Halloween party ideas 2015



Amar ma'ruf nahi munkar merupakan penopang dasar yang akan membangun masyarakat yang shalih dan dengan keduanya akan dapat meraih kebaikan bagi umat Islam.
Allah Ta'ala berfirman:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ  ﴿١١٠﴾

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah......" (QS. Ali-'Imran: 110)

Dan ketika kita meninggalkan amar makruf nahi munkar, maka masyarakat akan menjadi rusak, terjadi  degradasi (kemerosotan) akhlak, dan buruknya pergaulan.

Dan amar makruf nahi munkar tidak dikhususkan (kewajibannya) bagi individu tertentu saja tanpa orang lain, tapi merupakan kewajiban atas setiap muslim laki-laki maupun perempuan. Baik dia orang yang 'alim (berilmu) maupun orang awam sesuai dengan kadar kemampuan dan ilmunya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ

"Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran hendaklah ia mencegah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, hendaklah mencegahnya dengan lisan, jika tidak mampu juga, hendaklah ia mencegahnya dengan hatinya. Dan hal itu merupakan selemah-lemah iman," (HR. Muslim).

"Al-munkar" adalah segala perkara yang diingkari (tidak dibenarkan) oleh syariat Islam.

Sarana dalam Beramar Makruf Nahi Munkar 

1. Khutbah pada hari Jum'at dan dua hari raya (idul fitri dan idul adha), di mana khatib menjelaskan berbagai macam kemungkaran dan solusinya.

2. Muhadharah (ceramah) atau dengan makalah dalam sebuah majalah ataupun surat kabar untuk menjelaskan penyakit-penyakit di masyarakat dan memberikan pengobatan yang tepat.

3. Buku
Di mana seorang penulis memaparkan segala hal yang akan dijelaskan kepada manusia tentang berbagai pemikiran untuk memperbaiki masyarakat.

4. Al-Mau'idhoh
Di mana dalam sebuah majelis ada seseorang yang berbicara kepada orang yang hadir seperti menjelaskan tentang bahaya rokok dari segi kesehatan maupun harta.

5. Nasehat
Dilakukan oleh seseorang kepada saudara laki-lakinya secara rahasia untuk melepaskan cincin emas, memperingatkannya ketika meninggalkan shalat dan berdoa kepada selain Allah.

6. Risalah (Surat)
Inilah sarana yang paling bermanfaat, sebab setiap orang dapat membaca beberapa halaman tentang shalat, jihad, zakat, ataupun tentang dosa-dosa besar seperti berdoa kepada orang-orang yang telah meninggal dan meminta pertolongan kepada mereka dan sebagainya.

Syarat-Syarat bagi Penyeru

1. Hendaknya perintah dan larangannya disertai dengan kelembutan dan keramahan hingga dapat diterima oleh jiwa.

Allah Ta'ala berfirman kepada Musa dan Harun:

ٱذْهَبَآ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُۥ طَغَىٰ ﴿٤٣﴾ فَقُولَا لَهُۥ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُۥ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ ﴿٤٤﴾

"Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah-lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut." (QS. Thaha: 43 - 44)

Dan jika engkau melihat seseorang yang sedang mencela (mencaci-maki) dan kufur (kepada Allah), maka berilah nasehat kepadanya dengan lemah-lembut dan mintalah darinya untuk memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang menjadi penyebab dia dalam mencaci-maki. Dan sesungguhnya Allah yang telah menciptakan kita dan memberikan nikmatnya kepada kita dengan nikmat yang banyak berhak untuk disyukuri. Dan bahwa kekufuran tidak memberikan manfaat, bahkan menjadi sebab kesengsaraan di dunia dan adzab di akhirat. Kemudian engkau menyuruhnya untuk bertaubat dan istighfar.

2. Mengetahui perkara yang halal dan yang haram pada apa yang diperintahkan kepadanya, sehingga memberikan manfaat dan bukan memberikan bahaya karena kebodohannya.

3. Hendaknya penyeru melaksanakan apa yang diperintahkan kepadanya dan menjauhi apa yang dilarangnya, sehingga faedahnya lebih sempurna dan bermanfaat.

Allah Ta'ala berfirman kepada orang yang menyeru kebaikan, namun tidak mengamalkannya:

۞ أَتَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ ٱلْكِتَٰبَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ ﴿٤٤﴾

"Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?" (QS. Al-Baqarah: 44)

Dan atas orang yang berdosa hendaknya berhati-hati terhadap dosa yang pernah dilakukan disertai dengan pengakuan akan dosa-dosanya.

4. Hendaknya kita ikhlas dalam beramal dan menyeru orang-orang yang masih menyelisihi dengan hidayah yang dengannya menjadi alasan bagi kita di hadapan Allah.

Allah Ta'ala berfirman:

وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِّنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا ۙ ٱللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا ۖ قَالُوا۟ مَعْذِرَةً إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ ﴿١٦٤﴾

"Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata, "Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?" Mereka menjawab, "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa." (QS. Al-A'raaf: 164)

5. Penyeru hendaknya berani, tidak takut pada celaan orang tapi hanya takut kepada Allah dan bersabar atas segala cobaan yang menimpanya.

Sumber:
Kitab "Taujihat Islamiyah Lii Ishlahil Fardi wal Mujtama' " karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu

Penerjemah:
Ust Najih Ibrahim Hafizahullah
Staf pengajar Bahasa Arab & Ilmu Fiqih di Pondok Pesantren Tahfizul Quran At-Taqwa Nguter
Diberdayakan oleh Blogger.