Halloween party ideas 2015


Oleh Mustofa Ali Gufron*
Islam mampu mencapai puncak kejayaannya dan menguasai peradaban dunia selama lebih dari 700 tahun sebelum bangsa-bangsa Barat karena umat Islam pada waktu itu berpegang teguh kepada Al-Quran. Tidak heran jika peradaban Islam menguasai dunia dan berkembang dengan pesat.

Sementara kini, umat Islam mengalami kemunduran. Sumber kemerosotan kaum muslimin yang paling jelas dan nyata adalah karena mereka menjadi jauh dari sumber ajaran agamanya, Al-Quran. Itulah sumber kemerosotan umat Islam yang pertama. Umat Islam kehilangan motivasi agama yang di dalamnya terkandung semangat dan ruh sebagai tenaga pendorong menuju puncak kejayaan peradaban.

Jauhnya umat dari Al-Quran merupakan suatu masalah yang sangat besar, yang begitu fundamental di dalam tubuh kaum muslimin. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

إن الله يرفع بهذا الكتاب أقوامًا ويضع به آخرين

“Sesungguhnya Allah mengangkat beberapa kaum dengan Kitab (Al-Quran) ini dan menghinakan yang lain dengannya pula,” (HR Muslim, 996).

Para musuh Islam berusaha keras untuk menjauhkan kaum muslimin secara personal maupun berjamaah dari sumber utama kekuatannya, Al-Quran. Hal ini telah diungkapkan di dalam Al-Quran sendiri, yang menjelaskan salah satu cara musuh-musuh Islam dalam memerangi kaum muslimin,

وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَا تَسْمَعُوا۟ لِهَٰذَا ٱلْقُرْءَانِ وَٱلْغَوْا۟ فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ

“Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Qur'an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan (mereka),” (QS Al-Fushilat: 26).

Kesibukan kita terhadap Al-Quran kini diganti dengan sekedar menontot sinetron atau acara televisi lainnya, bisa musik, konser musik dan bentuk perbuatan lain yang melalaikan kita dari Al-Quran, yang sebenarnya di balik itu semua ada peran orang-orang kafir dan munafik untuk mengalihkan kita dari Islam, dari petunjuk Allah, Al-Quran Al-Karim.

Padahal, Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam telah secara gamblang mewasiatkan agar kita senantiasa berpegang teguh kepada kedua warisan beliau (Al-Quran dan Sunnah), karena dengan inilah kita tidak akan tersesat dari jalan yang lurus.

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّه

“Telah aku tinggalkan untuk kalian dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya, Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya,” (HR Malik).

Semestinya kedua perkara ini menjadi rujukan utama kaum muslimin, baik dalam urusan kecil maupun besar, baik urusan pribadi maupun bermasyarakat. Keduanya merupakan sumber kemuliaan dan kebanggaan kaum muslimin. Jika mereka akrab dengannya, niscaya mereka akan menjadi mulia. Jika mereka jauh dari keduanya, niscaya mereka akan dihinggapi kehinaan sebagaimana yang tampak dewasa ini.

Ada pun bentuk-bentuk meninggalkan Al-Quran sebagaimana telah disebutkan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah adalah sebagai berikut (setiap bentuknya memiliki perbedaan kadar dari yang lainnya):

Pertama: tidak mau mendengarkannya, mengimaninya dan memperhatikannya. Hal ini telah menyelisihi perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala:

وَإِذَا قُرِئَ ٱلْقُرْءَانُ فَٱسْتَمِعُوا۟ لَهُۥ وَأَنصِتُوا۟ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat,” (QS Al-A’raaf: 204).

Kedua, tidak mau mengamalkannya dengan tidak memperhatikan apa yang telah dihalalkan dan apa yang diharamkan, walaupun seseorang telah membacanya dan mengimaninya. Padahal, dalam ayat yang disebutkan di atas, Al-Quran adalah petunjuk kepada jalan yang lurus, yang bermakna bahwa menghindarkan diri dari mengamalkannya akan berujung pada kesesatan yang benar-benar nyata.

Ketiga, tidak mau berhukum dengan Al-Quran, baik dalam masalah aqidah maupun yang lainnya, kemudian menganggap Al-Quran tidak memberi keyakinan dan lafaz-lafaz di dalamnya tidak menghasilkan keilmuan di dalam dirinya.

Keempat, tidak merenunginya, memahaminya, dan tidak berusaha untuk mengetahui Al-Quran.

Marilah kita renungi kembali dan melihat kebenaran Al-Quran dengan penuh kejujuran. Sudahkan kita menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup, petunjuk jalan kebenaran, tempat mengadu dan mencari solusi?

Marilah kita sama-sama kembali kepada Al-Quran dengan mempelajarinya, memahaminya, dan tentu saja mengamalkannya. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala menggerakkan hati kita, memudahkan langkah kita dan umat Islam lainnya untuk kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya sehingga menjadi umat yang baik sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ


“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah,” (QS Ali Imran: 110).

*Penulis saat ini (2015) masih berstatus sebagai santri kelas tiga Pondok Pesantren Tahfizul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Diberdayakan oleh Blogger.