Halloween party ideas 2015


Nguter, PPTQ At-Taqwa- Jumat, 12 Desember 2014 menjadi hari yang istimewa karena Yayasan At-Taqwa, di mana PPTQ At-Taqwa bernaung di bawahnya, berkesempatan untuk menjamu tamu penting seorang pegiat antikristenisasi, H. Syamsuri, dalam suatu acara bernama, “Sarasehan-Sharing-Sinergi (S3) Menanggulangi Agenda Kristenisasi Indonesia 2020.”

Turut hadir di dalam acara tersebut adalah tokoh-tokoh penting umat Islam di kawasan Kecamatan Nguter dan Sukoharjo seperti Ust Qowi dari Pusat Studi Peradaban Islam (PSPI), Ust Lukman Azhar, Lc (Mudir PPTQ At-Taqwa Nguter), Ust Tarwanto (Kepala Sekolah MI At-Taqwa Nguter) dan Ust Sukiyono (Ketua Yayasan At-Taqwa Nguter).

Di dalam kesempatan tersebut, dibahas mengenai kegiatan-kegiatan kristenisasi terkini yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya acara, topik pembicaraan mengerucut pada upaya menanggulangi kristenisasi di wilayah Kabupaten Sukoharjo dan sekitarnya.

“Apa ayat terakhir di dalam Quran? Ya, benar! Minal Jinnati Wan Naas. Artinya, Quran adalah satu-satunya kitab yang diturunkan untuk SEMUA manusia dan jin. Perhatikan lagi baik-baik, sepertiga Quran adalah untuk umat Islam. Nah, yang 2/3 Quran itu untuk siapa? Iya, benar! Untuk orang-orang nonmuslim. Jadi benar kita perlu menguatkan iman sesama muslim, tapi hendaknya jangan lupa kewajiban mendakwahi nonmuslim,” ujar H. Syamsuri dalam prolognya.

Menurut H. Syamsuri, secara kuantitas jumlah umat Islam di Indonesia telah mengalami penurunan. Belum pula jika ditambah dengan penurunan drastis dalam hal kualitas.

Di dalam database beliau, ditunjukkan bahwa umat Islam di Indonesia saat ini hanya berkisar 87 persen, sedang jumlah umat Islam di kawasan Solo Raya sendiri berada di bawah angka tersebut, yakni 73 persen. “Artinya, kristenisasi di Solo Raya ini paling parah dibanding daerah-daerah lain di pulau Jawa,” imbuhnya.

Akan tetapi, H. Syamsuri menilai bahwa gencarnya upaya kristenisasi sedikit banyak memberi hikmah bagi dakwah di beberapa daerah. “Misalnya di Klaten, kini NU, Muhammadiyah, dan MTA, sudah bisa bergabung dan duduk bersama. Saya sodorkan ke mereka data dan angka, dan mereka mulai sadar untuk meninggalkan hal-hal khilafiyah untuk fokus pada membentengi aqidah umat,” jelasnya.


Menanggapi hal tersebut, mudir PPTQ At-Taqwa, Ust Luman Azhar, Lc, menghimbau agar pertemuan ini bukan hanya sekedar wacana-wacana, melainkan ada langkah-langkah riil untuk diterapkan di kehidupan nyata.

“Kami menyambut baik acara sarasehan pada siang hari ini, karena Allah sendiri menyebutkan dalam Al-Quran bahwa orang-orang kafir itu, satu dengan lainnya itu saling menguatkan. Dan sebagai orang Islam, kalau tidak melakukan hal serupa, takut akan terjadi fitnah dan kerusakan yang besar,” ujar Ust Lukman Azhar, Lc.

Ust Qowi dari Pusat Studi Peradaban Islam (PSPI) juga mengapresiasi acara tersebut karena menurut pengalaman dan pengamatannya, kristenisasi di Solo memang begitu gencar. “Jadi mereka (misionaris kristen) itu merangkul masyarakat yang enggan melepas budaya Jawa, sedang beberapa dari kita (dai umat Islam), begitu frontal menyerang budaya Jawa. Ketika terjadi benturan antara Islam dengan budaya Jawa, misionaris langsung datang ke mereka dan mengatakan bahwa Kristen siap menampung budaya Jawa. Hal itulah yang membuat Kristenisasi menjadi begitu marak.”

Di akhir acara, dihasilkan keputusan bahwa akan diadakan tindak lanjut atas pertemuan tersebut dengan lebih menitikberatkan pada langkah-langkah praktis, aplikatif, dan sesuai kaidah hukum yang berlaku di Indonesia.(Irfan/PPTQ At-Taqwa)
Diberdayakan oleh Blogger.