَا بَنُونَ

“(Yaitu) pada hari harta dan anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang sehat,” (QS Asy-Syu’ara: 88-89).

Kata As-Saliim sama dengan As-Saalim, yang menjadikan As-Salamah (keselamatan) sebagai sifat yang permanen baginya. Misalnya, Al-‘Alim (Yang Mengetahui) dan Al-Qadir (Yang Berkuasa). Ia merupakan lawan kata Al-Maridh (yang sakit), As-Sakim (yang terjangkit penyakit), dan Al-‘Alil (yang terkena penyakit).

Hati yang sehat ialah hati yang selamat dari setiap syahwat yang kontradiktif dengan perintah dan larangan Allah, serta dari setiap syubhat (kesamaran) yang bertentangan dengan firmanNya.

Karena itu, ia selamat dari penghambaan kepada selainNya dan dari ketetapan selain RasulNya. Penghambaannya murni hanya untuk Allah atas dasar keinginan, cinta, pasrah, penyerahan diri, perendahan diri, takut, mengharap rahmat Allah, dan takut pada siksaNya.

Selain itu, amal perbuatannya ikhlas karena Allah. Jika ia mencintai, cintanya hanya karena Allah. Bila ia membenci, bencinya karena Allah. Bila ia memberi, memberinya karena Allah, sedangkan bila ia tidak memberi, hal itu juga karena Allah.

Tak cukup sampai di sini, ia juga tidak pernah tunduk dan berhukum kepada setiap orang yang memusuhi RasulNya. Hatinya terikat kuat untuk mengikuti Allah semata, dan tidak mengikuti seorang pun baik dalam perkataan atau perbuatan.

2. Hati yang Mati
Hati yang mati ialah hati yang di dalamnya tiada kehidupan. Ia tidak mengetahui Rabbnya, sehingga tidak menyembahNya sesuai perintah, serta tidak mencintai apa yang dicintai dan apa yang diridhaiNya. Bahkan, ia berjalan bersama syahwat dan kesenangan-kesenangannya, meski pun mengandung amarah dan murka dari Rabbnya. Selama merasa senang dengan syahwatnya, ia tidak peduli apakah Rabbnya ridha atau murka.

Ia beribadah kepada selain Allah karena cinta, takut, mengharap, ridha, marah, mengagungkan, dan merasa rendah. Bila cinta, cintanya karena hawa nafsunya. Bila marah, marahnya karena nafsunya. Bila tidak memberi, hal itu karena nafsunya. Sedangkan bila memberi, juga karena nafsunya.

Intinya, nafsunya lebih berpengaruh baginya daripada ridha Rabbnya. Pemimpinnya adalah nafsu, pengendalinya adalah syahwat, sopirnya adalah kebodohan, dan kendaraannya adalah lalai. Tujuan duniawi membuatnya tenggelam, sedangkan nafsu dan cinta dunia membuatnya mabuk kepalang.

Ia menyeru kepada perintah Allah dan negeri akhirat dari tempat yang jauh. Ia tidak memenuhi petuah orang yang memberi nasihat dan mengikuti setiap setan yang durhaka. Dunia membuatnya marah dan ridha, hawa nafsu membuatnya tuli dan buta, berkumpul dengan pemilik hati ini ialah penyakit, bergaul dengannya adalah racun, dan duduk-duduk bersamanya adalah kebinasaan.

3. Hati yang Sakit
Hati yang sakit ialah hati yang hidup, tetapi terjangkit penyakit. Terkadang hatinya condong kepada kebaikan, namun terkadang berat kepada kemaksiatan. Semua itu terjadi ketika ia mampu mengalahkan salah satu dari keduanya.

Di dalam hati tersebut ada cinta kepada Allah, iman kepadaNya, ikhlas untukNya, tawakkal kepadaNya, dan itulah bahan yang menyebabkannya hidup. Namun, di dalamnya ada pula cinta dan pengutamaan terhadap syahwat, serta ia memiliki hasrat kuat untuk meraihnya.

Ia sering kali iri, ujub (kagum pada diri sendiri), sombong, suka membuat kerusakan di muka bumi, dan suka menjadi pemimpin. Itulah bahan yang menyebabkan hatinya rusak dan hancur.

Ia diuji dua penyeru. Pertama, penyeru yang mengajaknya kepada Allah, RasulNya, dan kehidupan akhirat. Kedua, penyeru yang mengajaknya kepada kehidupan dunia, dalam hal ini, ia hanya memenuhi ajakan tetangga yang paling dekat di antara keduanya.


Hati yang pertama hidup dan tenang, hati yang kedua kering dan mati, sementara hati yang ketiga sakit. Ada kalanya ia lebih dekat pada keselamatan, namun ada kalanya pula lebih dekat kepada kehancuran. 
Diberdayakan oleh Blogger.